NovelToon NovelToon
Same But Different

Same But Different

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Kembar / Teen School/College / Mengubah Takdir / Teman lama bertemu kembali / Trauma masa lalu / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Kanza Hann

Isya sadarkan diri dalam kondisi amnesia setelah mengalami kecelakaan ketika studi wisata. Amnesia itu membuat Isya lupa akan segala hal yang berkaitan dengan dirinya, bahkan banyak yang menilai jika kepribadiannya pun berubah. Hari demi hari ia jalani tanpa ingatan yang tersisa. Hingga pada suatu ketika Isya bertemu dengan beberapa orang yang merasa mengenalinya namun dengan identitas yang berbeda. Dan pada suatu hari ingatannya telah pulih.

Apa yang terjadi setelah Isya mendapatkan ingatannya kembali?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kanza Hann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

029 : Rekomendasi Tak Terduga

Pukul setengah 7 pagi, Isya sudah sampai di Adinata High School. Pagi ini rasa kantuknya masih terasa karena setelah mengetahui isi kotak misterius kemarin, ia jadi tidak bisa lanjut tidur. Bukannya mendapat jawaban pasti setalah melihat isi kotak, Isya makin terjebak dalam situasi penuh pertanyaan. Satu persatu teka-teki harus ia pecahkan hingga semua rasa penasarannya lunas terbayarkan.

Saat sampai di depan papan pengumuman sekolah, Isya mendapati Pak Alex sedang memasang sebuah pengumuman di sana. Pak Alex adalah adik kandung Bu Alissa, atau dengan kata lain beliau adalah pamannya. Isya mendekat untuk menyapa Pak Alex. "Hai, paman!"

Pak Alex merespon sapaan dari keponakannya. "Halo Sya... tumben kamu berangkat pagi?"

"Biasanya aku juga berangkat jam segini, paman." jawab Isya jujur.

Namun, Pak Alex merasa jawaban Isya jauh meleset dari kebiasaan sebelumnya. Beliau pun secara blak-blakan memberitahu bagaimana kebiasaan Isya saat berangkat sekolah. "Heleh... biasanya kamu jam 7 baru berangkat dari rumah. Setiap datang telat pun kamu tidak merasa bersalah! Untung saja kamu dapat hak siswa istimewa!"

"Hah? Masa sih, paman?" Isya tidak percaya. Akhir-akhir ini ia banyak sekali menerima pendapat orang lain yang jauh berbeda dari dirinya sekarang.

"Iya... tanya saja pada ayahmu kalau tidak percaya! Ayahmu saja kalau mau berangkat kerja harus sekalian mengantarmu ke sekolah. Soalnya, kamu tuh nggak mau berangkat kalau nggak bareng sama kakak ipar! Padahal kan beliau harus datang lebih awal di perusahaan. Untung saja dia direkturnya! Haha... kamu ini ada-ada saja!" jelas beliau sembari sedikit mengacak-acak rambut Isya di akhir kalimat.

Pak Alex sangat suka berbuat usil kepada ponakannya. Biasanya, Isya akan marah dan memukul jika ada yang berani menyentuh rambut indah panjangnya. Tapi, kali ini Isya tenang-tenang saja dan tidak marah. Saat rambutnya diacak-acak, ia hanya kembali merapikan tanpa ada luapan emosi yang terarahkan pada tersangka.

Padahal Pak Alex sudah memasang posisi siap berjaga jika mungkin saja Isya akan marah dan memukulnya, namun kali ini tidak. Pak Alex hanya membatin pendapatnya dan tidak lagi berkomentar, "Aneh sekali! Biasanya dia pasti marah."

Selesai merapikan rambutnya, Isya melihat ke papan pengumuman. Kemudian, ia bertanya dengan apa yang Pak Alex lakukan di sana, "Apa yang tadi paman pasang?"

Pak Alex menunjuk poster pengumuman mengenai suatu kontes, "Itu lihat saja sendiri!"

"Kontes piano?" melihat pengumuman kontes itu, Isya kepikiran dengan seseorang. "Apa paman sudah menemukan peserta kontesnya?"

"Belum. Makannya paman pasang ini di papan pengumuman, supaya ada siswa yang berminat untuk ikut kontes setelah melihatnya sendiri. Soalnya siswa andalan paman yang sangat mahir bermain piano sedang mengalami cedera di tangan kirinya sehingga dia tidak bisa ikut." jelas Pak Alex.

"Aaa... begitu rupanya," entah kenapa Daniel muncul di pemikiran Isya dan ia pun berencana merekomendasikannya kepada Pak Alex. "Oh ya, paman..."

"Ada apa?"

"Aku tahu siapa siswa yang sangat jago bermain piano."

"Siapa?" Pak Alex jadi penasaran.

"Dia siswa baru sih di sini. Tapi, kemarin aku sempat lihat saat dia bermain piano di ruang musik. Dan permainannya itu hebat banget loh, paman! Namanya Daniel Hamdan." Isya sedang mempromosikan Daniel dengan mengunggulkan kemampuannya.

Mendengar hal itu, seringai kecurigaan muncul di wajah Pak Alex. "Heyoo... sejak kapan kamu jadi begitu supel berkawan sama siswa baru? Padahal kalau sesama siswa Adinata meski sudah kenal lama pun kamu tidak akrab dengan mereka. Dan jarang sekali kamu memuji seseorang. Heyoo... adakah sesuatu di antara kamu dengan siswa baru itu?" ledek Pak Alex.

"Ih paman aku kasih tahu malah meledek begitu!" Isya sangat tidak suka diledek dengan hal yang bisa membuatnya tersipu malu.

"Haha... paman cuma bercanda kok! Oke, nanti paman akan menemui siswa itu dan membuktikan kemampuannya, apakah dia layak untuk kontes ini."

"Dijamin paman pasti terpukau dengan permainan pianonya!" ucap Isya sembari mengacungkan ibu jari. Nampaknya Isya begitu yakin kalau Pak Alex juga akan tertarik dengan permainan piano Daniel.

Tak ingin kalah, Pak Alex pun juga memamerkan keahliannya. "Iya, nanti paman akan mengetesnya lebih dulu! Paman ini ahlinya dalam menganalisis kemampuan musik seseorang loh. Setiap orang pasti memiliki bakat musik sesuai kemampuannya masing-masing!"

Mendengar hal itu, Isya jadi tertarik untuk mengetahui apa kemampuan musik dalam dirinya. "Oh ya, paman! Kalau kemampuan musik dalam diriku ini seperti apa?"

"Haha... kamu sangat jago menghasilkan suara bernada tinggi saat berteriak marah!" setelah menjawab pertanyaan Isya, Pak Alex segera bergegas kembali ke ruang guru guna menyiapkan materi pembelajarannya di jam pertama yang sebentar lagi dimulai. "Paman balik ke ruang guru dulu. Kamu juga ke kelas gih, sebentar lagi bel masuk akan berbunyi!"

Di akhir perjumpaan pagi ini, Pak Alex kembali memegang kepala Isya sebelum pergi. Sebenarnya Isya merasa kesal dengan rambut yang sudah rapi kembali berantakan. Tetapi, dia tidak sampai sebegitu marahnya atau bahkan memukul. Ia hanya diam menatap punggung Pak Alex yang kian berlalu, "Hmm..."

***

Benar saja, sepertinya rekomendasi Isya diterima oleh Pak Alex. Saat jam istirahat, Daniel diberitahu oleh teman sekelasnya bahwa dia harus pergi ke ruang musik saat itu juga. "Daniel, kamu dipanggil untuk menemui Pak Alex di ruang musik!"

"Aku?" Daniel terkejut dan seperti tidak percaya.

"Iya, kamu. Buruan gih ke sana!" setelah selesai memberitahu, siswa tadi kemudian berlalu.

Dalam hati Daniel penasaran, ada gerangan apa dia dipanggil untuk menemui seorang guru di ruang musik. Untuk mengetahuinya tentu saja dia harus pergi ke sana. Dengan tenang kakinya melangkah ke ruang musik yang berada tidak jauh dari kelasnya. Begitu tiba di depan pintu ruang musik, Daniel langsung membukanya untuk masuk.

Pak Alex sudah ada di dalam. Sembari menunggu siswa yang akan dijumpainya datang, beliau melihat-lihat bagian dalam ruang musik sejenak. Pak Alex sadar bahwa ada yang masuk dan kemungkinan besar dia adalah siswa baru yang beliau panggil. "Kamu sudah datang?"

"Iya." jawab Daniel dengan sopan sembari mengangguk pelan. Ia pun langsung menanyakan penyebab dia dipanggil ke sana. "Oh ya, ada perlu apa bapak memanggil saya?"

"Duduklah!" Pak Alex mempersilakan Daniel untuk duduk di kursi pianis. Daniel nampak ragu dan kembali bertanya, "Saya?"

Dengan mantap Pak Alex menunjuk Daniel. "Iya kamu! Di ruangan ini kan cuma ada kita berdua. Tentu saja kamu yang saya panggil."

Daniel menuruti perintah Pak Alex. Setelah duduk, ia masih diam sembari menunggu perintah berikutnya.

Tanpa basa-basi Pak Alex langsung to the poin pada intinya. "Sekarang mainkan piano itu dan hasilkan lantunan musik seindah mungkin yang kamu bisa. Jika hasilnya memuaskan, aku akan menunjuk kamu sebagai wakil dari Adinata High School dalam kontes piano 2 minggu kedepan! Bagaimana?"

"Tu-tunggu! Apa maksudnya? Kontes piano? Saya?" Daniel nampak semakin kebingungan.

"Apa kamu tidak lihat poster mengenai kontes piano di papan pengumuman sekolah?" tanya Pak Alex memastikan.

"Iya, saya tadi sudah melihatnya sekilas. Tapi, bagaimana bapak tahu kalau saya bisa bermain piano? Bukankah bapak belum pernah melihat saya memainkannya?" inilah yang membuat Daniel begitu penasaran.

"Tadi keponakan saya yang juga siswi di sini merekomendasikan dirimu." jawab Pak Alex jujur.

"Siapa?"

"Trisya Oliviana, dialah yang merekomendasikan dirimu kepada saya!"

Mendengar nama itu, hati Daniel jadi bergetar. "Isya yang merekomendasikan diriku untuk kontes piano ini?" ia bertanya-tanya dalam hati. Karena itulah, sejenak Daniel diam.

Pak Alex pun memastikan kembali apa jawaban dari siswa yang Isya rekomendasikan. "Bagaimana? Apa kamu bisa menunjukkan seberapa hebat dirimu?"

1
Anonymous
keren
Wy Ky
.
Protocetus
izin promote ya thor bola kok dalam saku
F.T Zira
like sub dan 🌹 untukmu kak Thor🫰🫰
F.T Zira
aku ninggalin jejak di chapter 1 dulu ya kak.. nanti baca secara berkala...

-One Step Closer-
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!