Kehidupan Nazela begitu terasa sesak. Iya,dia bisa menajali hidup sesuai keinginan nya namun,tak ada hari tanpa berdebat dengan sang mamah yang ingin anaknya menjadi dokter. Keputusan Nazela menjadi seniman membuat sang mamah murka setiap harinya,hingga membuat Nazela sesak setiap kali melihat mamahnya.
Namun kehidupannya mulai berubah ketika sang sahabat mengenal kan nya pada Islam. Nazela memang seorang muslim namun ia cukup jauh dari kata taat karna background keluarga nya. Pola pandang Nazela mulai berubah ketika Sabrina mengenalkan nya pada tempat bernama pesantren. Ia mulai belajar mengenal Islam lebih dalam hingga ia merasa nyaman dengan hijab dan baju baju panjang yang tak membentuk lekuk tubuh nya. Ia akhirnya ia harus menghadapi berbagi macam ujian hidup termasuk ujian percintaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ell lestari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perhatian yang baru
"Sab, lo tau nyokap gue gak?"
Tanya Nazela pada Sabrina yang sedang menyiapkan meja makan untuk sarapan di rumah Afkar itu. Nazela keluar dari kamarnya dengan hijab dan baju yang berbeda dari semalam. ia terlihat sedikit casual dengan setelan hoodie abu yang di balut dengan hijab pashmina beige yang menutupi rambutnya.
"Mamah mu dah pulang, sehabis buat sarapan tadi. katanya ada pesanan catering"
Jawab ummi dari dalam dapur karena mendengar suara Nazela bertanya.
"Kok mamah gak bilang bilang sih"
Protes Nazela sambil berjalan ke arah Sabrina yang masih menata piring
"Kamu mandi e kelamaan, dadi mamah mu dah balik duluan"
Tukas Sabrina
"Tadi mamah mu dah pesen karo ummi. Wis saiki kita sarapan aye, iki semua buatan mamah mu. Katanya makanan kesukaan mu kabeh"
Ujar ummi menjelaskan, dengan wajah heran dan tak percaya nya, Nazela melihat seluruh menu sarapan di meja makan, dan itu semua memang menu kesukaan nya. Raut wajah Nazela tidak memancarkan kebahagiaan nya, ia justru memandangi penuh kekesalan.
"Mamah apa apaan sih, jadi ini cara dia buat ngancurin gue lagi. Dengan nyari perhatian orang orang terdekat gue"
Gumam Nazela penuh emosi dalam hatinya
"Maaf ummi, Nazela gak bisa ikut sarapan. Assalamualaikum"
Tukas Nazela, lalu mencium punggung tangan ummi sebelum akhirnya pergi meninggalkan orang orang yang melihatnya heran termasuk Afkar yang baru menuruni tangga.
"Zela!!"
Panggil ummi khawatir
"Biar Sabrina aja bu dek"
Ucap Sabrina kemudian berlari mengejar Nazela yang sudah berada di luar rumah.
"Sek tok Zel!!"
Ujar Sabrina sambil terus berlari mengejar Nazela yang berjalan dengan cepat.
"Nazela!!"
Bentak Sabrina hingga membuat Nazela menghentikan langkah kesal nya.
''Zel, kamu ndak boleh koyo ngene! seenggak nek kamu iku ngargai bu dek, yo walaupun iku masakan buatan mamah mu. Tapi Zel, mamah mu iku tulus ngelakuin iki''
''Nyokap gue itu licik Sab, dia ngelakuin ini biar bisa ngancurin gue lagi. Dia mau cari perhatian ke orang orang terdekat gue sekarang, lo tau kan apa yang udah nyokap gue lakuin ke gue?''
Ujar Nazela penuh kekesalan, wajahnya yang memerah karena emosi dan matanya yang berair karena berusaha menahan tangisnya.
''Aku paham iku Zel, aku juga tau opo sing wis mamah mu lakuin ke kamu. Tapi saiki mamah mu dah berubah, mamah mu nek.....''
''Alah, tau banyak lo tentang nyokap gue?''
Tanya Nazela menyela ucapan Sabrina
''Gue gak larang lo atau nyokap gue untuk berhubungan baik, tapi gue benci kalo lo ngelakuin hal kaya gini lagi! lo boleh pergi kemana pun sama nyokap gue, tapi jangan pernah ajak gue''
Cetus Nazela dengan amarahnya yang membara
''Ok Zel, aku akui aku salah. Aku minta maaf, dadi saiki ayo kita sarapan dulu! ndak enak sama bu dek''
Ucap Sabrina mencoba menenangkan suasana
''Gak usah, bilang maaf aja sama ummi!''
''Terus kamu nek kemana?''
Tanya Sabrina menghentikan Nazela yang hendak melanjutkan langkahnya lagi.
''Gue mau nenangin diri''
''Biar aku anter yok?''
''Enggak usah! nyokap lo baru dateng''
Nazela melanjutkan langkahnya dengan sedikit lebih tenang dari sebelumnya.
''Zela!!''
Panggil Sabrina mencoba menghentikan Nazela, namun Nazela tetap dengan egonya.
*****
Dengan perasaan khawatirnya, ummi mencoba untuk memakan hidangannya. Dengan tatapan yang kosong, ia masih terus memikirkan apa yang terjadi dengan Nazela.
''Ummi kenopo toh?''
Tanya abi yang tidak mengerti apa yang terjadi
''Iyo mba, iki masakan e bu Farah enak tenan loh''
Sambung ummi Sabrina yang juga ikut menyarap.
''Sab, Nazela mana?''
Ummi langsung bangun dari duduknya dan langsung melontarkan pertanyaan ketika melihat Sabrina yang sudah kembali.
''Nazela minta maaf bu dek, dia ndak bisa ikut sarapan''
Jawab Sabrina lesu, kemudian mengambil tempat duduknya tepat di sebelahnya ummi nya.
''Loh, emange Nazela kenopo toh Ndok?''
Tanya ummi Sabrina yang juga tidak mengetahui apa apa yang terjadi sebelumnya.
''Nanti Sabrina ceritain yo, kita sarapan dulu''
''Terus Nazela e kemana toh Sab?''
Tanya Afkar yang juga khawatir karena melihat apa yang terjadi sebelumnya.
''Nazela ndak bilang mas''
''Kalo gitu, Afkar susul yo ummi, abi, takut ono opo opo kalo Nazela pergi sendiri''
''Yo wis, sekalian kamu bawa iki, dia iku belum sarapan''
Sambung ummi nya yang hendak membawakan kotak makan untuk Nazela
''Jangan bu dek! , takut Nazela tambah marah''
''Yo wis kalo gitu, Afkar berangkat dulu. Assalamualaikum''
''Waalaikumussalam''
''Hati hati yo lek!''
Pesan sang ummi pada Afkar yang sedang berpamitan dengan abi, dan Sabrina serta ummi nya yang juga bibi dari Afkar sendiri.
*****
Jauh di tempat parkiran pesantren, nampak Malik sedang membersihkan mobilnya. Ternyata sedari tadi ia sudah tidak di dalam rumah. Matanya yang sedang fokus melihat tiap detail body mobilnya yang sadang ia bersihkan, tiba tiba ia mendapati Nazela yang sedang berjalan sambil terus menundukkan kepalanya lesu.
''Zel!!''
Panggil Malik ketika Nazela tepat berjalan di iringannya. Nazela yang tersentak kaget langsung mendongakkan kepalanya.
''Pak Malik''
Ucap Nazela dengan senyuman palsunya
''Kamu mau ke mana?''
''Mau cari udara pagi pak''
''Kamu enggak sarapan dulu?''
''Belum laper pak, ya udah kalo gitu saya duluan ya pak''
''Saya anter, sekalian saya juga belum pernah keluar dari pesantren sepagi ini''
Ucap Malik dengan cepat agar Nazela tidak langsung melangkahkan kakinya
''Bapak gak sibuk?''
''Enggak kok, kebetulan kelas saya siang dan ada jadwal bimbingan nanti sore''
''Boleh pak''
Ujar Nazela menyetujui, kemudian ia masuk ke dalam mobil milik Malik. Tanpa Malik dan Nazela sadari ternyata Afkar sedang memperhatikan keduanya dari kejauhan. Lagi dan lagi Afkar harus menyaksikan kedekatan keduanya. Niat awal Afkar yang ingin menemani Nazela ternyata sudah lebih dulu di lakukan Malik, walau Malik tidak mengetahui sama sekali apa yang terjadi di rumahnya.
*****
"Sab, Nazela iku kenopo?"
Tanya bu dek yang masih dengan ke khawatirannya pada Sabrina yang sudah berjanji akan bercerita. Tak hanya bu dek,pak dek serta ummi Sabrina pun ikut berkumpul di ruang keluarga.
"Punten yo bu dek, pak dek, ummi. Mungkin Sabrina ndak iso cerita akeh, soale iki kan kehidupan e Nazela, Sabrina ndak berhak cerita. Tapi Sabrina kasih tau sebab e aye"
Jelas Sabrina dengan raut wajah penuh ke khawatiran, karena ia pun takut kalo Nazela akan bertambah marah jika tahu Sabrina menceritakannya pada orang lain.
"Iyo ndak popo ndok"
Ujar pak dek menenangkan kekhawatiran Sabrina
"Nazela iku dah lama bu dek ndak deket sama tante Farah, yo mungkin dari awal Nazela masuk kuliah. Tapi satu tahun belakangan iki hubungan mereka bertambah jauh, mereka cuman ngobrol kalo lagi ribut aja. Nazela juga ndak suka lagi makan masakan e tante Farah"
Ujar Sabrina menjelaskan, membuat semua orang yang mendengarnya menatap haru.
"Kok iso koyo ngono iku piye?"
Tanya pak dek tak mengerti
"Karena mamah nya Nazela ndak suka kalo Nazela kuliah jurusan seni, tante Farah iku nek Nazela kuliah kedokteran. Dadi yo Nazela selama iki kuliah biaya dewek"
Jawab Sabrina lagi menjelaskan
"Tapi bu dek, pak dek, tante Farah saiki nek berubah, tante Farah nek memperbaiki hubungan e karo Nazela. Dan dia minta tolong karo Sabrina, agar bisa membuat Nazela mau bicara meneh karo tante Farah, bu dek iso bantu Sabrina juga? saiki aye rencana Sabrina ndak berhasil, malah bikin Nazela marah"
Keluh Sabrina penuh penyesalan
"Bu dek iso bantu opo ndok?"
"Opo aye bu dek, sing penting Nazela karo tante Farah iso akur, minimal Nazela nek makan nang umah. Sabrina ndak tega ndelok e, kakak e Nazela juga ndak bisa buat mereka jadi deket, soale saiki Nazela juga mulai menjauh dari kakak e"
"Astagfirullah hal'adzim, kamu ojo jauh jauh dari Nazela yo Sab! in syaa allah bu dek bantu"
"Enggih bu dek, matur suwon yo?"
"Ndak usah bilang makasih, wis kewajiban kita sebagai seorang muslim untuk memperbaiki hubungan umat muslim lainnya. Yo!"
"Enggih bu dek"
"Kamu juga iso minta bantuan karo pak dek"
Ujar pak dek yang ikut membantu untuk menenangkan Sabrina yang terlihat begitu khawatir akan keadaan yang terjadi dengan sahabatnya itu. Sabrina menatap ke arah ummi nya yang menatapnya penuh rasa bangga karena bisa memiliki anak seperti Sabrina yang begitu peduli dengan orang lain. Sabrina memeluk erat ummi nya, ia merasa lega akhirnya bisa menemukan jalan keluar untuk bisa membantu Nazela, karena hal ini adalah keinginan Sabrina semenjak tahu kejadian antara Nazela dan mamahnya. Selama ini Sabrina hanya bisa mendengarkan tanpa bisa memberi solusi, karena ia takut membuat Nazela bertambah jauh dari keluarganya.