Arrayan menikahi Bella, seorang gadis cacat, karena dendam. Kecelakaan tragis yang menewaskan kedua orang tuanya membuat Arrayan yakin Bella adalah penyebabnya.
Namun, Bella hanyalah korban tak bersalah, sedangkan pelakunya adalah Stella, adik angkatnya yang penuh ambisi. Ketika Stella melihat wajah tampan Arrayan, dia menyesal menolaknya dulu dan bertekad merebutnya kembali. Di tengah rahasia yang semakin terungkap, cinta dan kebencian menjadi taruhan.
Akankah Arrayan menemukan kebenaran sebelum semuanya terlambat? Apa pilihan Arrayan saat cinta dan balas dendam saling beradu?
Happy reading 😘🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Nawa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3 ( Bella c4c4t )
Semua keluarga Cliere dilarikan ke rumah sakit dengan ambulan, khusunya Bella yang saat ini langsung dibawa ke ruang UGD karena dia pingsan dan mengalami luka parah di kaki kirinya. Sedangkan Johan dan Daisy hanya diobati lukanya yang tidak parah apalagi Stella yang sama sekali tidak terluka. Kenapa bisa? Daisy pingsan saat mobil berputar begitupun Johan karena terkejut sedangkan Bella ia tetap bertahan melindungi sang mama dan memeluknya sehingga kakinya yang berada dekat pintu mobil terjepit kursi Stella ketika ia menabrak mobil Arrayan yang sedang terparkir.
Sedangkan Stella ia hanya terkejut seraya memegangi setirnya dengan erat dan menatap kosong ke depan menatap mobil yang ia tabrak dengan keadaan hampir hancur. Dia tidak bisa berpikir apakah di dalam mobil tersebut ada seseorang atau tidak, kalaupun ada tentunya dia akan menjadi korban dan pertanyaan lagi yang ada dibenaknya apakah mereka selamat atau tidak? Karena melihat keadaan mobil yang rusak parah pikiran negative pun muncul dari pikirannya dan langsung turun ketika sadar karena rintihan Stella segera ia segera turun bersama sang mama yang juga sadar dari pingsannya karena mendengar rintihan Bella.
Johan sadar dari pingsannya ia mengerjapkan kedua matanya dan berada di ruang rawat. Pertama kali yang ia lihat hanya Daisy dan Stella yang sedari tadi menunggunya agar cepat sadar,”Ini di mana?” Tanya Johan mengangkat tubuhnya dan bersandar dibantu oleh Stella.
“Rumah sakit, pah. Mobil kita menabrak mobil orang lain,” ujar Daisy sedikit khawatir karena ia tidak tahu bagaimana kondisi mobil yang tertabrak.
Johan menghela napas pelan dia saat ini sangat syok dengan kecelakaan yang dialaminya, netranya tidak henti mencari seseorang siapa lagi kalau bukan Bella yang tidak ada di hadapannya,”Di mana Bella? Apa dia baik-baik saja?” lirih Johan yang ingin bangkit, tetapi Stella mencegahnya agar papanya tidak mencari Bella.
“Dia … dia baik-baik saja, pah. Sekarang kak Bella …”
Ceklek
Seorang Dokter membuka pintu dan menghampiri Johan memberitahu kalau Bella harus segera dioperasi karena kakinya sangat tidak mungkin untuk diobati begitu saja. Mendengar itu Johan menatap tajam pada Stella karena ia baru saja mengatakan kalau Bella baik-baik saja.
“Bisa ikut ke ruangan ku sekarang, Tuan?” ajak Dokter itu.
“Bisa Dokter,” jawab Johan.
Johan melangkah bersama Dokter itu menuju ruangannya karena ada sesuatu yang perlu dijelaskan sebelum melakukan operasi. Johan terlihat sangat khawatir melihat keadaan Bella yang terbaring di dalam ruang operasi saat ia melewati ruangan tersebut dan berhenti sejenak.
“Bella …”
“Ada yang harus aku katakan mengenai kondisi putri anda, Tuan. Marilah ke ruangan ku sekarang,” ajak Dokter itu kembali dan lamunan Johan buyar.
Di sisi lain proses pemakaman di kediaman Mahendra berjalan dramatis dan sedikit lambat karena Arrayan yang menahan keranda yang akan membawa kedua orang tuanya untuk di makam kan membuat keluarga harus ekstra menahan Arrayan. Bahkan para bodyguard pun sampai kualahan menahan tubuh Arrayan karena ia mencoba melawan para Bodyguard nya itu.
“Lepaskan aku! Kenapa kalian menahanku!” teriak Arrayan menatap tajam semua orang yang berada di rumahnya termasuk para tetangga yang datang melayat.
Arrayan pergi dan langsung berlari keluar untuk mengejar ambulan yang membawa Keranda kedua orang tuanya, tetapi terlambat. Mereka sudah pergi jauh dan pintu gerbang yang menjulang tinggi itupun segera dikunci dan agar Arrayan tidak bisa keluar.
“Buka pintunya?! Cepat! Atau tidak aku akan menembak kalian semua!” ancam Arrayan.
Akhhhh
Seseorang melumpuhkan Arrayan dengan membiusnya agar bisa membawanya ke dalam kamar. Lalu beberapa Bodyguard diperintahkan untuk membawa Arrayan ke dalam kamarnya,”Maafkan aku Arrayan, paman terpaksa menyuruh dokter untuk membiusmu,” ucap seseorang yang tidak lain adalah adik kembar dari Lais.
Willweiam Mahendra yang selama ini menetap di London langsung terbang menuju Jakarta menggunakan pesawat pribadinya saat mendengar sang kakak dan kaka iparnya meninggal karena kecelakaan. Keputusannya sangat tepat untuk segera datang sebelum pemakaman karena ia tahu kalau Arrayan pasti sangat syok, karena dia sangat menyayangi kedua orang tuanya. Saat Lais sakit ia meninggalkan pekerjaannya hanya demi merawat papanya padahal Nania sudah melarangnya agar dia tidak perlu di rumah sakit, tetapi Arrayan menolak ia ingin merawat Lais sampai sembuh baru hatinya bisa tenang.
William menatap Arrayan dengan tatapan sendu, pria yang selama ini selalu menurut apa kata kedua orang tuanya dan tidak bisa melihat kedua orang tuanya kenapa-napa kini terbaring lemah dengan kedua matanya yang sembab akibat terus-menerus menangisi kepergian Lais dan Nania.
“Kakak, aku berjanji akan mencarikan jodoh yang tepat untuk putramu,” lirih Wiliam.
*
*
Pemilik bulu mata lentik itu perlahan membuka kedua matanya ia melihat sekitar yang terasa asing baginya,”Di mana ini?” gumam Bella.
Bella menoleh melihat Daisy dan Stella yang terlihat malas menunggunya di rumah sakit kalau bukan Johan yang memintanya. Karena sang papa sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit setelah meetingnya selesai. Bella hanya bisa menghela napas dengan wajah masam kedua orang itu yang selalu menatap tidak suka pada Bella.
Tidak lama Johan datang membuat senyuman gadis yang baru saja sadar terbit melihat sang papa datang lalu ia mengangkat tubuhnya dan bersandar agar bisa menyambut Johan yang saat ini membawakan bunga Rose berwarna merah kesukaan Bella.
“Terimakasih, papa,” ujar Bella meraih bunga itu.
“Bagaimana keadaan mu. Apa sudah merasa baikkan?” tutur Johan lembut.
“Sudah, pah. Bagaimana keadaan papa? Papa tidak apa-apa kan? Aku sangat khawatir,” ujar Bella menatap lekat Johan.
“Seperti yang kamu lihat, papa baik-baik saja, kamu tidak perlu khawatir,” balas Johan tersenyum getir sekarang dia yang khawatir bagaimana cara menjelaskan kondisi Bella yang sebenarnya? Ia takut kalau putrinya tidak bisa menerima kondisi ia yang sekarang.
Semua keluarga Cliere dilarikan ke rumah sakit dengan ambulan, khusunya Bella yang saat ini langsung dibawa ke ruang UGD karena dia pingsan dan mengalami luka parah di kaki kirinya. Sedangkan Johan dan Daisy hanya diobati lukanya yang tidak parah apalagi Stella yang sama sekali tidak terluka. Kenapa bisa? Daisy pingsan saat mobil berputar begitupun Johan karena terkejut sedangkan Bella ia tetap bertahan melindungi sang mama dan memeluknya sehingga kakinya yang berada dekat pintu mobil terjepit kursi Stella ketika ia menabrak mobil Arrayan yang sedang terparkir.
Sedangkan Stella ia hanya terkejut seraya memegangi setirnya dengan erat dan menatap kosong ke depan menatap mobil yang ia tabrak dengan keadaan hampir hancur. Dia tidak bisa berpikir apakah di dalam mobil tersebut ada seseorang atau tidak, kalaupun ada tentunya dia akan menjadi korban dan pertanyaan lagi yang ada dibenaknya apakah mereka selamat atau tidak? Karena melihat keadaan mobil yang rusak parah pikiran negative pun muncul dari pikirannya dan langsung turun ketika sadar karena rintihan Stella segera ia segera turun bersama sang mama yang juga sadar dari pingsannya karena mendengar rintihan Bella.
Johan sadar dari pingsannya ia mengerjapkan kedua matanya dan berada di ruang rawat. Pertama kali yang ia lihat hanya Daisy dan Stella yang sedari tadi menunggunya agar cepat sadar,”Ini di mana?” Tanya Johan mengangkat tubuhnya dan bersandar dibantu oleh Stella.
“Rumah sakit, pah. Mobil kita menabrak mobil orang lain,” ujar Daisy sedikit khawatir karena ia tidak tahu bagaimana kondisi mobil yang tertabrak.
Johan menghela napas pelan dia saat ini sangat syok dengan kecelakaan yang dialaminya, netranya tidak henti mencari seseorang siapa lagi kalau bukan Bella yang tidak ada di hadapannya,”Di mana Bella? Apa dia baik-baik saja?” lirih Johan yang ingin bangkit, tetapi Stella mencegahnya agar papanya tidak mencari Bella.
“Dia … dia baik-baik saja, pah. Sekarang kak Bella …”
Ceklek
Seorang Dokter membuka pintu dan menghampiri Johan memberitahu kalau Bella harus segera dioperasi karena kakinya sangat tidak mungkin untuk diobati begitu saja. Mendengar itu Johan menatap tajam pada Stella karena ia baru saja mengatakan kalau Bella baik-baik saja.
“Bisa ikut ke ruangan ku sekarang, Tuan?” ajak Dokter itu.
“Bisa Dokter,” jawab Johan.
Johan melangkah bersama Dokter itu menuju ruangannya karena ada sesuatu yang perlu dijelaskan sebelum melakukan operasi. Johan terlihat sangat khawatir melihat keadaan Bella yang terbaring di dalam ruang operasi saat ia melewati ruangan tersebut dan berhenti sejenak.
“Bella …”
“Ada yang harus aku katakan mengenai kondisi putri anda, Tuan. Marilah ke ruangan ku sekarang,” ajak Dokter itu kembali dan lamunan Johan buyar.
Di sisi lain proses pemakaman di kediaman Mahendra berjalan dramatis dan sedikit lambat karena Arrayan yang menahan keranda yang akan membawa kedua orang tuanya untuk di makam kan membuat keluarga harus ekstra menahan Arrayan. Bahkan para bodyguard pun sampai kualahan menahan tubuh Arrayan karena ia mencoba melawan para Bodygardnya itu.
“Lepaskan aku! Kenapa kalian menahanku!” teriak Arrayan menatap tajam semua orang yang berada di rumahnya termasuk para tetangga yang datang melayat.
Arrayan pergi dan langsung berlari keluar untuk mengejar ambulan yang membawa Keranda kedua orang tuanya, tetapi terlambat. Mereka sudah pergi jauh dan pintu gerbang yang menjulang tinggi itupun segera dikunci dan di gembok agar Arryan tidak bisa keluar.
“Buka pintunya?! Cepat! Atau tidak aku akan menembak kalian semua!” ancam Arrayan.
Akhhhh
Seseorang melumpuhkan Arrayan dengan membiusnya agar bisa membawanya ke dalam kamar. Lalu beberapa Bodygart diperintahkan untuk membawa Arrayan ke dalam kamarnya,”Maafkan aku Arrayan, paman terpaksa menyuruh dokter untuk membiusmu,” ucap seseorang yang tidak lain adalah adik kembar dari Lais.
Wiiliam Mahendra yang selama ini menetap di London langsung terbang menuju Jakarta menggunakan pesawat pribadinya saat mendengar sang kakak dan kaka iparnya meninggal karena kecelakaan. Keputusannya sangat tepat untuk segera datang sebelum pemakaman karena ia tahu kalau Arrayan pasti sangat syok, karena dia sangat menyayangi kedua orang tuanya. Saat Lais sakit ia meninggalkan pekerjaannya hanya demi merawat papanya padahal Nania sudah melarangnya agar dia tidak perlu di rumah sakit, tetapi Arrayan menolak ia ingin merawat Lais sampai sembuh baru hatinya bisa tenang.
William menatap Arrayan dengan tatapan sendu, pria yang selama ini selalu menurut apa kata kedua orang tuanya dan tidak bisa melihat kedua orang tuanya kenapa-napa kini terbaring lemah dengan kedua matanya yang sembab akibat terus-menerus menangisi kepergian Lais dan Nania.
“Kakak, aku berjanji akan mencarikan jodoh yang tepat untuk putramu,” lirih Wiliam.
*
*
Pemilik bulu mata lentik itu perlahan membuka kedua matanya ia melihat sekitar yang terasa asing baginya,”Di mana ini?” gumam Bella.
Bella menoleh melihat Daisy dan Stella yang terlihat malas menunggunya di rumah sakit kalau bukan Johan yang memintanya. Karena sang papa sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit setelah meetingnya selesai. Bella hanya bisa menghela napas dengan wajah masam kedua orang itu yang selalu menatap tidak suka pada Bella.
Tidak lama Johan datang membuat senyuman gadis yang baru saja sadar terbit melihat sang papa datang lalu ia mengangkat tubuhnya dan bersandar agar bisa menyambut Johan yang saat ini membawakan bunga Rose berwarna merah kesukaan Bella.
“Terimakasih, papa,” ujar Bella meraih bunga itu.
“Bagaimana keadaan mu. Apa sudah merasa baikkan?” tutur Johan lembut.
“Sudah, pah. Bagaimana keadaan papa? Papa tidak apa-apa kan? Aku sangat khawatir,” ujar Bella menatap lekat Johan.
“Seperti yang kamu lihat, papa baik-baik saja, kamu tidak perlu khawatir,” balas Johan tersenyum getir sekarang dia yang khawatir bagaimana cara menjelaskan kondisi Bella yang sebenarnya? Ia takut kalau putrinya tidak bisa menerima kondisi ia yang sekarang.
Saat sampai di ruang Dokter sebelum melakukan operasi kecil pada Bella, sang Dokter menjelaskan kalau kaki sebelah Kiri Bella mengalami cidera otot, adanya tulang yang patah serta adanya gangguan pada syaraf ototnya sehingga kaki kirinya tidak bisa berjalan normal dan harus menggunakan tongkat.
“Jadi, maksud dokter Bella c4c4t?” lirih Johan tubuhnya menjadi lemas dan matanya mulai berkaca-kaca.
“Bisa dikatakan seperti itu. Aku ahrus memberitahu juga untuk kesembuhannya hanya sepuluh persen, karena aku melihat ada infeksi pada sendi ototnya jadi kemungkinan untuk sembuh sangatlah kecil,”
Penjelasan Dokter tentunya membuat Johan sangat syok, air mata yang tidak terbendung lagi itupun jatuh membasahi pipinya. Hati Johan sakit menerima kenyataan kalau putrinya menjadi c4c4t akibat kelalaian Stella padahal sudah beberapa kali ia mengingatkan Stella untuk berhati-hati membawa mobilnya. Andaikan Johan menuruti Bella saat itu kecelakaan itu tidak akan pernah terjadi dan Bella tetap normal.
“Papah, kapan kita pulang? Aku sudah tidak betah di rumah sakit ini,” protes Stella.
“Hari ini Bella sudah boleh pulang,” ujar Johan.
Stella memutar bola matanya malas karena ia tidak peduli dengan kepulangan Bella, kalau perlu kakak angkatnya tidak usah kembali ke rumahnya,”Stella, bantu kakak mu berdiri,” titah Johan yang sedang membalas email yang masuk dari sekretarisnya.
“Ngapain, dia bisa jalan sendiri jangan terlalu memanjakannya,” ujar Daisy tidak terima putri kesayangannya di suruh-suruh apalagi untuk membantu Bella.
Sebelum Johan meneruskan omongannya seorang suster masuk dengan membawa kursi roda dan sebuah tongkat siku yang mana akan membantu Bella berjalan. Bella mengerutkan dahinya dalam melihat tongkat siku yang dibawa suster, ia tidak masalah dengan kursi rodanya yang akan membantu membawanya sampai ke mobil karena ia belum pulih benar.
Akan tetapi, tongkat siku itu untuk apa? Lalu ia menoleh pada Johan dengan tatapan bertanya,”Pah, itu tongkat untuk siapa?” tanya Bella. Johan yang di tatap sang putri hanya bisa diam dan mengusap wajahnya kasar.
“Un-untuk mu,” lirih Johan menatap Bella dan berusaha tegar.
“Apa? Untuk Bella? Memangnya dia kenapa?” sela Daisy karena Stella dan Daisy tidak tahu kondisi sebenarnya Bella seperti apa dan mengira lukanya tidak begitu parah.
“Salah satu kaki Bella tidak bisa berjalan dengan normal akibat terjepit saat kecelakaan menyebabkan tulangnya patah dan ada gangguan pada syaraf ototnya,” jelas Johan.
Degh!
*
*
Bersambung
😅