Cinta Luar Biasa

"Mau kemana?

Ria menghentikan aksi memoles wajahnya dan tersenyum ke arah sang ibu yang tiba-tiba masuk ke kamarnya.

"Eh ibu.." Ria kembali meletakkan lipstiknya kemudian meraih sebuah sisir disana. " Ria mau pergi sebentar bu.. Ada urusan...

"Urusan apa? Jangan yang aneh-aneh Ria, Nanti kalau ketahuan Papa bisa marah.."Ria memutar bola matanya malas.

"Kenapa sih Bu.. Ibu tuh jangan nurut mulu sama papa.. Lagian ya, kapan aku keluar rumah. Iya kali di dalam rumah mulu bosen Bu.." Lama-lama Ria jengah juga. Dulu ia selalu di manja oleh ayah kandungnya, Tapi semenjak ibunya menikah lagi. Ia tidak bisa bermanja lagi. Ria di haruskah hidup mandiri, Padahal Papa Ari melakukan semua itu demi kebaikan agar Ria tidak terus bergantung kepada Ibunya atau orang lain.

Akan tetapi semua di salah artikan oleh Ria. Ria merasa hidupnya di kekang tidak boleh ini tidak boleh itu. Tentu saja Ria yang sudah terbiasa di manja dan selalu di turuti merasa tertekan.

"Tapi ini sudah malam Ria.. Gak baik perempuan malem-malem keluar.."Kata Sahila mencoba memperingati sang putri. Sebagai seorang ibu, Sahila selalu mengajarkan hal yang positif untuk keluarganya terutama putrinya ini. Namun didikan sang ayah, Yogi yang terlalu memanjakan Ria membuat wanita dua puluh delapan tahun itu besar kepala.

Apapun yang Ria minta harus terpenuhi, Bahkan Ayah kandungnya saja sampai rela korupsi demi membeli semua kemauan Ria.

Sangat jauh berbeda dengan Ari. Bukti bahwa Ari berhasil mendidik para anaknya memang sangat nyata. Nia bisa membangun toko bunga yang sangat besar. Sementara Heru bekerja menjadi seorang asisten bosnya. Setelah seharian mencari pundi-pundi rupiah, Kedua putra putri Ari menetap di rumah saja dan tidak kemana-mana. Terlebih Nia yang memang berstatus janda.

"Udah lah Bu..Gak perlu di pikir lagi.. Sekarang Ria mau pergi.. Kalau papa tanya bilang aja lagi jalan sama temen, Sekarang gaji Ria udah gede gak kayak masih kerja di toko mbak Nia.. Gajinya malah lebih gede karyawannya daripada aku.." Sahila hanya terdiam saja.. Sejak dulu, Ria memang susah di nasehati.

Tanpa mencium tangan sang ibu, Ria pergi begitu saja. Pakaian yang di kenakannya pun Pakaian yang menurut Sahila kurang sopan.

"Mau kemana dia malam-malam begini.. "Suara itu mengagetkan Sahila yang sejak tadi memerhatikan Ria masuk ke dalam mobil seseorang yang Sahila sendiri tidak tahu.

"Aku gak tahu mas.. Aku udah nasehatin dia, Tapi dia tetep gak mau dengar.. "Ari hanya bisa menghela nafas panjang saja. Inilah alasannya kenapa Ari meminta Ria untuk bekerja di toko bunga milik putrinya, Karena apabila Ria bekerja di luar tentu anak itu tidak akan diam di rumah.

Sementara di dalam mobil milik Denis. Pria tampan bertato tersebut sesekali melirik Ria yang tengah asyik menikmati alunan musik yang sengaja Denis putar.

"Sepertinya kau sedang bahagia saat ini.."Ucap Denis secara tiba-tiba. Ria tersenyum senang, Tentu saja ia bahagia karena rencana yang ia susun berjalan dengan sangat baik. Hanya tinggal menunggu waktu yang tepat saja semua pasti berjalan dengan lancar.

",Tidak perlu di tanya lagi, Tentu saja aku sangat bahagia.. Bukanlah kau yang bilang jika Adam masuk ke kamar itu dan melihat sendiri istrinya sedang tidur bersamamu.."Denis hanya mengangguk saja. Denis memang anak nakal, Pria itu sangat suka bergonta ganti pasangan tentunya bisa berakhir di atas ranjang.

"Lalu bagaimana? Apa rasanya sangat enak? Aku meminta mu bukan hanya untuk menjebak biasa kan? Aku juga menyuruhmu untuk mele-cehkannya.. apa kau melakukan itu..?

"Kita sudah sampai..Ayo turun.."Ucap Denis tanpa menjawab pertanyaan Ria.

.

.

.

Ria yang membuat janji tapi Denis yang menentukan tempatnya. Pria itu mengajak di salah satu Cafe. Niat ingin pergi ke Am's Cafe karena dicafe itu tidak ada kesediaan alkohol terpaksa Denis lah yang menentukan tempatnya.

"Denis, Mereka.."Denis tersenyum, Pria itu menggandeng tangan Ria mendekat ke arah para pria yang jumlahnya tak lebih dari delapan orang itu. Parasnya memang banyak yang tampan dan serupa dengan Denis yng bertato dan punya tindik. Tapi Ria tidak yakin apabila mereka kaya, Mungkin mereka hanya segerombolan anak jalanan. Ya, Anak jalanan yang miskin pikir Ria tanpa belum tahu kenyataan nya.

"Ayo duduk.." Ria mengangguk ragu dan duduk diantara para pria itu. Jujur Ria merasa sangat risih sebenarnya, Tapi mau bagaimana lagi Ria harus bertanya sesuatu.

"Kau berhutang penjelasan kepadaku Den.."Denis melirik cuek ke arah Ria sembari menghembuskan asap benda bernikotin yang pria itu hisap tadi.

"Sudah aku bilang, Tidak ada reaksi apapun dari pria itu.. Bahkan pria yang kau incar itu terlihat sangat lembut memperlakukan istrinya, Padahal sudah jelas-jelas dia melihat sendiri istrinya berada dalam satu ranjang dengan pria lain..Mungkin sudah kelewat cinta.. " Penjelasan Denis membuat Ria menghembuskan nafasnya dengan kasar.

Ya, Semua memang rencana Ria. Wanita itu telah menyusun rapi rencana jebakan tersebut. Terlebih ia kenal dengan denis sekitar satu bulan yang lalu, Sangat lumayan untuk membantu memuluskan rencana nya. Dengan iming-iming memberikan kepe-rawannya Ria berjanji agar Denis mau membantunya.

"Tapi aku masih kurang puas dengan hasil itu.."Ucap Ria yang memang kurang puas dengan apa yang ia inginkan. Harusnya Adam marahkan? Memukul mu lalu membentak istrinya.. Kenapa Adam hanya diam saja.."Denis tergelak dengan apa yang di ucapkan Ria barusan.

"Haha kau ini sangat lucu sekali.. Ini dunia nyata beby.. Bukan dunia drama yang sering kau tonton itu. Daripada kau memikirkan itu, Lebih baik kau tepati janjimu.. Katakan saja kapan, Aku akan segera boo-king hotel mana yang kau mau.

Glekk!

Dengan susah payah Ria menelan salivanya. Wanita itu membatin jangan sampai tidur dengan pria modelan Denis, Amit-amit.

"E, Soal itu.. pasti aku tepati. Tapi jangan sekarang.. Sudah aku bilang setelah semua selesai. Maksudku, Aku menunggu hubungan Adam dan istrinya renggang dan tidak baik-baik saja.. Setelah itu kau bisa hubungi aku lagi. Ya, Sudah kalau begitu aku pamit dulu masih ada urusan..."Dengan cepat Ria segera bangkit dan keluar dari tempat itu.

Seperginya Ria, Para pria itu tertawa terbahak-bahak. Merasa sangat lucu dengan tingkah Ria yang menurut mereka sangat lucu.

"Jangan mudah percaya dengan ucapannya bos..Semua yang wanita itu katakan adalah dusta.."Denis meletakkan gelas slokinya di atas meja. Di hisaplah benda bernikotin tersebut kemudian di hembuskanlah ke udara.

"Gue bukan pria bo-doh yang gampang di tipu.. Kita tunggu aja, Gue akan kasih waktu untuk cewek go-blok itu..Kalau dia masih banyak alasan.."Denis tersenyum sinis menatap satu persatu anak buahnya..

"Keroyokan bro...

"Hahaha..

.

.

.

TBC