Abimana jatuh cinta pada seorang gadis cantik bernama Sarah Candra sejak pertemuan pertama dimalam mereka berdua dijodohkan.
Abimana yang dingin tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa ia menyukai Sarah.
Hal itu membuat Sarah khawatir, jika ternyata Abiamana tidak menyukai seorang wanita.
Berbagai hal ia lakukan agar mengetahui kebenarannya. Sampai pada akhir dimana Abi menyatakan perasaannya dan mengajak ia menikah.
Berbagai ujian menghampiri keduanya, hingga sempat terancam membatalkan pernikahan yang sudah disusun jauh-jauh hari, hingga kembalinya sang mantan kekasih yang meminta nya untuk kembali dan menyebar rahasia yang dilakukan Sarah jika ia menolak.
Akankah hubungan keduanya berhasil hingga ke jenjang pernikahan? Ataukah keduanya akan mencari jalannya masing-masing?
Simak terus disini, yah! 🖐️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khairunnisa Nur Sulfani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Abimana
Gadis itu tersenyum dan segera menghampiri Abimana, nampaknya ia dan Abi cukup dekat dan saling mengenal dengan baik.
Ia terus tersenyum ke arah Abi, dan Abi membalasnya tersenyum. Melihat itu aku tidak menyukainya, ada getaran aneh pada perasaanku, aku ingin Abi diam saja dan tidak usah meresponnya.
" Kak, aku melihat ponselmu, sepertinya kau menjatuhkannya di tempat kemarin! ". ujar Gadis itu, dan abi mengucapkan terima kasih.
" Ah, terima kasih Kamila! ".
" Bagaimana kalian berdua bisa saling mengenal? ". tanya Jack yang sepertinya itu juga merupakkan pertanyaanku dari sekian banyak pertanyaan yang ingin aku tanyakan.
Tunggu, sepertinya aku juga pernah melihat gadis ini saat ia tengah bersama Jackson. Apa mereka saling mengenal?
" Dia gadis yang ku katakan kemarin! ". ungkap Abi cuek. Nampaknya ia biasa saja dengan gadis itu.
" Oh, kau bertemu dengannya di Makam! ". kembali Jack bertanya.
" Ya, ia gadis yang menyukai sore dan langit malam! ". kata Abi kembali melihat ke arahku. Aku sebenarnya merasa tidak enakkan. Tapi demi menutupi itu aku segera menghampirinya.
" Hai, Abi. Bagaimana kabarmu? Apa kau sehat! ". tanyaku. Iya, aku benar mengkhawatirkannya. Itulah alasanku sampai ke Indonesia bukan. Abi tersenyum sekilas menatapku.
" Ya, baik Sarah. Aku baik ". ucapnya kaku. Sedikit membuatku bingung , benar saja, mengapa Abimana disini. Bukankah dia sekarang harusnya di Rumah sakit untuk berobat.
" Mengapa kau disini? Bukankah seharusnya kau di Rumah sakit sekarang? ". tanyaku pada Abimana, aku tidak suka berada dalam situasi yang membingungkan.
" Apa maksudmu? Mengapa aku harus ke Rumah Sakit? ". ungkap Abi balik bertanya.
" Ah, benar. Sepertinya aku salah bicara. Syukurlah kau baik-baik saja! ". ucapku tersenyum getir. Ini memalukkan, apa yang akan Abi pikirkan atas pertanyaanku. Aku melihat ke arah Jack sementara ia membuang pandangannya ke arah lain.
" Baiklah Sarah, Kamila, aku pamit dulu! ", ucap Abimana. Ia berlalu dan Jackson akan mengikutinya. Aku menahan Jack dan memintanya untuk berbicara yang sebenarnya.
" Ah, sial. Kalian tak seharusnya berpacaran disini! ". keluh gadis bernama Kamila itu. Aku tidak peduli dengan apa yang dia bicarakan, ia bahkan lebih muda dariku. Tapi begitulah, ia sangat ketus ketika berbicara. Ia melewatiku dengan Jackson dan pergi begitu saja tanpa mengatakan apa-apa lagi.
" Kau mengenalnya? ". tanyaku.
" Ya, dia anak orang yang merekrutku bekerja kemarin! ".
" Kau mengawalnya! Pantas saja, dia aneh! ". ucapku berdecak kesal. Jackson hanya tersenyum getir.
" Kenapa kau melihatku, sekarang katakan padaku mengapa kau mengatakan ia ke rumah sakit. Kau membuatku malu! ". ucapku kesal.
" Kenapa kau suka sekali marah. Kau tahu, Sarah. Abi, dia merindukanmu! ". kata Jackson dengan wajah serius.
" Apa maksudmu? Mengapa kau mengatakan itu! ".
" Kenapa? Kau merasa malu sekarang! Kau terihat salah tingkah ". ucap Jack tanpa merasa bersalah.
"Tunggu Sarah, apa kita akan berbicara sambil terus berdiri seperti ini! Aku lapar!" jelasnya. Aku memanggil seorang Waiter dan bertanya apa menu yang paling enak disini.
Aku memintanya untuk membawakannya untuk kami berdua.
" Apa yang kau dan Abi lakukan disini? ". tanyaku.
" Ah, kami sebenarnya sedang ingin memesan makanan siang! Tapi melihat kalian berdua disini, jadi kami ikut berhenti ". Kami membicarakan banyak hal dan berhenti ketika waiter membawakan pesanan kami. Saat setelah makan, seseorang wanita menghampiri kami.
Aku dan Jackson berpandangan karena merasa kami berdua tidak mengenal orang itu.
" Maaf mengganggu waktu nya, Anda Nona Sarah Candra, bukan!? Saya penggemar Anda! ". jelasnya dengan tatapan berbinar. Aku sedikit terkejut tapi tetap menyambutnya dengan hangat.
" Oh ya, ya, haloo ", ucapku menyambutnya yang mengajakku berjabat tangan.
" Bolehkah saya meminta Anda untuk foto bersama saya? ". tanyanya ragu.
" Tentu saja ", sahutku, wanita paruh baya itu tersenyum senang. Kemudian meminta tolong Jackson untuk mengambil gambar kami. Setelah itu ia tidak henti mengucapkan terima kasih.
"Anda berdua adalah pasangan yang serasi." lanjutnya sebelum ia pergi. Aku dan Jackson tersenyum canggung.
" Aku tidak tahu jika kau sangat populer! ". puji Jackson ketika kami akan pulang.
"Apa kau menyetir saat kesini?" tanyanya lagi. Aku mengiyakannya dan kami berpisah.
***
Selepas bertemu dengan Sarah terakhir kemarin. Aku merasa aku seperti menyukainya.
Aku merasa ini salah, karena ia dan Abimana akan segera menikah. Nyonya Luna memanggilku ke Ruangannya dan bertanya bagaimana perkembangan urusan kemarin, dan aku menjelaskan jika Sarah telah kembali ke Indonesia.
Nyonya nampak sangat senang sekali. Itu tergambar jelas di wajahnya yang tidak berhenti tersenyum.
Entah mengapa aku merasa tidak nyaman. Aku tahu ada sesuatu yang salah dan aku harus menghentikan ini. Aku tidak boleh menyukai Sarah, ia adalah tunangannya Abi sejak awal.
Tanpa kuduga kali ini, Sarah menghubungiku ia mengajakku bertemu. Ia bilang dia ingin meminta bantuanku.
Aku segera menemuinya, kali ini bukan di Cafe ia meminta aku menemuinya di taman. Setelah segera aku sampai disana, kali ini aku merasa semakin terpukau akan kecantikannya. Sarah hanya mengenakan Tank top dan jeans pendek di atas lutut. Itu membuat bagian depannya sedikit lebih terbuka, aku harus mengendalikan diriku.
" Ada apa Sarah? Kenapa kau ingin bertemu denganku? ", tanyaku.
" Bagaimana penampilanku, apa ini bisa menarik perhatian Abi? ", tanya Sarah polos.
Aku menghembuskan nafas berat, tidakkah dia tahu jika itu akan mengundang orang lain melakukan hal jahat padanya. Aku kebetulan sedang mengenakan Jaket, aku melepaskan jaketku kemudian aku memakaikannya untuk menutupi tubuh Sarah. Ia melihat ke arahku bingung.
" Dengar, Sarah. Jika kau ingin tahu, maka kau harus menemuinya langsung! Jangan memintaku untuk bertemu seperti ini, aku bisa menyukaimu nanti! ". jelasku dengan suara yang tegas.
"Aku akan mengantarmu." kataku lantas menarik tangannya agar menaiki Motorku.
Aku melajukkan Motorku dengan hati-hati.
Aku menurunkan Sarah di dekat Apartemen Abi. Bagaimana pun, aku hanya mencoba menjaga kesadaranku, aku tidak boleh melakukan hal aneh. Aku tidak ingin merusak kepercayaan Abi dan keluarganya. Terlebih aku sudah disana sejak aku kecil.
Sarah awalnya sedikit kebingungan mengapa aku menurunkannya disini, dan bukannya di Rumahnya. Aku menjelaskan pada Sarah ini saatnya bagi dia untuk menarik hati Abi.
Kalian akan menikah sebentar lagi, dan kau belum tahu perasaan Abi dan ia juga tidak akan mengatakannya. Ia adalah seseorang yang sangat dingin. Sarah mengerti akan maksudku, aku langsung pergi dari sana setelah Sarah masuk ke dalam bangunan besar itu.
***
Jackson benar ini waktunya aku untuk menaklukan hati Abimana, bagaimana pun caranya.
Haruskah aku melakukan itu dengannya? Aku tersenyum sendiri dan segera menuju kamarnya. Dengan bermodalkan kode yang di berikan Jackson, aku berhasil membuka pintunya.
Abi nampak terkejut setelah ia melihat aku masuk kesana. Aku menjelaskan jika aku kesini di antar oleh Jack.
Ia tidak keberatan aku kesini tanpa ijinnya. Ia mempersilahkan aku untuk duduk. Sementara ia hanya sibuk membaca buku yang sepertinya sangat penting.
Apa Abi tidak tertarik dengan penampilanku? Aku kembali teringat saat pertama kali aku berc*um*an dengan Abi. Tapi itu hanya terjadi sekilas dan aku ingin momen itu terulang kembali.
" Jangan memikirkan hal aneh, Sarah. Aku tahu mengapa kau mengenakan pakaian kurang bahan itu! ". ucap Abi yang tiba-tiba meletakkan bukunya dan menatapku.
" Baiklah, aku akan membelikanmu baju lain! ". tambahnya dan kemudian beranjak hendak pergi. Aku menarik tangan Abi, dan aku mengatakan jika aku sangat lapar.
" Apaaa! ", ucap Abi bingung.
" Aku lapar!", sahutku menunduk.
" Baiklah, aku akan memasak untukmu ". ujar Abi kemudian, lantas kemudian ia mencari bahan makanan yang ada di dalam Kulkas. Tapi nampaknya tidak ada apa-apa. Kecuali mie instan. Abi bertanya apakah aku tidak keberatan jika hanya memakan itu saja, aku mengangguk tidak mempermasalahkannya.
Aku membantu Abi memasak, namun ia melarangku dan memintaku untuk mengganti bajuku saja dengan pakaiannya. Aku menuruti perintah Abi dan segera mencari baju yang ada di dalam lemari.
Abi segera menghampiriku di dalam kamar dan memberiku bajunya yang sedikit longgar agar aku memakainya, setelah itu ia memintaku agar segera keluar karena ia sudah selesai memasak.
Abi hanya menemaniku untuk makan, ia bilang ia kenyang. Aku pun tidak bertanya apa-apa lagi.
Ini pertama kalinya aku melihat ia tidak sedingin pertama kali aku melihatnya. Ini juga kali pertama kami sedekat ini setelah sekian lama.
" Apa kau masih membenciku karena soal itu? ". ujarku memberanikan diri untuk bertanya. Abimana hanya diam saja, ia hanya menggeleng sambil tersenyum padaku. Ia bilang ia akan mengantarku pulang.
" Aku akan segera mengantarmu pulang! ". ucapnya.
" Tidak bisakah kita tetap disini dulu? Sebentar saja! ". tanyaku ragu.
" Kita akan ke tempat lain saja jika kau belum mau pulang! ". lanjut Abimana.
" Baiklah, aku memamerkan senyumku! ".
" Tapi tunggu, apakah aku perlu mengganti baju lebih dulu! ". kataku pada Abi yang sedang membereskan sisa makan kami.
" Tidak Sarah. Aku melarangmu memakai baju itu, karena aku tidak mau orang lain memandangmu. Tapi kali ini, ini kau sedang bersamaku jadi aku akan menjagamu! Lagi pula bajuku yang kau kenakan itu cukup menutupi bagian tubuhmu! ". terang Abi.
Setiap bersama Abi aku merasa di perlakukan dengan begitu istimewa. Ia berbeda dengan banyak pria yang pernah ku kenal. Abi sangat menghormatiku.
" Ada apa Sarah? Kau tidak mau pergi! ". ujar Abi melihat ke arahku.
" Ah tidak, aku mau Abi ". kataku, Abi melihatku tersenyum.
" Apa kau mengenakan pakaian itu saat Jackson mengantarmu? ". tanya Abi tiba-tiba setelah kami di dalam Mobil.
" Ya, mengapa? ", tanyaku hati-hati agar Abi tak tersinggung.
" Tidak, aku hanya bertanya. Lain kali jangan berpakaian seperti ini lagi! ". tegas Abi. aku mengiyakan itu. Andai saja dia tahu alasan aku memakai pakaian ini, ini aku lakukan hanya untuk menarik perhatiannya.
" Kau marah padaku? ". ucapnya kemudian.
" Tidak Abi. Hanya saja rasanya masih sedikit canggung! ". ujarku menjelaskan pada Abi.
" Baiklah, sekarang ceritakan padaku bagaimana Jepang? ".
" Kau tidak pernah ke Jepang Abi?! ". sahutku spontan. Mendengar itu Abi seketika menarik gas dan itu membuat ku cukup terkejut.
" Ada apa Abi? Apa kau menabrak sesuatu? ".
" Ya ampun Sarah, sudahlah. Maafkan aku sudah bertanya padamu! ". cemberut Abi.
Entah mengapa melihat ekspresi wajahnya seperti itu, bagiku itu akan sangat lucu.
" Kau sudah tahu rencana orang tua kita? ".
" Ya Abi, mereka sudah memberitahukannya padaku. Aku hanya belum tahu apa keputusanmu! ". jelasku melirik ke arah Abi yang tengah mengemudi.
" Apa maksudmu? ". Abi menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Kami berhenti di sebuah tempat yang sepertinya tempat ini adalah pantai.
Kami masuk ke sana, tapi terlebih dahulu Abi memintaku agar menunggunya membeli tiket untuk ke Pantai Ancol.
Abi mengatakan alasan ia memilih tempat ini adalah karena saat malam tempat ini terasa lebih indah saat malam hari. Ia juga mengatakan jika tempat ini sangat bagus jika di datangi dengan orang terkasih.
Tempat ini indah karena suasananya hening dengan deburan ombak laut kecil dengan pemandangan bangunan khas tradisi rumah adat dari Indonesia yang berjajar rapi, hijaunya melambai menjadi pemandangan indah yang dapat di nikmati setiap keindahan pantai Ancol dari dekat.
Kita bisa melihat indahnya pemandangan yang saling berhadapan, bangunan yang asri dengan bangunan modern tinggi menjulang ke atas langit.
Aku menyukai tempat ini, dari sini kita bisa melihat indahnya langit di tambah bintang-bintang yang seolah-olah saling bersahutan.
Cahaya nya yang indah, menambah cantiknya malam ini. Selama kami ini, Abi tidak melepaskan tanganku sama sekali.
Namun sial, sesuatu yang kuharap bisa bertahan ini seperti terhempaskan seketika oleh kehadiran gadis yang tadi siang. Kamila, ia menghampiri kami dengan senyumannya yang lebar.
" Kak, apa yang kau lakukan kesini? ". tanya Kamila dengan wajahnya yang berbinar-binar.
" Kau tidak lihat! ". sambungku kesal menaikkan nada bicaraku.
" Ayolah, Sarah. Ia hanya bertanya! ". kata Abi. Entah mengapa Kamila nampak senang dengan itu. Aku mengajak Abi pergi dari sini. Entah ada apa dengan gadis itu, ia seperti ingin menahan Abi lebih lama.
" Kau tak harus memanggilnya kakak, kau bahkan bukan adiknya! ". ia hanya tersenyum sekilas, namun masih berusaha mencari perhatian Abi.
" Baiklah Abi, jika kau tidak ingin pergi, maka aku akan pergi saja dari sini sendirian! ". kataku.
Abi memberitahu gadis itu bahwa kami akan pergi. Ia tersenyum manis pada Abi.
" Kau menyukainya? Aku tidak suka gadis itu! ". jelasku. Abi tidak mengomentari apa-apa, ia hanya tersenyum melihat ke arahku dan mengusap rambutku. Tapi itu berhasil meredam amarahku, setidaknya.