NovelToon NovelToon
Mendadak Nikah

Mendadak Nikah

Status: sedang berlangsung
Genre:Pernikahan Kilat / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Mengubah Takdir / Suami ideal / Istri ideal
Popularitas:166.7k
Nilai: 4.5
Nama Author: aisy hilyah

Denis Agata Mahendra, seorang bocah laki-laki yang harus rela meninggalkan kediamannya yang mewah. Pergi mengasingkan diri, untuk menghindari orang-orang yang ingin mencelakainya.

Oleh karena sebuah kecelakaan yang menyebabkan kematian sang ayah, ia tinggal bersama asisten ayahnya dan bersembunyi hingga dewasa. Menjadi orang biasa untuk menyelidiki tragedi yang menimpanya saat kecil dulu.

Tanpa terduga dia bertemu takdir aneh, seorang gadis cantik memintanya untuk menikah hari itu juga. Menggantikan calon suaminya yang menghamili wanita lain. Takdir lainnya adalah, laki-laki itu sepupu Denis sendiri.

Bagaimana kisah mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisy hilyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rumah Denis

Mobil yang membawa Larisa dan Denis tiba di basemen apartemen khusus untuknya. Hanya ada beberapa kendaraan saja terparkir di sana, mobil-mobil mewah yang Larisa tak tahu bahwa itu adalah milik suaminya.

"Tunggu dulu! Ini bukan parkiran yang biasanya. Di mana sepeda listrik ku? Ah, pasti tertinggal di rumah ayah," ucap Larisa saat menyadari tempat parkir itu tak seperti biasa ia memarkirkan sepeda listriknya.

Denis tidak menanggapi, ia keluar setelah supir yang bersamanya membukakan pintu. Berjalan memutar menuju pintu di mana Larisa berada. Membukanya dan bersiap untuk menggendong gadis itu kembali.

"Ada apa?" Denis menatap bingung pada istrinya yang hanya diam mematung.

"Mmm ...." Larisa mengigit bibir, mengedipkan mata seolah-olah sedang menggoda kelelakiannya.

Jakun Denis naik dan turun, sesuatu meronta meminta haknya. Sial! Ia mengumpat dalam hati, sekuat mungkin menahan diri agar tetep bersikap tenang.

"Kau mau menggendongku?" tanya Larisa setelah beberapa saat terdiam.

Tanpa menjawab pertanyaan sang istri, Denis menarik tubuh Larisa dan membawanya ke dalam gendongan. Memasuki lift khusus miliknya, menuju unitnya sendiri.

"Aku tidak apa-apa, bisa kau turunkan aku?" Larisa berbisik setelah mereka berada di dalam lift, ia berdiri di sisi Denis sedikit lebih ke depan.

Pintu tertutup, Larisa hendak menekan tombol, tapi ia bingung sendiri.

"Kenapa liftnya berbeda? Apa kita benar akan pulang ke rumah?" gumam Larisa saat menyadari sesuatu yang berbeda dari lift yang biasa ia naiki.

Tangan panjang Denis menekan tombol khusus, dan melipatnya di dada. Memperhatikan Larisa yang nampak kebingungan sendiri. Gadis itu berbalik, menatap curiga pada suaminya itu.

"Ke mana kau akan membawaku? Apa kau mencoba untuk menculik ku?" tudingnya dengan wajah ketakutan.

Denis tersenyum sinis, meraih telunjuk gadis itu dan menggenggamnya. Menarik tubuh Larisa ke dalam dekapan, menguncinya agar tidak berkutik lagi.

"Kau benar. Aku memang sedang menculik mu? Kenapa? Apa kau takut padaku? Atau kau lupa siapa aku?" bisik Denis menatap dalam-dalam kedua manik istrinya.

Larisa membeku, memandang intens kedua manik tajam di hadapan. Sekilas ia lupa bahwa Denis adalah suaminya, dan dia sendiri yang meminta laki-laki itu untuk menikah dengannya.

"Hehe ...." Larisa tertawa malu, meronta ingin melepaskan diri, tapi lingkaran tangan Denis begitu erat dan tak mudah untuknya terbebas.

"Sepertinya ada seseorang yang lupa pernah memaksaku menikah," goda laki-laki itu sembari tersenyum jahil.

Larisa mematung, perlahan kedua pipinya merona karena malu yang tak tertutupi. Ia diam menutup rapat kedua belah bibirnya. Hanya senyum yang dipaksakan ia berikan.

"Kau lupa? Atau pura-pura lupa?" Denis semakin menggoda, wajahnya kian mendekat hingga hidung mereka beradu.

Oh, sial!

Keinginan itu datang lagi, semakin nyata dan menggebu. Denis melepas lingkaran tangannya, membiarkan Larisa terbebas. Salah tingkah sendiri, Denis memasukkan kedua tangan ke dalam saku, menengadah menatap langit-langit lift.

Ah, bodoh!

Sementara itu, Larisa membelakangi sambil menggigit bibir merasa malu. Hangat hembusan napas Denis masih bisa ia rasakan, aroma mint yang menguar bersama udara dari dalam mulutnya begitu membekas.

Tenang, Larisa. Dia suamimu, kau harus mengingat itu. Denis itu adalah suamimu.

Larisa menghela napas, menenangkan dirinya. Mendongakkan kepala, menatap pantulan Denis yang tengah memperhatikan dirinya sambil bersandar pada dinding lift.

"Ekhem! Aku akan membawamu ke rumahku. Sepertinya tidak aman jika kau tinggal di rumah itu. Mereka pasti akan datang lagi untuk mengganggumu," ucap Denis setelah menormalkan dirinya.

Kedua bola mata gadis itu membelalak, tapi ia tetap mengangguk tanpa membalik tubuh. Menunduk menghindari tatapan Denis meski hanya melalui dinding lift.

Rumah? Denis sebenarnya memiliki rumah? Atau ... ah, aku ingin tahu dengan siapa dia tinggal.

Bibir tipis Larisa tersenyum, berharap keluarga Denis akan dapat menerimanya sebagai menantu. Perubahan ekspresi di wajah itu tak luput dari tatapan Denis. Ia akan mengajak Larisa untuk tinggal di rumahnya sementara waktu sampai keadaan membaik.

Ada apa dengannya? Mengapa dia tersenyum-senyum sendiri?

Denis bergumam dalam hati, tapi tetap diam membiarkan apapun yang ada di dalam pikiran gadis itu. Tiba-tiba Larisa berbalik, membuatnya sedikit terkejut.

"Eh, ada apa?" tanya Denis menegakkan tubuh cemas.

Larisa tersenyum dan menggeleng. "Di rumahmu siapa saja yang tinggal bersamamu?" tanyanya tersenyum malu-malu.

Alis Denis nyaris menyatu melihat tingkah menggemaskan sang istri. Ia memasukkan kedua tangan ke dalam saku, menatap lekat wajah manis itu.

"Hanya diriku sendiri karena kedua orang tuaku sudah meninggal," jawab Denis dengan datar.

Mendengar itu Larisa mematung, mencerna jawaban dari sang suami. Pelan-pelan kepalanya terangkat, bertatapan dengan kedua manik Denis yang tajam. Laki-laki itu terlihat dingin, menatap tegas pada Larisa.

"Be-benarkah?" tanyanya cemas.

Denis menganggukkan kepala tanpa berkata apapun jua, sedangkan gadis itu menundukkan kepala. Merasa tak nyaman dan tak enak hati telah mempertanyakan hal tersebut.

"Ma-maaf, aku tidak tahu," lirih Larisa dengan suara yang nyaris tenggelam karena rasa gugup.

Denis tak menggubris, bukan perkara besar jika hanya membahas tentang kedua orang tuanya yang sudah lama pergi. Ia menatap Larisa yang berbalik perlahan dengan kepala tertunduk. Menggigit bibir menahan rasa yang tiba-tiba muncul. Entah apa itu?

Lalu, lift berdenting dan terbuka. Denis melangkah keluar berjalan pelan menuju rumahnya. Namun, tidak dengan Larisa, ia hanya diam di tempat bingung harus bagaimana?

"Hei!" Denis berdecak, kembali masuk ke dalam lift dan mengangkat tubuh ramping itu ke dalam gendongan.

"Ah! Denis, apa yang kau lakukan?" Larisa terkejut, refleks melingkarkan tangan di lehernya agar tidak terjatuh.

"Turunkan aku!" pintanya sambil menoleh ke segala arah.

Lantai tersebut tak seperti unit lainnya yang terdapat beberapa pintu. Di sana hanya ada dua pintu, salah satunya adalah tujuan mereka.

"Denis, kau yakin tinggal di sini! Sepertinya kita salah tempat," lirih Larisa sambil terus memperhatikan keadaan di sana.

Denis tersenyum, tapi tak berniat menanggapi ucapan istrinya. Ia menurunkan tubuh itu tepat di depan pintu rumah, menggesek sebuah kartu dan membukanya lebar-lebar.

"Ayo! Jangan sungkan, ini juga rumahmu," ucap Denis mempersilahkan Larisa untuk masuk.

Tercengang gadis itu, menatap betapa megahnya bagian dalam dari rumah tersebut. Sofa yang terlihat empuk dan berkualitas menyambut kedatangan mereka. Hiasan dinding unik dan menarik menjadi daya tarik tersendiri bagi rumah itu. Tak tertinggal guci-guci terpajang di beberapa sudut.

"Tuan! Anda kembali." Seorang wanita paruh baya muncul dari arah belakang, mengejutkan Larisa yang masih bingung dengan situasi yang ada.

"Ini istriku, Larisa. Mulai sekarang, dia akan tinggal di sini. Mohon bantuan Bibi untuk memenuhi semua kebutuhannya," ucap Denis dengan ramah.

Larisa menoleh, menatap takjub pada suaminya. Dibalik sikapnya yang dingin, ia masih memiliki keramahan terhadap wanita tersebut. Diam-diam Larisa tersenyum, memandangi wajah tampan itu.

"Baik, Tuan!" katanya dengan patuh.

"Siapkan air hangat, istriku harus membersihkan diri," titah Denis yang diangguki wanita itu tanpa bantahan. Ia segera pergi melaksanakan perintahnya.

"Denis, apa benar ini rumahmu? Pasti tuan Agata yang memberikannya sebagai hadiah, atau tuan Haris? Mereka baik sekali, padahal kau baru bekerja bersama mereka," cerocos Larisa menatap kagum pada suaminya.

Ya, terserah kau, Larisa. Yang terpenting kau bisa bahagia.

1
Endra Ronggo
semangat kak author,,jangan lama2 up nya ya
Hafifah Hafifah
kasihan ya si denis harus ngeliat sang ibu dilecehkan dan juga mati mengenaskan didepan matanya sendiri
rama
lanjut
Yuli Anah
up'a jgn lama".. nanti keburu bosan yg nungguin..
Ochyie Aguztina
lanjut ka
Chris Antono
jangan terlalu lama y thor update nya
Rohma Wati Umam
Luar biasa
Maulidia Okta
cukup menarik, menggambarkan betapa sifat serakah akan menghancurkan segalanya....
Eemlaspanohan Ohan
lanjut lama. banget.up nya. thor
rama
lanjut
Hafifah Hafifah
wah berkas apa tuh
Hafifah Hafifah
dasar penjilat
Siti Muslimah
semangat thot
Hp Onlaiy
next Thor
Maisari
dijodohkan x Hunter XD di dalam did$ou"odikxjd0f fdidog🇨🇬😅🇪🇭🇧🇸😅🇬🇧🥴😙🤣🥰
Hafifah Hafifah
udah g usah kerja sama ama mahendra lw perlu ambil alih apa yg udah menjadi milikmu
Hafifah Hafifah
yg g pantas tuh kamu tadi aja mencemoh sekarang aja karna udah tau statusnya malah mau cari muka.g akan dilirik ama si dennis
Zarima Enny
hayooook lanjutttt thorrrrrrr
Zarima Enny
hayooook lanjutttt thorrrrrrr
Konny Rianty
lanjut thorrrr, seruuuu cerita nyaaaa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!