Pukulan keras yang mendarat dikepala Melin, hingga membuatnya harus segera dilarikan ke rumah sakit terdekat. Namun sayangnya disaat Dia sadar, sakit usus buntu yang dideritanya beberapa Minggu terakhir membuatnya harus tetap dirawat di rumah sakit.
Johan pria yang baru mengenal Melin karena insiden pemukulan akhirnya menolong Melin dengan membayar seluruh biaya operasi, namun dengan sebuah syarat. Melin akhirnya menyetujui kesepakatan antara dirinya dan Johan untuk menikah menggantikan posisi Bella yang lebih memilih mantan pacarnya
Keesokan paginya setelah pesta pernikahan selesai, Johan segera pergi bekerja di luar pulau dan meninggalkan Melin tanpa sebuah alasan.
Tiga tahun berlalu, mereka akhirnya bertemu kembali disebuah pekerjaan yang sama.
Yuk, ikutin keseruan cerita selanjutnya. terima kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ririen curiens, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Diperjalanan Pulang
"Mel, tunggu," ucap Pak Johan.
Melin hanya diam saja saat Pak Johan berbicara. Kali ini dia benar-benar marah dengan Pak Johan. Meskipun didalam mobil Pak Johan membicarakan hasil meetingnya yang sukses namun Melin masih tetap saja diam.
"Mel, kita makan siang dulu," ucap Pak Johan mencoba mencairkan suasana.
"Terserah Pak Johan saja," Jawab Melin.
Supir akhirnya mengantarkan mereka untuk pergi kesebuah rumah makan Jawa dengan suasana yang menenangkan. Seketika Melin tersenyum, moodnya berubah ketika sampai dirumah makan yang juga menyediakan penginapan.
"Pak apa boleh besok saya libur, sehari saja. Saya ingin menginap disini," tanya Melin.
"Tidak, dikantor masih banyak pekerjaan yang harus dikerjakan. Sudahlah kamu makan saja," Jawab Pak Johan.
Menyebalkan sekali kamu, gumam Melin sambil menatap Bosnya.
Tak lama handphone Melin berbunyi, sebuah pesan masuk dari Pak Lana.
"Melinda Anisa Marzuki," pesan Pak Lana.
"Maksudnya apa ya Pak?" tanya Melin.
Astaga darimana Pak Lana tahu nama panjangku. Kenapa dia juga tidak membalas pesanku, gumam Melin.
Melin melanjutkan makan siangnya namun handphone Pak Johan tiba-tiba berdering. Dia mengangkat panggilan telepon itu namun dia menghindari Melin.
Dari kejauhan Melin melihat Pak Johan yang sesekali menatap dirinya. Melin mulai merasa tidak nyaman dengan pandangan Bosnya itu.
Setelah menutup teleponnya, Pak Johan segera mengajak Melin untuk ke Bandara. Melin menolak karena penerbangannya masih satu jam lagi.
Melin bertanya kepada Pak Johan tentang alasannya untuk segera pulang. Namun Pak Johan enggan menjawabnya, Dia hanya menarik tangan Melin dan menggenggamnya dengan begitu erat.
Pak Johan bersama Melin segera menuju ke bandara. meskipun harus menunggu tapi Pak Johan sedikit pun tak berbicara setelah menerima telepon itu. Melin merasa begitu penasaran namun kali ini wajah Pak Johan terlihat sangat tegang sehingga membuat Melin sedikit ketakutan.
Dari kejauhan Melin melihat Mas Fathur yang sedang berjalan menuju ke arahnya. Melin mulai takut jika Pak Johan akan bertengkar lagi dengan mas Fathur namun kenyataannya berbeda Pak Johan ternyata lebih memilih diam ketika Mas Fathur lewat di depannya.
Tiga puluh menit menunggu di bandara, akhirnya pemanggilan penumpang mulai terdengar. Pak Johan mulai menarik tangan Melin dan mengajaknya untuk segera masuk ke dalam pesawat.
Sementara itu mas Fathur ternyata juga berada dalam satu pesawat bersama Melin namun sayangnya Mas Fathur duduk di bangku belakang.
"Pak Johan kenapa dari tadi diam saja." tanya Melin.
"Tidak apa-apa Mel, setelah ini saya akan menemukan jawaban apa yang saya cari selama ini," jawab Pak Johan.
"Apa itu Pak?"
"Nanti sesampainya dikantor kamu akan tahu semuanya."
Ketika obrolan Melin dan Bosnya itu belum selesai namun seorang perempuan yang duduk di samping deretan Melin tiba-tiba mundur ke belakang setelah Pramugari berbicara. Tak lama Mas Fathur yang duduk paling belakang pindah tempat di samping Melin.
"Hai Mel ternyata kita satu pesawat," ucap Mas Fathur.
"Iyah Mas," jawab Melin sedikit takut dengan Bosnya.
Seketika Pak Johan menatap Mas Fathur dengan tajam dia akhirnya berdiri dan menyuruh Melin untuk bertukar dengan tempatnya. Meskipun begitu Mas Fatur terlihat tersenyum dan terus mengajak Melin untuk berbicara.
pertengkaran memang tak terjadi namun Pak Johan terus menatap Mas Fathur ketika dia berbicara dengan Melin.
Satu jam lebih perjalanan mereka akhirnya sampai di Jakarta. Pak Johan menarik tangan Melin dengan begitu erat dan segera mengajaknya untuk segera masuk kedalam mobil. meskipun begitu Mas Fathur terlihat juga mengikuti Melin dan Pak Johan dari belakangnya.
"Mel minggu besok kita jalan ya nanti aku jemput," teriak Mas Fathur.
"Iyah Mas, kita bicarakan nanti saja," jawab Melin.
"Tidak, Minggu kita tetap masuk kerja," sahut Pak Johan.
Pak Johan akhirnya melajukan mobilnya sangat kencang dan segera menuju ke kantor. Melin begitu takut dengan kelakuan bosnya saat ini.
Sesampainya di kantor Pak Johan segera mencari Pak Lana namun sebuah kabar yang kurang baik terdengar hingga membuat Pak Johan sungguh sangat terkejut. Seketika Pak Johan terduduk dan melamun ketika karyawannya mengatakan jika Pak Lana mengalami kecelakaan saat jam makan siang tadi.
"Dirumah sakit mana Pak Lana dibawa," tanya Johan.
"Dirumah sakit, Medika utama," jawab salah satu karyawan.
"Mel, kita kerumah sakit segera."
"Iyah Pak,"
Pak Johan kembali berjalan dan menuju kemobilnya.
"Astaga, Semoga kamu tidak apa-apa Pak Lana. Kamu harus bisa menjelaskan siapa Dia sebenarnya," ucap Pak Johan lirih.
Melin menatap Pak Johan dan mulai berpikir.
Apa yang dimaksud Pak Johan barusan yah. Apa ada hubungannya dengan pesan Pak Lana tadi. Apa mungkin Pak Lana sudah menemukan istri Pak Johan sebenarnya, gumam Melin.
terimakasih dukungannya kak