Delvia tak pernah menyangka, semua kebaikan Dikta Diwangkara akan menjadi belenggu baginya. Pria yang telah menjadi adik iparnya itu justru menyimpan perasaan terlarang padanya. Delvia mencoba abai, namun Dikta semakin berani menunjukkan rasa cintanya. Suatu hari, Wira Diwangkara yang merupakan suami Delvia mengetahui perasaan adiknya pada sang istri. Perselisihan kakak beradik itupun tak terhindarkan. Namun karena suatu alasan, Dikta berpura-pura telah melupakan Delvia dan membayar seorang wanita untuk menjadi kekasihnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Astuty Nuraeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jangan benci aku
"Aku patah hati mom. Wanita yang aku cintai malah menikahi pria lain!" oceh Dikta dengan suara parau. Detik selanjutnya pria itu menangis pilu, membuat kakak dan kedua orang tuanya turut bersedih.
Sementara itu Delvia hanya bisa mengepalkan kedua tangannya, takdir kejam ini sungguh melukai banyak hati. "Mas, bawa adikmu ke kamar. Aku akan menyiapkan air madu untuknya," ucap Delvia memerintah suaminya.
"Hem," Wira lantas memapah Dikta ke kamarnya, di ikuti oleh Nila dan Diwangkara.
Menyiapkan air madu hanya alibi semata, Delvia hanya perlu waktu untuk menenangkan hati dan pikirannya. Kedua tangan Delvia bertumpu pada meja makan, gadis itu menunduk lemah dan punggungnya mulai bergetar, Delvia menangis dalam diam. Setelah merasa lebih baik, Delvia segera menyeka air matanya, lalu menyiapkan air madu seperti yang dia janjikan sebelumnya.
Segelas air madu kini sudah berada di tangan Wira, pria itu mencekoki mulut adiknya secara paksa hingga semua air madu itu masuk ke dalam perut Dikta.
"Gadis mana yang berani menolak putraku? Gadis itu pasti buta dan tidak punya selera yang bagus saat memilih pria, " ucap Nila kesal, selama ini dia selalu menganggap putranya sempurna dan menjadi incaran wanita. Tidak di sangka kejadian seperti ini akan terjadi, Dikta patah hati karena di tinggal oleh seorang wanita.
"Gadis gila itu adalah aku, orang yang kamu pilih menjadi menantu tertuamu," jawab Delvia dalam hati. Entah apa yang akan terjadi seandainya Nila tau jika gadis yang baru saja dia maki tepat berada di sampingnya.
"Sebaiknya kita keluar, biarkan Dikta istirahat!" Wira mengajak semua orang untuk meninggalkan kamar Dikta, memberi ruang bagi sang adik agar bisa beristirahat.
Acara pindahan tetap berlanjut. Awalnya Delvia sangat bersemangat meninggalkan rumah mertuanya, namun kini hatinya terasa berat, seolah separuh jiwanya tertinggal bersama Dikta.
Jarak rumah orang tua Wira dan rumah baru tidak terlalu jauh, perjalanan hanya membutuhkan waktu sekitar 20 menit saja. Rumah baru yang Wira siapkan untuk Delvia juga sangat dekat dari Mayuri Attire, Delvia hanya perlu berjalan kaki selama lima menit agar sampai di butiknya.
"Bagaimana? Kamu menyukai rumahnya kan?" tanya Wira setelah mengajak Delvia berkeliling.
Delvia mengangguk, dia menyukai rumah yang Wira siapkan untuk markas mereka. Rumah dua lantai bergaya minimalis modern sangat sesuai dengan seleranya. Di markas baru itu, Delvia dan Wira memiliki kamar masing-masing, namun mereka tetap menyiapkan ruangan khusus jika suatu saat mereka terpaksa harus tidur di kamar yang sama.
"Mas, apa aku boleh membeli perabotan baru?" tanya Delvia meminta izin. Secara resmi mereka memang pasangan suami istri, namun hubungan mereka hanya sebatas mitra sehingga mereka harus menghormati pendapat masing-masing.
"Tentu saja boleh, rumah ini adalah hadiah dari kami untukmu," jawab Wira dengan senyum khasnya, terlihat manis dan tulus.
"Hadiah dari kalian?" ulang Delvia dengan dahi mengernyit.
"Hem. Anggap saja rumah ini sebagai suap agar kamu tetap menjaga rahasia kami. Sertifikat rumah ini aku simpan di kamarmu!"
Delvia begitu tersentuh, tapi dia merasa menerima terlalu banyak dari Wira dan kekasihnya. "Maaf mas, aku tidak bisa menerimanya. Tanpa di suap pun aku akan tetap menjaga rahasia kalian mas. Sejauh ini aku menerima terlalu banyak. Aku tidak ingin berhutang padamu lagi mas!" tolak Delvia dengan sopan.
Wira mengerti mengapa Delvia menolak niat baiknya, namun dia bersikeras memberikan hadiah kepada Delvia karena wanita itu cukup berjasa dalam kehidupan cintanya. Wira memegangi kedua lengan Delvia, menatap gadis itu dengan sorot lembut. "Maaf kalau aku lancang, tapi sedikit banyak aku tau apa yang terjadi pada keluargamu dan kenapa kamu sampai menginap di butik. Kelak, kamu akan memiliki tempat untuk kembali, kamu memiliki rumah untuk kamu tuju. Aku dan dia juga sepakat untuk tidak bertemu di rumah ini. Tolong terimalah niat baik kami!"
"Mas," cicit Delvia dengan mata berkaca-kaca, perhatian yang Wira berikan mengingatkannya akan Erika. "Terima kasih!"
"Sama-sama. Sudahlah, cepat masuk ke kamarmu. Kamu pasti lelah!"
"Hem," Delvia amat patuh, gadis itu segera pergi ke kamarnya. Delvia menatap kamar bernuansa pastel, perpaduan warna mint dan peach cukup membuatnya merasa nyaman.
Dering telefon mengalihkan perharian Delvia, gadis itu meraih ponselnya dari saku celana. Delvia menatap gawai pintarnya, dia mendapat panggilan dari Dikta. Pada panggilan ketiga, Delvia akhirnya mengangkat panggilan tersebut. "Hallo," ucapnya lirih.
"Lagi-lagi kamu pergi tanpa berpamitan," ucap Dikta di seberang sana. Suara Dikta masih terdengar parau, namun jauh lebih baik dari sebelumnya. Sepertinya kesadarannya hampir kembali total.
"Bagaimana caranya pamit pada orang yang sedang tidak sadar?" sindir Delvia.
Keduanya terdiam, hanya terdengar helaan suara masing-masing.
"Kamu membenciku?" tanya Dikta setelah cukup lama diam.
"Aku membenci siapapun yang merusak tubuhnya sendiri!"
"Maaf, aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Aku tidak akan menyentuh minuman keras lagi. Jadi tolong jangan membenciku!"
Ry dukung Dikta tunggu jandanya Delvi
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Dikta yg sll ada buat Dy
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Dikta yg sll ada bersamanya bkn suaminya
Lagian suaminya sibuk selingkuh sesama jenis
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Suami mana peduli
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Devi di datangi pelakor yg merebut ayah nya lagi
Om ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
jangan sampai Dikta terjerat oleh Hera
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Om ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan