NovelToon NovelToon
Jalan Menuju Pencabut Nyawa

Jalan Menuju Pencabut Nyawa

Status: tamat
Genre:Action / Tamat / Fantasi Timur
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: pralam

Liu Wei, sang kultivator bayangan, bangkit dari abu klannya yang dibantai dengan Pedang Penyerap Jiwa di tangannya. Dibimbing oleh dendam dan ambisi akan kekuatan absolut, dia mengarungi dunia kultivasi yang kejam untuk mengungkap konspirasi di balik pembantaian keluarganya. Teknik-teknik terlarang yang dia kuasai memberinya kekuatan tak terbayangkan, namun dengan harga kemanusiaannya sendiri. Di tengah pertarungan antara takdir dan ambisi, Liu Wei harus memilih: apakah membalas dendam dan mencapai keabadian lebih penting daripada mempertahankan sisa-sisa jiwa manusianya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pralam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Harmoni yang Rusak

Api unggun kecil menari-nari dalam kegelapan, menciptakan bayangan yang bergerak di wajah pucat Liu Wei. Dua hari telah berlalu sejak pertemuannya dengan kultivator Sekte Kabut Ungu, dan kini dia beristirahat di tepi sebuah danau kuno yang airnya segelap tinta.

Danau Harmoni Surgawi - tempat yang konon menjadi lokasi pertempuran antara dewa dan iblis di masa lampau. Air danaunya, yang biasanya jernih, berubah hitam setelah menyerap darah dan energi spiritual yang tumpah dalam pertempuran itu.

Liu Wei menatap permukaan danau yang tenang, tangannya memainkan kalung jade yang selalu dia kenakan. Besok adalah bulan purnama, dan Lembah Bulan Berdarah masih satu hari perjalanan dari tempatnya sekarang.

"Kau tampak lelah, Anak Muda."

Liu Wei tidak menoleh mendengar suara itu. Dari sudut matanya, dia bisa melihat sosok seorang wanita tua yang berdiri di tepi danau, pakaiannya compang-camping dan rambutnya yang putih tergerai berantakan.

"Nenek tua yang sendirian di tepi Danau Harmoni Surgawi," Liu Wei berkata datar. "Apa aku harus percaya ini kebetulan?"

Wanita tua itu tertawa - suara yang anehnya mengingatkan Liu Wei pada gemerincing lonceng kuil kuno. "Ah, generasi muda zaman sekarang. Selalu curiga, selalu waspada." Dia berjalan mendekat, tongkat kayunya mengetuk tanah dengan ritme yang teratur. "Tapi kau benar - ini bukan kebetulan."

Liu Wei akhirnya menoleh, matanya yang hitam pekat bertemu dengan mata wanita itu yang berwarna keperakan. "Siapa kau?"

"Aku? Aku hanyalah penjaga danau ini. Tapi kau..." wanita itu mengamati Liu Wei dengan seksama, "kau adalah yang ditakdirkan."

"Takdir?" Liu Wei mendengus. "Aku tidak percaya takdir."

"Tentu saja tidak," wanita itu tersenyum. "Itulah mengapa kau sempurna untuk peranmu."

Sebelum Liu Wei bisa bereaksi, wanita tua itu sudah mengayunkan tongkatnya. Sebuah lingkaran formasi rumit muncul di permukaan danau, membuat air yang hitam berputar dan membentuk sebuah pusaran besar.

"Apa yang kau lakukan?" Liu Wei bangkit, Pedang Penyerap Jiwa telah berada di tangannya.

"Memberikanmu pilihan," jawab wanita itu. Dia menunjuk ke arah pusaran air. "Lihatlah, Anak Muda. Lihatlah apa yang telah takdir siapkan untukmu."

Meski instingnya menjerit untuk menyerang, Liu Wei menemukan dirinya melangkah mendekati pusaran air itu. Di dalam air yang berputar, gambar-gambar mulai terbentuk:

Sebuah altar kuno di puncak Menara Iblis Putih. Di sana, Lao Tianwei berlutut di hadapan sosok berjubah putih tanpa wajah. Di sekeliling mereka, sembilan tubuh tanpa jiwa tergantung dalam formasi, darah mereka mengalir melalui saluran yang terukir di lantai.

"Yang Mulia," Lao Tianwei berkata, "semua sudah siap. Begitu anak itu tiba di Lembah Bulan Berdarah, darahnya akan menjadi katalis yang sempurna."

"Bagus," sosok putih itu mengangguk. "Tapi ingat - dia harus datang atas kemauannya sendiri. Paksaan akan merusak ritual ini."

"Bagaimana dengan..." Lao Tianwei ragu-ragu, "...dengan 'dia'?"

"Ah," sosok putih itu menoleh ke arah sebuah peti kristal. Di dalamnya, seorang wanita tampak tertidur - wajahnya adalah duplikat sempurna dari ibu Liu Wei. "Dia adalah kunci terakhir. Ketika waktunya tiba, Liu Wei akan memilih - antara dendamnya atau..."

Gambar dalam air tiba-tiba lenyap. Liu Wei terhuyung mundur, keringat dingin membasahi dahinya. "Tidak mungkin... ibuku sudah mati. Aku melihatnya sendiri!"

"Kematian," wanita tua itu berkata pelan, "adalah konsep yang sangat... fleksibel dalam dunia kultivasi."

Liu Wei mengarahkan Pedang Penyerap Jiwa ke wanita itu. "Katakan siapa kau sebenarnya, atau-"

"Atau apa?" wanita itu tersenyum. "Kau akan membunuhku? Mengambil jiwaku seperti yang kau lakukan pada yang lain?" Dia menggelengkan kepala. "Aku sudah mati sejak lama, Anak Muda. Yang kau lihat hanyalah... sisa-sisa."

Liu Wei merasakan kebenaran dalam kata-kata itu. Pedang Penyerap Jiwa, yang biasanya bereaksi terhadap jiwa di sekitarnya, sama sekali tidak merespon kehadiran wanita ini.

"Apa maumu?" tanya Liu Wei akhirnya.

"Aku ingin kau memahami pilihan yang ada di hadapanmu," wanita itu menjawab. "Besok, saat bulan purnama, kau akan tiba di Lembah Bulan Berdarah. Di sana, takdir akan memberimu pilihan - dendam atau cinta, kekuatan atau kemanusiaan."

"Dan kau ingin aku memilih yang mana?"

Wanita itu tertawa lagi. "Aku? Aku hanya penjaga keseimbangan. Pilihanmu adalah pilihanmu sendiri." Dia mulai berjalan menjauh, sosoknya perlahan memudar. "Tapi ingat, Anak Muda - terkadang, memilih untuk tidak memilih... adalah pilihan yang paling berbahaya."

Setelah wanita itu menghilang sepenuhnya, Liu Wei kembali duduk di dekat api unggun. Tangannya gemetar saat dia mengeluarkan sebotol arak dari kantong penyimpanannya.

Mungkinkah? Mungkinkah ibunya masih hidup? Tapi jika benar... mengapa? Untuk apa Lao Tianwei melakukan semua ini?

Liu Wei meneguk araknya, membiarkan cairan keras itu membakar tenggorokannya. Besok... besok dia akan mendapatkan jawabannya.

Di kejauhan, bulan yang hampir penuh mengintip dari balik awan, cahayanya yang keperakan memantul di permukaan Danau Harmoni Surgawi yang hitam. Dan di kedalaman air yang gelap itu, sesuatu bergerak - seolah danau itu sendiri menanti hari esok dengan antisipasi yang mengerikan.

Karena besok, saat bulan mencapai kesempurnaannya, harmoni yang telah rusak selama lima belas tahun... akan mencapai crescendo-nya yang berdarah.

1
Yurika23
cresendo teh naon nya?
Yurika23
keren
Yurika23
suka karakter MC ya..kereeen...
ricky suitela
keren thor ceritanya jangan sampe berhenti
ricky suitela
up terus thor
ricky suitela
gasss
ricky suitela
mantap
ricky suitela
mantap
Yurika23
aku mampir ya Thor ..
Siti Komariyah
cukup bagus, semoga terus berlanjut ya
Anonymous
cukup bagus lanjutkan terus ceritanya
yos helmi
go..
asri_hamdani
Menarik. Penyampaian cerita berbeda dari kebanyakan.
Ismaeni
awal cerita yang menarik, bahasanya enak tidak berat. ..semoga selalu update ..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!