NovelToon NovelToon
Masa Yang Selalu Terkenang

Masa Yang Selalu Terkenang

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Pelakor / Diam-Diam Cinta / Mengubah Takdir / Keluarga / Romansa
Popularitas:5.6k
Nilai: 5
Nama Author: lido kyungsoo

Kaluna namanya. Kata anak muda jaman sekarang, "Orang gila mana yang menjajakan dirinya & menjadi simpanan teman seangkatannya sendiri demi menopang biaya kuliah!" IYA, KALUNA SUDAH GILAAA. Si anak miskin yang mempunyai cita-cita tinggi dan menjadi wanita jahat a.k.a simpanan pemuas nafsu sang anak Taipan. Si wanita jahat yang menjadi simpanan dari teman seangkatannya yang telah mempunyai tunangan.

Brian Namanya. Lelaki tampan, mapan, kalangan taipan, dan dari keluarga berpendidikan. Berita buruknya, Kaluna berusaha sekuat tenaga untuk menahan perasaannya selama masa kontrak itu berlaku.

Bagaimanakah kelanjutan kisah mereka?
Kisah ini mampu membawa kalian bak merasakan rollercoaster. Senang, sedih, kecewa, tangis akan kalian rasakan.

Nantikan!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lido kyungsoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Antara Dua Wanita

Brian menaruh barang bawaanya di meja namun hujan deras diluar menarik perhatiannya. Hujan. Bagaimana dengan Kaluna? Pasti Kaluna sedang hujan-hujanan atau paling mentok wanita itu akan diam merenung sambil menatap jalanan seperti yang biasa wanita itu lakukan. Brian sedikit banyak memikirkan nasib wanita itu. Dirinya menyesali perlakuannya pada wanita itu tadi.

Diliriknya Cristine yang kini memasukkan bahan makanan kedalam kulkas dan membelakanginya. Dirinya gamang. Tidak. Dirinya harus memastikan Kaluna sudah pergi atau belum.

"Kamu mau dimasakin apa, yang?" Tanyanya menatap kekasihnya. Cristine menghentikan kegiatannya dan berdiri menghadap Brian.

"Masakan yang paling spesial pokoknya." Brian menganggukkan kepalanya dan berjalan menuju meja makan untuk melihat bahan-bahan apa saja yang Mama nya kirimkan.

"Aku kebawah sebentar ya, yang." Ucapnya menarik penuh perhatian Cristine. Mau kemana lagi, pikirnya.

"Mau kemana?"

"Makanan yang mau aku buat, bahannya kurang, yang. Aku beli di Indomaret bawah. Aku pastiin nggak bakalan lama. Ok!" Aturnya yang akhirnya mendapat anggukan oleh Cristine.

Tak perlu menunggu lama, dirinya berjalan keluar apartemennya, namun sebelum itu payung yang selalu ia simpan di belakang pintu tak lupa ia bawa.

Dirinya menekan lift dan menunggu dengan tidak sabaran. Dibubunginya Kaluna, namun Kalunan mengabaikan panggilannya. Lagi dan lagi.

Setelah lift terbuka, segera dirinya berjalan cepat keluar dari gedung apartemen dan celingak-celinguk mencari keberadaan Kaluna. Karena tak melihat keberadaan Kaluna, dirinya putuskan untuk berjalan ke depan trotoar dan mencari keberadaan Kaluna. Tak ada.

Brian pun berbalik arah tapi matanya masih menatap sekitar berharap Kaluna tertangkap dalam pandangannya.

Tiba-tiba Cristine terlintas dipikirannya. Mati aku, pikirnya. Segera dirinya berjalan menuju indomaret dan membeli bahan untuk menu yang akan ia masak nanti. Resiko jika hati bercabang dua, kata Author.

🥀🥀🥀🥀🥀

"Masa Ibu Magdalena minta gue bawa semua buku ataupun jurnal yang gue pake dalam proses penyusunan, Na." Curhatnya menggebu-gebu menceritakan kelakuan dosen pembimbingnya yang membuatnya minta ampun.

"Bikin nambah beban fikiran gue aja. Pusing, Na!" Keluhnya menangkupkan kepala pada meja perpustakaan.

Kaluna turut prihatin pada apa yang sahabatnya alami. Tapi apa mau dikata, memang tuntutan keadaan. Dan juga sudah suratan nasib sahabatnya berjodoh dengan Ibu Magdalena.

"Saran gue, mending lo cari-cari dan kumpulin dulu semua yang Ibu Magdalena minta. Kalau udah semua, istirahat dulu . Biar jeda tiga hari atau seminggu juga boleh. Refresh otak dulu, Tar. Biar otak nggak ngepul. Dan jangan lupa, baca doa banyak-banyak biar segera ACC."

Dan sahabatnya mengangguk lemah sambil memandangnya yang masih setia menyandarkan kepala pada meja.

"Semangat dong. Demi ACC, kali ini pasti lo berhasil."

"Makasih, Na."

"Kayaknya ada doa yang dilafalin biar urusan kita lancar, Tar. Tapi gue lupa bacaannya apa. Nggak terlalu panjang seingat gue. Coba deh, lo amalin doa itu sebelum ketemu sama Ibu Magdalena. Siapa tahu manjur." Sarannya pada sahabatnya. Tari yang mengerti maksud sahabatnya jadi mengingat satu doa yang dilafalkan nabi Musa saat akan bertemu dengan Fir'aun. Tapi, bukan maksud Tari, ya, menyamakan dosennya dengan Fir'aun. Doa itu hanya tuntunan dan doa yang sangat mujarab dan terbukti oleh Nabi sendiri.

"Lo tahu nggak sih, Na, orang pinter yang bisa ngebantu." Tanyanya ngelantur.

"Maksudnya?" tanyanya balik.

"Dukun, Na." jawabnya enteng.

"Mau lu apain? Biar Bu Magdalena suka sama lo dan bisa ngabulin semua keinginan lu, gitu?!" katanya meladeni ngalir-ngidulnya sahabatnya.

"itu pinter."

Kaluna menggelengkan kepala menghadapi ke-absurdan sahabatnya.

"Istigpar, Tar."

"Istigparrr."

"Yang bener napa, Tar. Malaikat juga bingung mau nyatetnya kalau cara lo kek gitu. Katanya mau jadi istri Ustad. Gimana, sih."

Tari malah terkekeh mendengar sahabatnya. "Iya, Una cantik. Becanda."

Pembahasan mereka berlanjut namun terhenti saat Tari mendapat panggilan dari Ibunya.

"Ibu, nelpon. Bentar, ya, Na." katanya sebelum mengangkat panggilan dari Ibunya.

"Waalaikumsalam, hmm, kenapa, Bu?" katanya menjawab salam Ibunya diseberang sana.

"Kenapa nggak ngabarin Tari dari awal, Bu. Biar Tari bisa jemput di stasiun." Ucap sahabatnya yang kini telah menegakkan punggungnya mendengar kalimat Ibunya.

"Yaudah, tungguin Tari, ya. Kunci kosan ada didalam pot bunga, Bu." Tari menjauhkan ponselnya dan bertanya pada sahabatnya. "Kelas udah nggak ada, kan, Na?" Tanyanya pada sahabatnya dan dijawab dengan anggukan.

"Tari pulang sekarang, kok, Bu. Iya, assalamualaikum." setelah panggilan terputus, Tari pun merapikan barang-barangnya dan memasukkan laptopnya ke dalam ranselnya.

"Ibu datang, Tar?" Tanyanya sedikit menebak akan pembicaraan sahabatnya tadi.

"Iya, Ibu sama Astri." Astri adalah adiknya yang baru saja lulus SMA dan kini sedang menemani Ibunya untuk menghampiri Prameswari. "Gue pulang duluan, ya, Na. Sorry, ya, gue nggak bisa anter lo pulang." katanya karena tadi dirinya sudah janji untuk mengantar sahabatnya pulang.

"Santai, Tar. Ibu lo udah nunggu. Kasihan udah jauh-jauh kesini. Pasti capek, laper sama kangen kamu pasti."

"Hmm, Ibu mah suka gitu, Na. Suka bikin khawatir. kalau gitu gue duluan, ya, Na. Assalamualaikum."

Kaluna memandang kepergian sahabatnya. dirinya sedikit iri pada sahabatnya. Walaupun ekonomi yang kurang, namun keluarga sahabatnya sangat mengasihi satu sama lain, lengkap dan harmonis. Berbeda dengan dirinya. Namun kembali lagi dirinya mengingat ucapan Ibunya dulu.

Setelah cukup lama berkutat dengan proposalnya, Kaluna memilih untuk melanjutkannya di rumah karena suasana juga semakin sepi.

Dirinya memasukkan semua barang-barangnya dan berjalan keluar dari perpustakaan.

Tapi yang tak ia duga sebelumnya ialah akhir-akhir ini cuaca yang tidak menentu. Hujan deras membasahi jalanan dan dirinya tidak membawa payung. Mana di depan masih jauh untuk keluar dari kampus. Kalau dirinya nekat menembus hujan, dirinya pasti akan basah kuyup.

Sudahlah, tidak ada pilihan lain selain menunggu hujan reda. Dirinya mengeluarkan ponselnya dan membuka aplikasi untuk menghilangkan kebosanan.

"Hai, Kaluna!" Ucap seseorang disampingnya yang sangat familiar di pendengarannya. Kaluna menoleh dan benar saja, Cristine berdiri di sebelahnya juga sedang menunggu hujan reda. Menyapa tersenyum sambil menenteng tas dan beberapa buku.

"Hai, kita ketemu lagi. Kayaknya akhir-akhir ini kita sering ketemu. Jodoh kali, ya." canda Kaluna dan wanita cantik di sebelahnya tertawa pelan menampilkan lesung pipinya.

Mereka ngobrol ringan sambil memandang kapan hujan akan reda.

"kayaknya mulai sekarang aku harus percaya sama ramalan cuaca, Na." katanya sambil memperlihatkan ramalan cuaca di ponselnya yang membuat keduanya tertawa.

Obrolan ringan pun kembali terjadi sampai didepan sana Brian datang membawa payung sambil memandang kedua wanita yang berdiri bersisian tepat di depan perpustakaan.

Kaluna memandang lelaki itu yang semakin dekat. Dapat dirinya lihat, Brian memandangnya namun hanya sebentar sebelum berhenti di depan kekasihnya.

"Yuk, pulang." ajak Brian namun tentu saja bukan padanya. Cristine tersenyum tulus memandang lelaki yang sangat ia cintai di depannya. Kaluna menundukkan kepalanya menyaksikan pemandangan itu. Kaluna tidak sakit hati, hanya saja...ah, sudahlah.

"Kaluna, aku duluan, ya." pamit Cristine memandangnya disertai senyum yang tak pernah pudar di wajahnya. Kaluna menjawab dengan hal yang sama sebelum keduanya semakin jauh disana.

Dapat dirinya lihat bagaimana perlakuan tulus Brian pada kekasihnya. Sangat terlihat cinta pada mata keduanya. Dan dirinya disini merasa menjadi orang jahat dan orang tersakiti disaat yang bersamaan.

Tanpa terasa air matanya jatuh tanpa mampu ia tahan.

🥀🥀🥀🥀🥀

1
Swastika rahayu Putri
ditunggu update nya /Smile/
Fia
bagus tapi banyak typo nya
Sri Maya Sari
bahasanya santai tapi tidak lebay. cukup menguras emosi dan bikin penasaran. . lanjut thor
Ahmad Abid
lanjut thor...
Ahmad Abid
bagus ceritanya thor... ga lebay .. /Angry//Drool/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!