Kebohongan Istriku

Suara ketukan pintu yang terdengar, membuat segalanya terhenti.

"Tunggu sebentar..." Jordi menghela napas kasar, meraih piyama berbentuk kimono miliknya.

Namun, kala membukakan pintu seketika wajahnya pucat pasi. Menelan ludah, mengamati wanita hamil di hadapannya, Ulfa, itulah namanya."Apa kita bisa membicarakan tentang pernikahan kedua sekarang?" Tanyanya dengan mata menelisik mencari keberadaan Titania.

"Jangan sekarang, bagaimana jika dia meminta bercerai? Bagaimana aku dapat membuka cabang resort baru!?" Tanya pemuda itu panik, menghalangi Ulfa agar tidak masuk.

"Tapi sebulan lagi anak kita akan lahir. Jika---" Kalimat wanita itu disela.

"Melahirkan anak tanpa ayah atau menunggu dengan sabar!?" Tanya Jordi, sedangkan Ulfa hanya menunduk dan mengangguk. Mengetahui dirinya lah yang menjadi orang kedua dalam hubungan ini.

Sahabat dekat Titania, itulah dirinya. 7 tahun Jordi dan Titania menjalin hubungan di belakang Candra. Dirinya tau itu, tau jika segalanya akan rumit. Tapi perasaannya pada Jordi, pernyataan cinta dari Jordi. Penuh bujuk rayu buaya darat nan perkasa, membuatnya luluh. 4 tahun sudah menjalin hi dengan Jordi di belakang Titania. Hingga pada akhirnya membawakan benih berkwalitas premium ke rahimnya kala dirinya lupa meminum obat kontrasepsi.

"A...aku akan menunggu." Ulfa mengepalkan tangannya. Menghela napas kasar.

"Sayang! Sudah kamu usir pegawai hotel tidak tau diri itu!?" Tanya Titania melangkah hendak keluar. Memakai kimono satin dengan motif senada.

Matanya menelisik mengamati sahabat karibnya, Ulfa."Ulfa? Kenapa kemari?" tanya Titania.

"Aku tidak sempat mendekat memberikan selamat pada kalian. Ini hadiah pernikahannya, aku ingin memberikannya sendiri." Ucap Ulfa memberikan sebotol anggur, kwalitas terbaik.

"Kamu tidak perlu repot-repot. Omong-ngomong kapan kamu akan menikah? Usia kandunganmu sudah 8 bulan. Apa pacarmu sudah kembali dari Inggris? Hati-hati dia melarikan diri kemudian menikah dengan wanita lain. Jaman sekarang pria mapan akan ada banyak yang mendekat." Celoteh Titania, tapi Ulfa hanya terdiam sesaat sembari tersenyum.

"Dia sudah datang." Hanya itulah kalimat yang terucap dari bibir Ulfa mengamati Jordi dari atas sampai bawah. Bibirnya tersenyum, lebih tepatnya berusaha tersenyum.

Cinta terlarang dengan kekasih sahabatnya. Segalanya begitu buruk, tapi juga...andai saja dirinya dapat lebih dari Titania.

"Bagus kalau begitu. Ingat untuk segera menikah, sebelum anak itu lahir. Kami mau menikmati malam pertama dulu." Ucap Titania, mencium Jordi tepat di hadapan Ulfa.

"Iya... minumlah yang banyak. Buatlah malam pertama yang panas." Itulah kalimat yang diucapkan Ulfa.

Sedangkan Titania, hanya tersenyum meraih minuman kemudian kembali masuk ke kamar pengantin. Rasa cemburu dalam ketidak pastian, merasuk dalam kegilaan. Sebuah pesan dikirimkannya pada Jordi, segera setelah sepasang mempelai itu masuk.

'Buktikan bahwa kamu serius akan menikahiku.'

Satu jam dirinya menunggu di depan kamar pengantin. Hingga pada akhirnya Jordi membukakan pintu. Dalam kamar pengantin terlihat Titania sudah dalam keadaan tanpa pakaian, mabuk berat, atau lebih tepatnya setengah sadar.

"Masuklah! Jika kamu ingin aku membuktikan memenuhi janjiku untuk menjadikanmu istri kedua." Jordi tersenyum mengangkat salah satu alisnya.

"A...apa maksudnya?" Tanya Ulfa.

"Kamu siapa? Ulfa ya? Perutmu seperti balon." Tanya Titania yang telah mabuk berat, tertawa.

"Karena kalian berdua akan menjadi istriku. Maka keduanya harus melayaniku." Kalimatnya Jordi, sebuah ancaman nyata, dengan dalih bertanggung jawab.

Pakaian Ulfa ditanggalkan Jordi di hadapan Titania. Hal yang terjadi selanjutnya? Mengikuti perintah Jordi. Bahkan jika harus melakukan hal tidak lazim.

"Oh....aku mencintaimu Ulfa." Itulah kalimat buayanya, kala memaksa Ulfa melakukan tindakan bagaikan trans. Sedangkan Jordi? Menikmati tubuh kedua wanita itu.

Wajahnya tersenyum, kala menebarkan benihnya. Apa yang ada dalam benak pria kuat perkasa ini? Entah kenapa dirinya terbayang pada tubuh kekasih Candra yang baru. Apa akan mudah didekati? Bagaimana bentuk tubuhnya tanpa gaun?

Gila bukan? Sudah ada dua tapi masih ingin tiga? Hati-hati Petter akan memotong burungnya, jika Candra memintanya. Karena sudah berani melirik Jini (Giovani) yang cantik.

*

Villa pribadi milik Candra, disana tempat mereka akan tinggal sementara waktu ini. Terletak dekat danau, daerah pegunungan yang begitu dingin. Mengapa Candra memiliki villa peristirahatan di tempat ini?

Itu karena dirinya musisi. Lebih senang membuat lagu di tempat yang tenang. Kala masih hidup, ayahnya begitu memanjakannya. Tidak tertarik pada hal berbau bisnis, maka sang ayah mendukungnya untuk menjadi pianis sesuai keinginannya.

Tempat dimana berbagai lagu indah tercipta. Bahkan royalti yang tidak sedikit didapatkannya dari berbagai karyanya. Komposer jenius, memiliki cita rasa musik yang tinggi. Itulah sosok Candra sebelum kecelakaan terjadi.

"Kita akan tinggal di tempat peristirahatan, sampai Petter menemukan donor. Aku sudah bicara padanya. Apa yang kamu sukai? Aku akan meminta Petter mencarikannya." Ucap Candra menelan ludahnya. Tatapan matanya kosong ke depan, tidak menoleh pada lawan bicaranya yang tengah menyetir.

"Aku menyukai uang! Transfer banyak uang ke rekening Petter maka aku akan bahagia." Batin Giovani, tapi tidak! Bukankah Candra mengatakan ingin yang tidak matre. Sebagai Jini, yang cinta tapi bohong. Dirinya harus mengabulkan keinginan tuan majikannya.

"Bersamamu, sudah cukup bagiku." Itulah jawaban dari Giovani. Membuat senyuman menyungging di bibir Candra. Berharap ini menjadi cinta terakhirnya, ingin melihat wajah Giovani. Ingin melindunginya.

Jika...ini jika dirinya sudah dapat melihat. Mungkin akan belajar banyak hal, ingin melindungi orang yang berharga baginya.

"A...aku akan menghubungi Petter, agar membelikan pakaian hangat untukmu." Ucap Candra, meraba-raba sakunya, ingin mengambil handphone-nya.

"Nan...nanti saja!" Teriak Giovani mengingat handphonenya tidak ada dalam mode silent."Kita nikmati perjalanan saja dulu, di sana ada rerumputan dengan bunga. Ada kupu-kupu yang terbang."

"Tapi kenapa bau?" Tanya Candra, mencium aroma tidak sedap kala mereka melewati area TPA, yang dipenuhi dengan sampah.

"Maaf, aku kentut." Alasan Giovani tertawa, menyembunyikan rasa gugupnya.

Sedangkan Candra hanya tersenyum. Dapat dikatakan, sebagai pacar, Candra merupakan orang yang begitu baik. Tapi sebagai majikan tidak dapat diandalkan sama sekali.

"Aku tidak tau, mulai sekarang aku akan mencintai setiap kekuranganmu." Gila bukan? Pria buta ini begitu pandai merayu dengan dalih belajar.

Titania begitu bodoh, membuangnya hanya untuk buaya berbentuk kodok. Mungkin itulah yang ada di benak Giovani. 9 tahun mengenalnya, Candra terasa begitu dekat entah kenapa.

*

Udara villa yang begitu dingin. Menyalakan perapian, bangunan dengan arsitektur rumah ala pedesaan Eropa. Hanya sebuah villa kecil tempat mereka beristirahat saat ini.

"Giovani..." panggil Candra, kala berbaring tanpa dapat melihat apapun.

"Apa? Aku sedang bekerja!?" Ucap Giovani, tengah memakan pop mie, untuk menghangatkan hatinya yang dingin, sembari mengerjakan tugasnya sebagai Petter. Memeriksa E-mail yang baru datang, dari salah satu CEO perusahaan tempat dirinya menginvestasikan uang Candra.

"Bekerja?" Tanya Candra, membuat Giovani sadar dirinya salah bicara. Memukul-mukul mulutnya sendiri.

"I...iya sayang...aku sedang bekerja. Mencari tau apa saja yang dilakukan pasangan di internet." Dustanya.

"Jangan bilang aku pacar pertamamu?" Tanya Candra, masih berbaring di atas tempat tidur. Sementara Giovani kembali menggerakkan jarinya dengan cepat di atas keyboard.

"Iya." Jawabnya tidak mendengarkan baik-baik kata-kata Candra.

"Aku begitu mempercayai Petter, karena aku yakin dia akan mencarikan wanita yang baik untukku."

"Iya." Kembali jawaban asal yang dilontarkan Giovani. Pekerjaannya yang menumpuk lebih penting daripada rayuan lebay majikannya.

"Bahkan Titania tidak pernah membuatku senyaman ini."

"Iya."

"Jika...jika kita sudah saling mengenal selama sebulan. Aku harap kita bisa menikah."

"Iya."