NovelToon NovelToon
I Like Your Kiss

I Like Your Kiss

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Saudara palsu
Popularitas:29.5k
Nilai: 5
Nama Author: Puput

Zavin dan Viola dipertemukan dalam kasus penculikan saat mereka masih anak-anak. Hingga akhirnya Viola menjadi adik angkat Zavin.
Setelah 15 tahun berlalu, mimpi buruk tentang penculikan itu terus menghantui Zavin. Dia menjadi pria yang dingin tapi sangat protektif pada Viola.

"Kak Zavin kenapa menciumku?"

"Kamu lupa, kalau kamu bukan adik kandungku!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 15

"Kak Zavin!" Suara lantang Viola memecah keheningan malam dan menggema dari balik pintu kamar Zavin. Jam dinding di kamarnya menunjukkan pukul dua pagi, namun Viola tak dapat tidur nyenyak. Beruntung, kamar kedua orang tua mereka berada di lantai bawah sehingga tidak mendengar keributan itu.

Di dalam kamar, Zavin menggeliat di atas ranjangnya. Sinar lampu tidur yang redup menyinari wajahnya yang masih setengah tertidur. Ia membuka matanya perlahan dan mengusap wajah dengan malas sambil mengerutkan dahi. Dengan nada geram, ia bergumam, "Ngapain lagi Viola tengah malam begini?"

Dengan enggan, Zavin bangkit dari ranjang dan berjalan menuju pintu yang terkunci. Kedua matanya masih terasa berat dan kantuknya belum sepenuhnya hilang. Ketika pintu terbuka, ia menatap Viola yang berdiri di sana. “Ada apa?” tanyanya dengan suara serak.

Tanpa menunggu izin, Viola mendorong pintu lebih lebar dan melangkah masuk ke kamar Zavin. Tanpa ragu, ia naik ke atas ranjang Zavin dan merebahkan diri di sana. "Kak Zavin, aku barusan mimpi buruk. Terus gak bisa tidur lagi," ucapnya dengan nada manja sambil memeluk guling Zavin seolah itu bisa mengusir rasa takutnya.

Zavin mengerang pelan sambil menggosok wajahnya, mencoba memaksa matanya terbuka sepenuhnya. Ia menutup setengah pintu kamarnya dan berniat mengusir adiknya. "Aku juga sering mimpi buruk, tapi gak pernah sampai ke kamar kamu. Viola, keluar! Aku masih ngantuk, mau tidur lagi."

Namun, Viola tidak peduli. Ia tetap bergeming, bahkan semakin nyaman merebahkan tubuhnya di atas ranjang Zavin. "Kak Zavin, apa kita bertemu waktu kita diculik?"

Pertanyaan itu membuat Zavin membuka kedua matanya. Rasa kantuk yang tadinya mendominasi perlahan sirna. Ia duduk di samping Viola dan memandang wajah Viola dengan mata yang kini terbuka lebar. "Kamu ingat sesuatu?" tanyanya penasaran.

Viola menggeleng pelan. "Bukan begitu. Aku cuma mimpi soal kita waktu kecil. Dalam mimpi itu, ada yang menculik kita, dan kita disekap di ruangan yang gelap. Orang-orang itu besar dan menakutkan. Aku kecil, kurus, dan merasa sangat ketakutan. Rasanya sangat nyata."

Zavin terdiam, menatap Viola yang sekarang duduk lebih dekat dengannya. Hatinya bergejolak, teringat kembali pada masa lalu yang selama ini ia pendam rapat-rapat. "Ya," jawabnya lirih. "Kita memang bertemu saat kita diculik."

Mendengar itu, Viola semakin mendekatkan diri ke kakaknya. Wajahnya berubah serius dan tatapannya penuh dengan rasa ingin tahu. "Terus? Apa orang tuaku datang menyelamatkanku?"

Pertanyaan itu membuat Zavin terdiam lama. Ada sesuatu yang berat di dalam hatinya, seperti beban yang enggan ia ungkapkan.

"Kak Zavin?" Viola menepuk pundak kakaknya meminta jawaban.

Zavin menghela napas panjang. Dia menatap tembok kamar sejenak sebelum akhirnya berbicara. "Apa kamu siap mendengar semua ceritaku?" tanyanya memastikan kesiapan mental Viola. "Aku nggak ingin kamu trauma lagi. Hampir setiap malam aku masih sering mimpi buruk, seperti yang kamu alami sekarang."

Viola terkejut. "Kak Zavin masih sering mimpi buruk?"

Zavin mengangguk. "Iya. Sudah 15 tahun berlalu, tapi mimpi itu terus menghantuiku. Aku lega kamu sempat melupakan semuanya, tapi sekarang aku khawatir kalau kamu mulai mengingat lagi. Kalau mimpi buruk itu datang terus-menerus, kamu nggak akan bisa tidur nyenyak."

Viola terdiam sejenak membiarkan kata-kata Zavin tenggelam dalam pikirannya. Meski rasa takut sempat menyelinap, ia sudah dewasa dan merasa dirinya sanggup menghadapi apapun yang akan diceritakan kakaknya. "Kak Zavin, ceritakan saja yang sebenarnya," pintanya dengan tegas.

Zavin mengusap wajah Viola dengan lembut sebelum akhirnya merengkuh bahunya dan memeluk Viola erat. "Waktu aku diculik, kamu sudah ada di sana, di gudang tempat kita disekap. Kamu masih kecil, menangis terus. Karena itulah aku berusaha kuat. Aku nggak boleh cengeng. Aku harus melindungi kamu. Aku masih ingat, kamu bilang sama aku kalau mama kamu meninggalkan kamu di depan panti asuhan. Karena kamu tidak mau masuk panti asuhan itu, akhirnya kamu kabur dan bertemu penculik."

Viola mendengarkan dengan serius. Air mata hampir menggenang di sudut matanya, tetapi ia menahannya. "Mama ninggalin aku di depan panti asuhan? Apa aku dibuang?"

Zavin menggeleng cepat, tangannya mengusap punggung Viola dengan lembut. "Pasti ada alasan kuat kenapa mama kamu harus melakukan itu. Setelah polisi dan Papa menyelamatkan kita, nggak ada keluarga yang datang mencari kamu. Saat itu, Mama sangat senang bertemu kamu dan langsung mengadopsimu karena Mama sendiri sudah nggak bisa punya anak lagi."

Viola hanya terdiam mendengar semua penjelasan Zavin. Ada rasa kosong yang tiba-tiba menyelinap di hatinya. "Jadi, nggak ada jejak sama sekali tentang orang tuaku?"

Zavin mengangguk pelan. "Nggak ada. Tapi kita bisa coba cari tahu lagi. Mungkin masih ada petunjuk di panti asuhan tempat kamu dulu ditinggalkan. Kita bisa mulai dari sana."

Viola memeluk Zavin lebih erat, kepalanya bersandar di dada Zavin yang kini terasa lebih hangat dan menenangkan. "Apa aku memang anak yang tidak diharapkan?"

Zavin mengusap rambut Viola dengan penuh kasih sayang dan berusaha menenangkan. "Jangan bilang seperti itu. Mungkin saja keluargamu masih mencari kamu sekarang. Tapi... aku juga nggak bisa membayangkan gimana perasaan Mama kalau suatu hari kamu berhasil menemukan orang tua kandungmu."

"Aku juga gak mau Mama sedih. Makanya, rahasiakan ini. Jangan bilang, kalau aku perlahan sudah ingat masa lalu. Aku sayang sekali sama Mama." Perlahan Viola memejamkan matanya apalagi saat merasakan usapan lembut di rambutnya.

"Iya." Zavin menguap panjang. Ia semakin memeluk Viola lalu ikut memejamkan matanya. Hingga pagi hari telah datang, mereka masih tertidur dengan nyenyak sambil berpelukan.

"Zavin, Viola!" Suara itu mengejutkan mereka berdua.

1
Han*_sal
tambah seru.. . jadi penasaran
argadio
terbaik
Mrs.Riozelino Fernandez
🤔🤔🤔🤔🤔
v3r4
Bagus ceritanya👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻
Risma Waty
Ryan ini orang suruhan Zavin ya?
fb/Ig: Puput Alfi: Iya, mantan Viola juga.
total 1 replies
Risma Waty
Ayo Vio, segera putuskan Dika. Rugi kamu sama orang kayak dia, nggak setia.
Mrs.Riozelino Fernandez
good Vio...
Lina Herlina
suka
Bn
asep
sinta
menakjubkan
Mrs.Riozelino Fernandez
iya ,tidur ma Viola...
barusan tadi Vio bangunkan 🤣🤣🤣
Ani
baik
lia
good
Dana
keren
firul
luar biasa
Jro Sriyani
makin seru
Mrs.Riozelino Fernandez
Gila nih cowo,abis ena ena malah video call🤦🏻‍♀️
Mrs.Riozelino Fernandez
👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻
Sari Ana
tor,,, klau boleh tau si Arvin ini anak siapa ya??
fb/Ig: Puput Alfi: Anaknya Arnav.
total 1 replies
Sunarti Narti
kpn bersambungnya thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!