Amecca Saraswati seorang mahasiswi tingkat akhir di sebuah perguruan tinggi sedang melakukan kemah bersama teman-teman anggota mapala di kampusnya.
Ia bertemu dengan pria yang sangat tampan di tepi sungai ketika sedang mandi di sungai. karena pada pria tampan itu akhirnya mereka berkenalan. Mulanya Mecca tidak mengetahui siapa sebenarnya pria yang merupakan pangeran dari Siluman harimau yang sedang bertugas menjaga gunung Arjuno bernama Lakeswara Pandita.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy kirana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 2
Revisi.
Pandita juga mulai melepaskan pakaian yang Mecca kenakan.
"Aku mencintaimu Mecca!" Ujar Pandita.
Saat Pandita akan melepaskan dalaman yang
Mecca kenakan, Mecca menahan tangan kekar Pandita.
"Jangan Pandita, ini tidak benar!" tolak Mecca halus. Pandita tersenyum dan mengusap pipi halus Mecca dan menciumnya.
"Maafkan aku Mecca!" kata Pandita lalu kembali memakaikan pakaian Mecca yang telah ia lucuti.
Pandita mengajak Mecca berkeliling kebun bunga Peony, Lily, tulip dan bunga lainnya yang luas terhampar bagaikan permadani. Mecca berlarian dengan merentangkan tangannya dan menghirup aroma wangi yang bunga-bunga itu keluarkan.
"Pandita, sini. Lihat disana. Ada castil seperti di negeri dongeng." Mecca berteriak memanggil Pandita di belakangnya. Dan menunjuk kearah castil berwarna putih yang berkilau seperti kristal. Pandita berjalan mendekati Mecca dengan kedua tangan ia masukkan ke dalam celananya.
"Kamu mau masuk kesana?" tanya Pandita ketika sudah sampai di hadapan Mecca. Mecca menatap serius pada Pandita.
"Memangnya bisa?" tanya Mecca penasaran.
"Tentu sayang, ayo kita kesana. Kita akan menempati castil kristal itu jika kamu mau menikah dengan ku." ucap Pandita sambil merangkul pinggang Mecca, Mecca mendongakkan wajahnya menatap Pandita.
"Apa kamu mau menikah sama perempuan kaya aku! Aku cuma anak satpam Pandita. Jika melihat penampilan mu, sepertinya kamu putra bangsawan. Aku tidak mau di jadikan upik abu di istana oleh keluarga mu!" ucap Mecca polos. Pandita tertawa mendengar jawaban Mecca sambil memegangi perutnya.
"Mana ada yang seperti itu. Jika aku menginginkanmu menjadi istriku, maka kamu akan menjadi permaisuri ku. Kamu hanya perlu melayaniku di ranjang tanpa perlu susah-susah melakukan pekerjaan lainya." ucap Pandita sambil mengedipkan matanya. Wajah Mecca merona mendengar perkataan Pandita. Pandita memetik salah satu bunga Peony berwarna pink dan menyematkan di telinga Mecca. Mecca menatap Pandita dengan senyum mengembang.
"Maukah kamu menjadi permaisuri ku Amecca Saraswati!" ucap Pandita tulus. Mecca tersenyum dan mengangguk. Mereka lalu kembali berciuman dengan perasaan bahagia.
"Mecca! Mecca! Bangun woy. Udah siang!" tiba-tiba terdengar suara Indri membangunkan nya. Mecca mengerjapkan matanya dan melihat kearah luar tenda yang sudah mulai terang. Indri dan lainnya sedang memasak sarapan. Ia meraba bibirnya yang basah seolah-olah benar-benar Pandita menciumnya, ia juga mencium aroma tubuhnya yang sangat harum.
Mecca mengingat harum yang menempel di tubuhnya adalah aroma dari tubuh Pandita. Ia lalu menggaruk keningnya karena heran, lalu tangannya menyentuh sesuatu di telinganya dan mengambilnya.
"Hah, bunga Peony. Ini kan bunga yang Pandita kasih lewat mimpi. Kenapa bisa ada di telingaku. Sebenarnya aku mimpi atau apa sih. Kenapa aroma wangi dari tubuh Pandita nempel dan bunga Peony ini ada di telingaku?" ucap Mecca sendiri, ia merasa apa yang baru ia alami tidak masuk akal. Ia masih mengingat aroma wangi dari tubuh Pandita. Dan wanginya benar-benar mirip seperti wangi yang ada di pakaiannya. padahal semalam ia tidak memakai parfum, lagipula parfum miliknya tidak seperti ini aromanya, dan bunga Peony, di gunung ini mana ada bunga Peony. Jadi tidak mungkin jika bunga Peony ini di petik Indri atau temannya yang lainnya, lagipula bunganya masih terlihat segar dan tak layu sama sekali. Mecca menatap di sekelilingnya karena merasakan kehadiran Pandita.
"Pandita, sebenarnya aku mimpi atau tidak, jika kita memang nyata bertemu, tolong berikan pertanda.?" kata Mecca pelan.
Dan tiba-tiba ada angin yang berhembus menerbangkan beberapa helai rambut panjangnya. Datangnya angin itu bersamaan dengan aroma seperti milik Pandita. Mecca tersenyum karena ternyata mereka benar-benar bertemu. tapi yang membuat nya heran, siapa sebenarnya Pandita.
tak ingin pusing memikirkan hal itu Mecca lalu keluar dari tenda mendekati teman-temannya yang sudah mulai menyantap sarapan.
Mereka melanjutkan perjalanan setelah selesai sarapan sebelum hari menjelang siang.
"Indri, lo kemarin liat orang di seberang sungai waktu kita mandi nggak?" Tanya Mecca saat mereka mulai melangkah.
Indri menggelengkan kepalanya. " Nggak! Gw cuma liat Lo ngomong sendiri." Jawab Indri.
Mecca merenungi jawaban Indri barusan. Ia jelas-jelas bisa menyentuh tangan Pria itu. Mana mungkin jika Pandita merupakan mahluk halus penunggu sungai gunung Arjuno.
.
Setelah 3 hari 2 malam, akhirnya Mecca dan teman-temannya sudah pulang dari mendaki gunung Arjuno.
Mecca sedang rebahan di dalam kamar kosnya karena lelah setelah beberes kosan. Ia menghidupkan tv dan juga AC.
Karena kelelahan Mecca akhirnya tertidur dan ia kembali mengalami hal seperti di camp nya waktu itu ketika sedang mendaki gunung. Ia berjalan-jalan di kebun bunga Peony sendirian. Mecca melihat penampilannya yang memakai pakaian seperti seorang putri raja. di kepalanya juga ada Tiara bertahta berlian yang menghiasi.
"Hai." tiba-tiba Pandita datang menyapa Mecca. Mecca menoleh dan tersenyum manis melihat Pandita.
"ikut aku yuk, aku akan mengenalkan mu pada ibuku dan ayahmu." kata pandita sambil meraih telapak tangan mecca.
"Pandita, aku masih belum siap!" ucap Mecca menghentikan langkahnya. Pandita menoleh kearah Mecca dan tersenyum.
"Belum siap kenapa, kamu jangan khawatir. Orang tuaku sangat baik. Terutama ibuku, kamu tidak akan menyesal memiliki mertua seperti ibuku." Pandita kembali menggandeng tangan Mecca menuju kastil kristal tempat tinggalnya dan kedua orang tuanya. mereka memasuki pagar kastil yang sangat tinggi, di dalam pagar kastil itu terlihat jauh lebih indah dari pemandangan yang ada di luar kastil.
"Pandita, apakah ini yang namanya surga dunia. Ini sangat indah Pandita. Aku rasanya enggan berkedip karena melihat pemandangan seindah ini." ucap Mecca. Pandita tersenyum dan menangkup wajah Mecca.
"Aku akan membawamu melayang ke surga dunia yang sesungguhnya sayang. Sekarang kita masuk ya, mereka sudah menunggu kita." ucap Pandita. Mereka masuk ke dalam kastil yang sangat megah, lagi-lagi Mecca dibuat terkesima dengan keindahannya. Tidak bisa lagi Mecca merapalkan keindahan istana itu, ia hanya menikmati apa yang ia lihat dengan matanya dengan bibir tak berhenti menganga.
Pandita membawa Mecca menuju ruang makan. disana sudah ada ayah dan ibunya yang menunggu mereka. Mecca mengeratkan genggaman tangannya pada lengan Pandita. seolah mengerti dengan kekhawatiran Mecca, Pandita mengusap tangan Mecca.
Mecca melihat seorang wanita yang amat cantik dengan kulit berseri, memakai pakaian kerajaan seperti dirinya. Di kepala meja ada pria yang duduk dengan gagah yang juga memakai pakaian kerajaan seperti yang di pakai Pandita.
"Ayah, Bunda. perkenalkan. Ini Mecca calon permaisuri ku!" ucap Pandita ketika sudah berada di depan mereka. Mecca lalu menyalami kedua orang tua Pandita. Mecca mencium aroma yang sangat harum dari mereka berdua, harumnya berbeda namun sangat harum.
"Hei sayang, kenalkan saya Lakeswara Rengganis Bundanya Pandita, dan ini suami saya Lakeswara Pramudya ayah nya Pandita. Selamat datang di keluarga Lakeswara." Rengganis memeluk Mecca dan membawanya untuk duduk di kursi sebelahnya. Mereka berempat makan bersama. Mecca merasa puas karena makanan yang di suguhkan semuanya mewah dan enak. Setelah selesai makan, Pandita membawanya menuju kebun belakang castil itu.
"Aku akan membawamu ke tempat yang biasa aku datangi ketika aku merindukanmu." ucap Pandita. Mecca mengerutkan keningnya mendengar perkataan Pandita.
mereka sampai di sebuah gazebo yang di bawahnya terdapat kolam ikan yang airnya sangat jernih bagaikan kristal yang tersorot cahaya matahari.
Pandita mengajak Mecca berjalan di atas jembatan yang menghubungkan teras belakang dan gazebo. Mecca melihat ratusan ikan yang sangat cantik berwarna warni berenang di kolam itu.
sesampainya di gazebo itu, Pandita mengajak Mecca untuk duduk. Disana sudah tersedia berbagai macam buah-buahan. Pandita menutup gorden transparan yang menjuntai di sekeliling gazebo tersebut.
"Mecca, aku mencintaimu. Maukah kamu menjadi permaisuri ku?" tanya Pandita menatap lekat mata Mecca. Mecca mengangguk yakin dan tersenyum. Pandita merengkuh tubuh Mecca kedalam pelukannya.
"Mecca, aku akan bisa menemui mu kapan saja jika kamu bersedia menyerahkan kehormatanmu padaku, bersediakah kamu menyerahkan kehormatan mu padaku hari ini Mecca?" tanya Pandita sambil memeluk Mecca, Mecca merasakan kenyamanan saat berada dalam pelukan Pandita, kenyamanan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
Mecca mendengar perkataan Pandita melepaskan pelukannya dan menatap lekat mata biru milik Pandita.
"Apa maksudmu Pandita, kenapa aku harus melakukan itu. Dan, sebenarnya siapa dirimu ini? Kenapa tidak bisa menemui ku secara langsung?" tanya Mecca penasaran. Pandita kembali merengkuh kedua pipi Mecca.
"Mecca, aku akan memberi tahukan padamu tentang jati diriku yang sebenarnya. Tapi kamu janji ya, tidak akan meninggalkan aku setelah aku mengatakan nya." ucap Pandita. Mecca menganggukkan kepalanya dan bersiap menunggu cerita Pandita.
"Katakanlah, siapapun dirimu. Aku tidak akan meninggalkanmu!" ucap Mecca. Pandita tersenyum senang mendengar jawaban Mecca.
"Sebenarnya aku adalah siluman harimau putih salah satu siluman penunggu hutan Arjuno. Aku sudah menyukai mu sejak beberapa tahun lalu." jawab Pandita. Mecca sedikit terkejut mendengar penjelasan Pandita. "Kau ingat, beberapa tahun lalu kamu pernah tersesat di alas lali jiwo. Dan aku yang membantumu sampai kamu bisa bertemu kembali dengan teman-teman mu?" kata Pandita, Mecca mengerutkan keningnya. Ia mengingat peristiwa beberapa tahun lalu ketika ia baru semester 4, itu pertama kalinya ia mendaki gunung Arjuno, ia ingat saat itu ia terpisah dari rombongan dan tersesat karena memikirkan ibunya yang sedang sakit. Ia menangis memanggil teman-temannya, Mecca kemudian bertemu dengan harimau putih yang sangat besar dan gagah, ia kemudian melihat harimau itu berubah menjadi seorang pemuda yang tampan sekali. Ia ingat jika itu adalah pertemuannya dengan Pandita.
"Sudah ingat," tanya Pandita dengan senyum mengembang. Mecca mengangguk pelan.
"Sejak pertemuan pertama kita aku sudah mencintai mu Mecca, aku ingin menjadikanmu permaisuri ku. Aku ingin bisa menemui mu kapan saja, aku bisa mati bila menahan rinduku padamu jika harus menunggumu tertidur lebih dahulu. Sekarang tolong izinkan aku merenggut kehormatan mu, aku akan bisa menemui mu kapanpun dimana pun jika darah perawan mu. menyatu dengan keperjakaanku." ucap Pandita. Mecca seperti terhipnotis dengan kata-kata Pandita hingga ia menganggukkan kepalanya. Pandita senang dan langsung melumat bibir milik Mecca. Ia melucuti semua pakaian yang di pakai Mecca maupun pakaiannya. Mereka bergumul di dalam gazebo yang hanya tertutup kain transparan, hingga siapa saja yang melihatnya bisa mengetahui aktivitas mereka berdua didalamnya.
Rengganis yang kebetulan lewat taman belakang bersama para dayang nya melihat kearah gazebo yang tertutup tirai transparan, tirai itu melambai-lambai karena tertiup angin. Ia bisa melihat putranya sedang menyetubuhi gadis yang di bawanya dari alam manusia. Ia tersenyum senang karena akan memiliki menantu dari kalangan manusia, hal itu akan memperkuat kerajaan yang di pimpin suaminya.
Jika Mecca mengandung benih dari Pandita, anak mereka akan menjadi satu-satunya pemimpin yang di segani di dunia siluman, kekuatan kerajaannya akan semakin paripurna karena rajanya memiliki darah manusia.
"Mecca, berikan Pandita keturunan yang bercampur dengan darah manusia." ucap Rengganis lalu meninggalkan 2 sejoli yang sedang terbang ke nirwana.
aq kira lupa unk di lanjutkan hehehe
Bunga mawar 🌹 deh
please double update dunk Thor
aq ngasih mawar 🌹