Motives

Aku muak kembali lagi melihat ruang putih tanpa adanya cahaya seperti ruang isolasi.

Ada sebuah kursi panjang yang duduki oleh seorang perempuan cantik dengan surai rambut yang panjang memakai dress panjang berwarna putih.

Aku tau siapa dia dan ini momen yang aku tunggu setelah pertemuan pertama mereka. Aku melangkah mendekati perempuan itu duduk disampingnya.

"Hai kita ketemu lagi, Elisa!"Si pemilik tubuh yang aku rasuki saat ini.

"Ya, kita ketemu lagi."Balasku dengan seringaiku.

"Ini pertemuan terakhir kita, jadi silahkan bertanya apa yang kamu mau dan aku akan menjawabnya"ucap Eliza.

"Dunia apa ini?"pertanyaan yang aku tunggu tunggu untuk dipertanyakan dengan Eliza yang asli.

"Kamu pasti sudah tau dunia apa yang kamu tempati sekarang?"Dengan senyum

licik Eliza menjawab.

"Ya aku tau. Tapi aku butuh penjelasan lebih dari kamu."

"Nama kita hampir sama tetapi takdir kita berbeda."

"Kamu iri?"

"Ya aku iri dengan kamu yang memiliki keluarga yang baik dan penuh cinta"jawab Eliza dengan sendu.

"Jadi ini alasan kamu menarik jiwaku kedalam tubuhmu?"

"Tidak, aku tidak sejahat itu. Itu memang takdir kamu"jawabnya.

"Jadi jawaban atas pertanyaanku tadi?"

Aku menatap tajam Eliza yang tidak menjawab pertanyaanku sedari tadi melainkan memutar jawaban lain.

"Dunia kita sama, bukan dunia novel yang seperti kamu pikir sejak awalnya."

"Ya, aku tau itu. Tapi kenapa bisa ada nama nama yang sama di novel itu?"tanyaku lagi.

Eliza tersenyum tipis dia tau kalau pengganti jiwanya akan bertanya seperti itu, "Aku pernah sekali mengulang waktu menjadi remaja berusia 15 tahun dan diusia itu aku menulis sebuah novel dengan kisah hidupku yang pertama kali dengan maksud supaya aku bisa mengingat kehidupanku dulu dan berniat mengubah hidupku. Tapi ternyata semuanya gagal kakakku tidak menyayangiku memilih menyayangi Mikayla anak pelayan itu dari pada diriku adik kandungnya, aku yang sudah sakit hati dengan jawaban kakakku memilih bunuh diri.

Pada saat itu aku bersyukur tidak mengulang kembali kehidupanku lagi yang ketiga kalinya dan bisa berada disini dengan bahagia bertemu adikku dan ibuku. Aku minta maaf sudah membuat kamu menderita di kehidupanku dan aku berterimakasih sekali sudah menyelesaikan masalahku yang aku tinggalkan disana"jelas Eliza dengan

senyum hangatnya menatapku.

Semua pertanyaan yang aku cari jawabannya sudah terjawab langsung. Aku sudah tau kalau ini bukanlah dunia novel dengan genre romance dengan latar belakang dunia remaja, tetapi ini dunia nyata dengan tokoh tokoh yang nyata yang sama seperti kehidupan pertama dengan keluargaku yang berarti keluargaku keluarga Louie masih tetap ada dan hidup semua kecuali Elisabeth Veronica Louie.

Aku bersyukur bisa melihat keluargaku yang asli bukan keluarga Brittania tetapi

keluarga Louie.

Daddy, mommy, kak Ray, dan kak Bella,

tunggu aku pulang dan menjelaskan semuanya!

"Kamu senang?"tanyanya.

"Tentu saja. Aku menunggu momen ini dimana kamu menjawab seperti yang aku

pikirkan selama ini"jawabku dengan senang.

"Jadi kapan aku bisa kembali?"tanyaku lagi yang ingin cepat cepat pergi dari ruang serba putih ini tanpa ada warna lain.

"Kamu gak mau ketemu Elina dulu saat masih ada disini?"

"Elina? Boleh. Aku ingin menyapanya, tapi dimana dia?"

"Tutuplah mata kamu dan hitung 1 sampai 10 baru buka"jelas Eliza dengan senyum

hangat.

Aku mengernyit heran tetapi aku tetap melakukannya menutup mata menghitung 1 sampai 10 dan membukanya setelah sampai dihitungan 10.

Alam yang indah banyak bunga bermekaran, pohon yang tumbuh subur, burung burung beterbangan dengan suaranya yang merdu, bau bunga tercium harum, ada hewan buas yang saling akur dengan hewan lainnya tanpa ada saling memangsa satu sama lain.

Alam ini sangat indah dipandang rasanya tidak ingin pergi menetap disini saja.

Disana ada dua orang perempuan yang sedang bermain ayunan dengan senyum merekah tercetak diwajah keduanya.

Eliza menarik tanganku menuju tempat kedua perempuan yang sedang bermain ayunan itu. Aku langsung menebak kalau yang sedang duduk di ayunan adalah Elina Britania dan yang mendorong ayunannya adalah Elena Wiranata - ibu kedua kembar.

"Mom! Elina!"Panggil Eliza dengan nada lembut.

"Halo Tante, Elina." Sapaku pertama kali setelah bertemu dengan mereka kedua kalinya.

"Terimakasih telah membantu putriku." Ucap Elena dengan senyum hangat miliknya.

"Tidak masalah Tante, karena setelah mendengar fakta tentang duniaku sama dengan dunianya, aku melupakan kekesalanku"jawabku dengan jujur.

"Baiklah kamu anak yang baik, nak." Puji Elena.

"Terimakasih Tante."

"Panggil aja mommy Elena seperti kedua putriku dan kedua putraku."

"Ya."

Aku melirik Elina yang sedari tadi manatapku, "Hai Elina!" Sapaku.

"Hai kak Elisa! Kakak cantik!" Balas Elina dengan senyuman.

"Terimakasih Elina, kamu juga cantik seperti saudari kembar kamu."

"Bagaimana dengan kedua putraku dan suamiku disana?" Tanya Elena dengan baik baik.

Aku ragu menceritakannya aku tidak mau melihat seseorang yang tengah bahagia kembali sedih gara gara anak anaknya dan suaminya tidak menjaga kedua putrinya dengan baik sebagai seorang kakak dan ayah untuk kedua putrinya.

"Gak apa apa gak perlu menceritakannya. Aku sudah melihat mereka dari atas sini."

"Ngomong ngomong tentang ini, dimana aku sekarang?"

Aku baru ingat dunia mana aku injak sekarang.

"Perbatasan antara hidup dan mati."

What??? Apa yang terjadi? Apa aku mati?

"Apa aku sudah mati?" Aku khawatir jika aku mati gara gara tusukan pisau saja.

"Tidak, kamu masih hidup tetapi karena tubuh itu masih sangat lemah jadi kamu harus menunggu terlebih dahulu saat tubuh itu bisa kembali digunakan"jawab Eliza dengan tawa kecilnya.

Aku menghela nafas, "Huft"

"Nikmatilah dulu disini sebelum memulai kembali kehidupannya"ujar Eliza.

"Oke."

"Oh iya aku mau ingatin hati hati dengan Andrian." Nasehatnya.

"Hah? Siapa Andrian?" Tanyaku tidak paham.

"Nanti kamu juga akan tau sendiri, yang penting hati hati aja dengan Andrian." Jawab Eliza cuek tidak ingin memberitahu siapa Andrian itu.

Aku menatap datar Eliza yang suruh berhati hati dengan namanya Andrian tetapi tidak memberitahu siapa dia dan

sifatnya bagaimana.

Harus beritahu sebelum terjadi ada apa apa.

"Cih!"

"Kak Elisa nanti kalau sudah kembali tolong ambil kotak musikku dikamarku supaya gak diambil sama cewek jahat itu." Ucap Elina.

"Kotak musik? Buat apa?"

"Itu kotak musik yang didalamnya ada kunci mansion milik mommy." Bukan Elina

yang menjawab tetapi Eliza.

"Mansion Wiranata?"

"Ya. Kunci mansion itu aku taruh di kotak musik Elina." Jawab Elena mengelus surai

rambut hitam Elina dan Eliza.

Melihat kemesraan ibu dan anak itu membuatku ingin cepat pergi dari sini dan bilang kepada keluarga Louie kalau aku adalah putri bungsu mereka.

***