Amara Calista seorang gadis berbadan bongsor, yang mempunyai hobi main basket, jatuh cinta pada seniornya yang bernama Altaf Alfarizi. Altaf yang mempunyai banyak fans, awalnya hanya memandang sebelah mata pada Amara. Amara berusaha sungguh-sungguh untuk merubah penampilannya demi mendapatkan hati Altaf. Dan dengan kekuasaan sang papa Amara bisa mendapatkan Altaf melalui sebuah perjodohan. Namun sebuah musibah membuat Amara pupus harapan dan memilih berpisah dengan sang suami tercinta. Bagaimana kisah cinta Amara dan Altaf? Ikuti kisah lengkapnya dalam "Asmara Ke Dua".
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marsia Niqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kesal Sekali
Pagi hari Ara sudah berkutat di dapur menyiapkan sarapan untuk sang suami karena mbok Siti belum bisa kerja. Rumah sudah bersih dan rapi, Altaf membantu Ara membersihkannya. Setelah membersihkan rumah Altaf membuka laptopnya mengecek laporan kemarin yang belum sempat dikerjakannya.
"Kak, mau mandi dulu apa mau sarapan dulu?" Tanya Ara pada sang suami yang sibuk dengan laptopnya di ruang keluarga.
"Sarapan dulu aja deh, cacing di perut kakak sudah dangdutan cium bau masakan Rara!"
"Ya udah yuk, kita sarapan, nanti mau ke rumah mama dulu, bisa-bisa kakak kesiangan ke kampus."
"Ra, coba Rara makan ini, ini enak banget lho!" Kata Altaf sambil menyodorkan sesendok nasi goreng dengan udang tepung buatan Ara.
"Nggak ah, nggak mau!"
"Ra, ini enak banget sumpah!" Kata Altaf membujuk sang istri agar menerima suapan darinya.
"Ara tadi udah ngicip kak, sebelum Ara hidangkan!" Kata Ara menolak halus permintaan sang suami, karena masih konsisten dengan program dietnya.
"Ra, nggak baik lho nolak permintaan suami, kakak tau Rara lagi jaga badan, tapi makan dikit nggak papa kan?" Kata Altaf dengan nada kecewa, sang istri terlalu menjaga makan dan menghindari makanan berlemak.
Ara jadi tak enak melihat mimik muka sang suami yang kecewa akibat penolakannya.
"Akkkkkkkk!" Ara membuka mulutnya agar suaminya menyuapinya, dan Altaf nyosor mulut Ara yang terbuka dengan cepat.
"Hihhhhh, kok main sosor aja sih, katanya mau nyuapin Ara!" Kata Ara jadi kesal sendiri dengan tingkah sang suami.
"Itu pembuka!" Kata Altaf dan langsung menyendok nasi goreng lalu di sodorkan ke mulut Ara, tapi sebelum sampai di mulut Ara dengan cepat Altaf memasukkan suapan itu ke mulutnya sendiri, membuat Ara manyun karena kesal dikerjai.
"Akkkkkk!!" Kata Altaf lagi dan Ara tak terpancing tetap tutup mulut.
"Akkkkkk Ra, buka mulut!"
"Enggak!"
"Buka Rara!"
"Buka atau kakak cium lagi?! Kata Altaf mengancam lalu dengan masih cemberut Ara membuka mulut. Tapi jahilnya Altaf tak berhenti, kembali memasukkan suapan itu ke mulutnya sendiri lagi. Ara semakin kesal dan beranjak meninggalkan Altaf. Tangan Altaf dengan cepat menyambar tangan Ara.
"Mau kamana hem...?" Tanya Altaf dengan senyumnya.
"Berak, mau ikut?!" Kata Ara ngegas karena kesal.
"Hih ....ngomongnya kok gitu, bikin selera makan kakak naik. Suapin kakak!" Kata Altaf tegas.
"Enggak MAU!" Makan sendiri!"
"Harus mau, sini!" Kata Altaf dan dengan cepat menarik tangan Ara hingga Ara jatuh terduduk di pangkuan sang suami. Dengan cepat Altaf memeluk pinggang Ara.
"Suapin sampai habis!" Kata Altaf dan mau tidak mau Ara hanya bisa menurut. Altaf makan dengan lahap, rasa bahagia membuat rasa makanan serasa sangat nikmat di mulutnya, apalagi sang istri memasaknya spesial untuknya. Tangan Altaf mengambil potongan apel di piring dan menyuapkan ke mulut Ara. Ara menerima suapan itu walaupun masih dengan cemberut.
"Hem.....nikmat banget Ra, kakak mau sarapan kayak gini tiap hari!"
"Nggak boleh tiap hari makan nasi goreng, nggak baik juga, ini karna mbok Siti nggak kerja, Ara masak yang simple!" Kata Ara ketus tapi tetap perhatian dengan sang suami.
"Bukan nasi gorengnya, tapi disuapi sambil mangku Rara kayak gini!"
BLUSSSSSS
Wajah Ara merah seketika. Melihat sang istri salting, Altaf malah meletakkan kepalanya di ceruk leher Ara.
"Hihhhhh kakak, cepetan makannya, kita mau ke rumah mama, nanti kakak terlambat ke kampus!"
"Galak amat!" Kata Altaf yang masih nempel di leher sang istri.
"Kakak ...! Geli tau nggak! Cepetan makannya terus mandi!" Kata Ara ngegas dan Altaf menurut kali ini tak mau sang istri ngamuk.
Setelah makan Ara meminta sang suami segera mandi, dan Ara sendiri membereskan bekas sarapan mereka.
Dengan cekatan Ara membereskan meja makan, mencuci piring dan melangkah ke kamar setelah semua pekerjaannya beres.
Sampai di kamar Ara menjerit, betapa kesalnya suaminya bukannya mandi malah main ponsel dengan duduk menyandar di ranjang. Kasur yang sudah ia tata dengan rapi berantakan lagi.
"Kakak....! Kenapa belum mandi?! Dari tadi ngapain?!" Tanya Ara kesal.
"Bentar lagi Ra, ini lagi balas pesan di group kelas!" Kata Altaf santai.
"Hua...........!" Tangis Ara tak dapat ditahan lagi saking kesalnya pada sang suami.
"Ehhhhh....eh......kok nangis? Bentar doang Rara!" Kata Altaf yang langsung menuju sang istri yang sudah ndeprok di lantai dengan tangis kencangnya.
"Ra, jangan nangis dong, kakak cuma bercanda!" Kata Altaf yang sukses membuat Ara melotot tajam ke arahnya.
"Bercanda kakak bilang?! Kebangetan tau nggak! Udah Ara pergi ke rumah mama sendiri aja!" Kata Ara langsung berdiri hendak meninggalkan sang suami yang jongkok di depannya.
"Rara......jangan marah dong!" Kata Altaf sambil menarik tangan Ara membawa ke pelukannya. Tahu kelemahan sang istri pasti kincep kalau sudah di peluk.
"Mandiin kakak!" Bisiknya di telinga Ara.
"ENGGAK.....!
"Ayo lah Ra, biar cepet, kalau mandi sendiri kakak suka lama, itu Rara tahu kan?!"
"NGGAK MAU! Ara udah mandi, udah rapi, nanti basah lagi! Nggak mau!"
"Nggak boleh nolak!" Kata Altaf dengan senyum jahilnya dan menarik Ara masuk kamar mandi dengan paksa. Tenaga Ara tak cukup kuat untuk melawan tenaga sang suami. Setelah lima belas menit di dalam kamar mandi, akhirnya mereka keluar.
"Tuh kan Ara jadi basah semua, harus ganti lagi!" Kesal Ara dan mengomel pada sang suami.
"Basah ya tinggal ganti aja apa susahnya sih?!" Kata Altaf.
"Enak banget kakak ngomong, tinggal ganti! Ara udah dandan, baju udah rapi jadi berantakan semua gegara kakak!"
"Yang ikhlas Ra bantuin suami!"
"Cepetan ganti baju, keburu siang!" Ara semakin kesal.
"Siap tuan putri!" Kata Altaf lembut yang langsung bisa menghentikan omelan Ara.