NovelToon NovelToon
Tergila-gila Padamu

Tergila-gila Padamu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: dochi_19

Benarkah mereka saling tergila-tergila satu sama lain?

Safira Halim, gadis kaya raya yang selalu mendambakan kehidupan orang biasa. Ia sangat menggilai kekasihnya- Gavin. Pujaan hati semua orang. Dan ia selalu percaya pria itu juga sama sepertinya.

...

Cerita ini murni imajinasiku aja. Kalau ada kesamaan nama, tempat, atau cerita, aku minta maaf. Kalau isinya sangat tidak masuk akal, harap maklum. Nikmati aja ya temen-temen

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dochi_19, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hari besar semuanya

Safira kembali mematut dirinya di depan cermin besar. Gaun putih serta riasannya sungguh indah malam ini. Bibirnya yang dipoles lipstik tiada hentinya tersenyum.

"Safira!" Lisa berseru seraya menerobos masuk ke dalam ruangannya. Ester dan Frisca juga ada di sana.

Mereka bertiga memakai gaun lilac yang dibuat khusus untuk acaranya. Mereka juga memeluk Safira bersamaan.

"Cantik banget, sih, mempelai aku." Frisca berkata tiada henti takjub dengan penampilan Safira.

Safira tersenyum. "Aku bukan mau menikah."

"Ya, tapi kamu sama cantiknya dengan pengantin." Frisca mengangguk setuju dengan penuturan Ester.

Lisa tersenyum lebar. "Yakin, deh, kak Gavin pasti jatuh cinta seribu kali hari ini."

"Kalian bisa aja." Safira tersipu malu.

"Nona Safira, Ayah anda sudah menunggu di depan." Pak Rudi datang tetiba saja. Pria yang sebaya dengan Ayahnya itu memakai setelan jas yang lebih rapi dari biasanya, rambutnya pun ditata sedemikian rupa.

"Iya, aku keluar sekarang." Safira menatap ketiga sahabatnya. "Aku ke luar duluan, ya."

"Iya, sampai jumpa di depan." Lisa dan yang lain sekali lagi memeluk Safira sebentar.

...

Safira merangkul tangan Ayahnya yang sudah bersiap di depan. Ibunya ada di sisi lainnya. Safira menarik napas berkali-kali, sampai jamnya berbunyi.

"Kamu gugup?" Ayahnya bertanya, seraya mengusap pelan punggung tangannya.

"Y-ya, sedikit."

"Tenang saja, kamu bukan mau menikah." Ibunya mungkin tidak bermaksud kasar, jadi Safira menerimanya.

Pintu di depan mereka terbuka. MC sudah memanggil, lantas mereka pun memasuki ballroom diiringi alunan piano di ujung sana.

Semua dekorasi ini khusus dipilih Safira. Ia menyukai yang sederhana dan dihadiri oleh orang-orang terdekat. Intimate party dengan dekorasi mawar putih di setiap meja. Para tamu duduk dengan nyaman dan tenang.

Safira tahu kini ia jadi pusat perhatian semua tamu di sana. Tapi begitu tatapannya mengarah ke depan ia merasakan dunianya seolah terhenti di satu sosok itu. Pria dengan setelan jas hitam, wajah dengan gaya rambutnya yang semakin tampan. Hatinya berdebar tak karuan. Perasaan bahagia membuncah memenuhi dirinya. Begitu tangan itu terulur padanya, ia secara alami menyambutnya. MC memberika mic pada lelaki itu.

"Selamat malam semuanya. Pertama saya ingin mengucapkan terima kasih pada kedua orang tua saya dan Safira, juga pada keluarga besar Halim yang hadir pada acara ini, selanjutnya terima kasih pada semua orang terdekat yang ikut serta hadir. Kedua, saya ingin berterima kasih pada Ibu Stella yang sudah melahirkan putri yang sangat cantik ini. Saya sampai lupa berkedip tadi." Semua sahabat mereka bersorak dan bertepuk tangan.

"Saya tidak tahu kapan pastinya, tapi sejak saat itu Safira berhasil mendapatkan hati saya. Padahal waktu itu kami masih SMP. Safira yang cantik, baik, penyayang, dan hal lain yang tidak bisa disebutkan lagi. Saya jatuh cinta pada semua itu. Dan malam ini, sebelum orang lain juga jatuh hati pada Safira, saya ingin mengatakan sesuatu." Lisa datang menghampiri mereka dengan membawa kotak berisi sepasang cincin. "Safira Halim, will you marry me?"

Safira yang sejak tadi berkaca-kaca terharu mendengar pidato Gavin pun mengangguk. "Yes, of course."

MC mengambil mic dari tangan Gavin. Lantas Gavin pun mengambil tangan Safira dan memasangkan cicin di jarinya. Dan Safira melakukan hal serupa di jari Gavin. Banyak yang bertepuk tangan setelah itu. Acara berlanjut dengan pidato dari Reynald Halim, lalu Ayah Safira dan Papa Gavin.

...

Setelah menyalami beberapa keluarga yang hadir, kini giliran berdansa. Ada yang sedang menikmati hidangan, ada pula yang langsung mengajak pasangannya berdansa.

Gavin mengulurkan tangannya pada Safira. "Shall we?"

Safira tersenyum menerima uluran tangan Gavin. Mereka menuju tengah-tengah ballroom. Mereka menari mengikuti alunan musik romantis yang mengalun syahdu.

"Kamu bahagia malam ini?" Gavin bertanya.

Safira mengangguk. "Ya, terima kasih."

"Aku juga berterima kasih, gadis secantik kamu mau menikah denganku."

Safira tersipu. "Semua orang juga pasti ingin menikah sama kamu."

"Benarkah? Apa aku harus menikahi semua orang?" Gavin menggodanya.

Safira cemberut. "Awas saja kalau berani."

Gavin tertawa renyah. "Aku bercanda, sayang. Kamu saja cukup untukku."

Safira mengalungkan tangannya pada leher Gavin.

...

"Selamat buat kalian berdua." Reza bersalaman dengan Safira lalu meninju bahu Gavin.

Safira tersenyum. "Makasih, ya." Sementara Gavin balas meninju pelan lengan Reza.

Semua teman mereka silih bergantian mengucapkan selamat. Setelahnya lanjut dengan sesi foto bersama.

"Kali ini lo harus langgeng sama Safira, bro." Aditya seolah memberi wejangan.

"Mereka gak pernah putus, ya." Lisa mendelik tidak suka pada ucapan Aditya.

"Gue itu lagi do'ain mereka. Sewot amat."

"Safira, selamat. Maaf aku terlambat." Safira kedatangan tamu tak terduga, Raisa datang mengucapkan selamat padanya, dengan senyum lebarnya. Mencium pipi Safira. Pantas saja sejak tadi hanya ada Bibi dan Omnya. Tanpa bersalaman dengan Gavin, Raisa kembali berkata, "aku juga membawa seseorang."

Dari pintu masuk datang Maura mengenakan gaun berwarna biru pastel. Maura berjalan penuh percaya diri menghampiri Safira dan Gavin. Raisa menyambutnya. "Aku tidak sengaja bertemu Maura. Aku kira dia juga teman kamu." Raisa melirik Gavin. "Atau kamu?"

Semua orang dibuat terdiam. Pasalnya mereka tahu tidak ada yang mengundang Maura ke pesta ini.

Maura mengulurkan tangannya pada Safira. "Selamat, ya."

Safira menerima uluran tangan itu. "Makasih."

"Kenapa kamu gak salaman sama Gavin juga?" tanya Raisa yang menatap Maura dengan tatapan polosnya.

"I-iya, ini juga mau." Maura menatap Gavin yang juga menatapnya. "Semoga kamu bahagia."

Maura mengulurkan tangannya dan Gavin pun menerimanya. Safira merasa tidak nyaman dengan kedatangan Maura, apalagi bersamaan dengan Raisa. Kenapa bisa?

.

.

Sehari sebelumnya

Maura baru saja keluar dari apartemen Gavin, saat sebuah Mercy merah berhenti di depannya. Ia tidak mengenali mobil itu, apalagi seorang perempuan yang muncul dari kaca yang terbuka.

"Maura 'kan?" Maura sontak mengangguk. "Ayo naik!"

Maura bingung. "T-tapi kamu siapa?"

Perempuan itu tersenyum culas. "Kamu akan tahu setelah naik."

Maura takut, siapa tahu perempuan itu orang jahat. Seakan tahu kekhawatirannya dia pun berkata, "namaku Raisa Halim. Kamu mau ikut atau tidak?"

Lagi-lagi ia berurusan dengan keluarga itu. Tapi Maura penasaran, jadi ia pun masuk ke dalam mobil. Setelahnya mobil melaju meninggalkan kawasan apartemen.

"Sekarang katakan apa tujuan kamu mencariku!" ujar Maura tidak sabaran.

"Aku juga gak mau basa-basi. Gimana kalau kita kerjasama?"

"H-hah? Kerjasama apa?"

"Aku bisa kasih kamu uang yang banyak, asal kamu bisa memisahkan Safira dan Gavin."

Maura mencerna kata-kata Raisa sejenak sebelum mendapat kesimpulan. "Jadi kamu menyukai Gavin?"

Raisa tertawa, sungguh lelucon bodoh. "Tidak mungkin. Aku hanya melakukan tugas yang seharusnya. Membuat Ayah Safira tersingkir dari daftar waris."

Maura menggeleng. "Aku tidak ingin terlibat perebutan kekuasaan kalian."

"Bukannya kamu menyukai Gavin?"

"Ya, tapi Gavin bahagia bersama Safira. Dan aku tidak punya hubungan apapun dengannya."

"Kamu yakin?"

"M-maksudnya?"

"Kalau Gavin tidak punya perasaan padamu, untuk apa dia selalu di sisi kamu?"

Maura juga sempat memikirkannya. Ia pun tidak tahu alasannya. Ia hanya bersyukur. Apa memang karna Gavin yang terlalu baik?

Raisa tersenyum dengan terdiamnya Maura. "Apa kamu tidak ingin mencari tahu? Dengan mencoba lebih dekat lagi, misalnya? Siapa tahu sebenarnya dia nyaman sama kamu dan terpaksa berada di sisi Safira."

"A-aku tidak tahu."

Raisa meraih kartu nama dengan sebelah tangannya dari kotak di mobil dan memberikannya pada Maura. "Kamu bisa memikirkannya, kalau berubah pikiran hubungi saja aku."

Tidak terasa mobil pun berhenti di depan gang menuju rumah Maura. Dan Maura enggan menanyakan bagaimana Raisa bisa tahu di mana rumahnya, semua yang terjadi pada hubungannya dengan Gavin saja bisa diketahui apalagi alamat yang umum. Maura keluar dari mobil setelah mengucapkan terima kasih.

Raisa mengambil ponselnya dari dalam tas dan mengetik pesan pada seseorang.

RaiHalim : aku sudah kerjakan bagianku, sisanya terserah kamu

.

.

TBC

1
hayalan indah🍂
bagus
Dochi19_new: makasih kak, pantengin terus ya kak 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!