Di khianati dan dijebak oleh saudara tirinya, hingga diusir oleh ibu kandungnya sendiri karena dianggap telah mencoreng nama baik keluarga besar Sanjaya.
Hamil dan melahirkan tanpa didampingi keluarganya. Aurora berhasil membesarkan putri semata wayangnya, bekerja sebagai pengasuh cucu keluarga kaya tak membuatnya gengsi dan putus asa.
Pertemuan Aurora dengan Almer cucu laki-laki keluarga Gilbert membuatnya merasakan ikatan batin antara ibu dan anak bukan hanya itu saja Aurora harus terlibat dengan permasalahan anak majikannya Anggara Gilbert, CEO tampan tak tersentuh yang menolak segala cara perjodohan orang tuanya.
Bagaimana perasaan Aurora saat tahu Anggara lah sosok pria yang menidurinya malam itu ? Bagaimana dengan Anggara saat mengetahui jika Aurora lah sosok wanita yang dirinya cari selama ini ? Apakah Anggara akan bertanggung jawab atas kejadian malam itu ? Jangan lupa untuk mampir !
follow ig : dlbtstae_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dlbtstae_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengacala - Reza
Keesokan harinya, Vino datang pagi-pagi ke kediamannya Gilbert. Setelah meminta izin kepada Gilbert dan Arumi untuk membawa Pelangi pergi tanpa diketahui para bocil yang ingin ikut.
Itulah sebabnya mengapa Vino datang pagi-pagi ke kediaman Gilbert, ia menghindari dua bocah yang ingin ikut bibmsa-bisa keduanya mengganggu acara kencannya.
“Ingat, anak om dikasih makan minum ! Jangan mokondo ! “ ceplos Gilbert membuat Arumi langsung menampar lengan kekar suaminya.
“Ngomong itu di filter, jangan di gas ! Nabrak ! ” ketus Arumi membuat Gilbert kesal.
“Daddy, mommy ! Kalau gitu, Langi sama Bang Vino pergi dulu ya. Keburu duo bocil ikut, “ ucapnya.
“Ya, ya sana pergi lah. Ingat jangan kemalaman pulangnya, jangan mampir ke hotel, penginapan dan sejenisnya ! Jangan lama diam di mobil. Cari tempat yang ramai !!! “ nasehat Gilbert pada sang putri.
Arumi dibuat melongo dengan nasehat suami yang terkesan berlebihan, tapi juga sangat perlu diperhatikan.
“Daddy, Langi denger kok nasehat daddy. Jadi, daddy tenang saja ya ! “.
“ Harus ! Harus buat daddy tenang ! “ seru Gilbert semangat sepertinya dia belum merelakan putrinya menjalin hubungan dengan sahabat putranya.
“Om, tenang saja. Saya tidak akan macam-macam dengan anak om atau bagaimana kalau saya nikahin anak om ? Gimana aman ? “ kata Vino santai.
“Eee Vinokio ! Bener banget Risha manggil kamu Vinokio, dikasih jantung mintanya ginjal ! Sudah sana pergi ! Keburu Lisa KW sama Renjana melihat kalian ! “ greget Arumi.
“Kalau begitu kami pergi dulu ! “ seru Pelangi dan Vino.
Sepasang suami istri itu menatap lama mobil yang dikendarai Vino hingga tak terlihat dari pandangan mereka.
Setelah itu wajah Arumi mendadak murung, ada dua hal yang sedang dia pikirkan. Melihat wajah murung istrinya, Gilbert mengajak Arumi untuk menuju kamar mereka. Barulah dia akan bertanya nanti, saat mereka berada dikamar.
“Kamu kenapa murung ? Apa kamu masih berat untuk mengijinkan Pelangi mengenal laki-laki ? “ tanya Gilbert lembut kepada istrinya. Tangan besarnya membenarkan anak-anak rambut yang menutupi wajah istrinya.
“Katakan saja tidak apa, kita bisa membatasi namun kita tidak bisa membuatnya merasa terkekang. Kita sebagai orang tua harus menjadi penasehat dan pelindung untuk anak-anak terutama putri kita. Jika dia melakukan salah, mari kita tegur dengan baik-baik supaya dia bisa menerima kalimat yang kita sampaikan… “
Arumi menatap suaminya, penjelasan suaminya memang benar adanya tapi yang membuatnya murung adalah… …
flashback
“ Ada apa tuan ? “ tanya Aurora gugup.
Tanpa menjawab dan melihat Aurora, Anggar segera mengambil map dan melemparkannya di atas meja membuat Aurora terkejut.
“Apa ini tuan ? “ tanya Aurora bingung.
“Buka dan bacalah ! Kamu akan tahu nantinya ! “ Aurora langsung membuka map tersebut dan membaca isinya.
Setelah membaca isinya, Aurora menatap marah Anggara. “Maksud tuan apa ini !! “.
Aurora melemparkan map itu dengan kasar ke arah wajah Anggara. “ Seperti yang tertulis disana, hak asuh Arisha akan aku ambil alih !! “.
“TIDAKKKK KAU TIDAK BISA MELAKUKAN HAL ITU KEPADAKU !! “
Degh ! Arumi yang sedang mencari Aurora tak sengaja melihat pintu ruang kerja putranya terbuka. Arumi yang penasaran segera mendekati ruangan tersebut.
Namun, saat tiba di ruangan itu. Dia berpapasan dengan ucapan keras putranya yang berniat mengambil alih hak asuh Arisha dan teriakan penolakan dari Aurora.
Jantung Arumi berdetak sangat kuat, dia kecewa, dia sangat kecewa dengan keputusan keduanya. Apa mereka tidak memikirkan kehidupan Arisha dan Almer. Bagaimana mereka bisa berpikir sempit seperti itu.
“Kau tidak bisa mengurusnya, biar aku saja ! “
“Tidak, Aku sudah mengurusnya dari kecil. Risha adalah jantungku ! Kau hanya memiliki Almer. Itu pun kau tidak merawatnya dengan baik ! “ tolak Aurora saat Anggara memaksa untuk mengambil Arisha dari dirinya.
“Tidak ! Arisha dan Almer akan menjadi anak kembarku ! Mereka tidak membutuhkan sosok ibu ! Aku bisa merawat mereka ! “ kekeh Anggara.
Aurora menggelengkan kepalanya, “ Itu asumsimu sebagai seorang pria, tuan ! Kalau kau bisa merawat Almer, kenapa tidak kau rawat dengan kedua tanganmu sendiri, kenapa harus orang lain ? “.
“ Katakan padaku, kenapa ? ! “ teriak Aurora marah.
“Aku sibuk bekerja ! Tapi aku bisa menggunakan uangku untuk merawat anak-anakku ! “
“Bullshittttt !!! Uang bisa kau cari, tapi kebahagian anak-anakku tidak bisa kau beli dengan uang ! “ sentak Aurora yang tak menyangka jika pria itu hanya bisa mengandalkan uang.
“Hahaha di dunia ini, orang mana yang tidak bahagia dengan uang ?? Katakan padaku, apa kau bisa bahagia tanpa uang ?” tanya Anggara tajam.
Aurora menatap tajam Anggara, dia sangat tidak suka dengan orang yang menganggap uang adalah segalanya.
“Ingat tuan, yang kau beli dengan uang itu bukan kebahagiaan yang kamu cari, tapi kesenangan semata. Kalau tuan merasa uang bisa membuat tuan bahagia, bagaimana dengan pernikahan tuan yang hancur karena uang ? “
“Jadi tuan, untuk apa uang itu ada kalau kebahagian belum bisa di dapat oleh seseorang ? “
Kali ini Anggara yang terdiam, dia memikirkan kata-kata Aurora. Benar, jika uang ada bukan kebahagiaan yang ia dapatkan, melainkan kebanggaan dan kesenangan semata yang membuatnya lupa diri.
“Maaf tuan, jika tidak ada lagi saya permisi. Tuan, saya tetap pada pendirian saya. Arisha tetap dalam pelukan saya. Saya menolak hak asuh yang anda buat ! Mari kita hidup seperti biasa, tanpa memperebut hak asuh anak…“
Setelah mengatakan itu, Aurora pergi keluar dan meninggalkan Anggara yang mendudukan dirinya di kursi kebanggaannya. Arumi yang bersembunyi segera kembali ke kamar cucu kembarnya, tanpa mengeluarkan sepatah katapun.
flashoff.
Arumi sesenggukan menceritakan apa yang dia dengar dari perdebatan putranya dan ibu kandung dari cucu kembar mereka.
“Tenanglah, kita akan bicarakan ini nanti. Sekarang ayo, kita temui cucu kembar kita ! “
*
*
*
*
*
Berbeda dengan kegiatan hari ini, dua bocah cadel tengah merebahkan diri dibawah pohon apel hijau milik Gilbert. Terik matahari terasa menyengat dengan angin yang berhembusan menyapu wajah dua bocah cadel.
“Lisa, hobimu apa ? “ tanya Reza tiba-tiba.
Anak laki-laki itu ternyata memilih menginap di kediaman Gilbert tanpa mau pulang ke rumahnya, entah bagaimana keadaan rumah saat tidak menemukan cucu satu-satunya di rumah.
“Kenapa tiba-tiba tanya hobi ? “ tanya Arisha heran dan melipatkan kedua tangannya dibelakang sebagai bantal.
“Tinggal jawab aja napa cih, cucahnaaaaaa ! “ ujar Reza gregetan.
“Hobi itu apa ? “ tanya Arisha polos.
“Nda tau hobi ? “ Arisha menggeleng. Terdengar helaan nafas dari Reza membuat kening Arisha mengerenyit.
“Napa ? Cecak nafas kau ? “ tanya Arisha bingung.
“Risha mulutmu, jangan begitu bicaranya ! “ tegur Almer yang memilih duduk bersandar batang pohon sambil membaca buku.
“Heeeee, diam kau manucia tlemollll !! “ pekik Arisha kesal.
“Cepat katakan ! Hobi itu jenis benda apa lagi ? “ tanya Arisha kesal.
“Hobi itu kesukaan kamu ! “ sahut Reza tak kalah kesal.
“Ooohhhh kecukaan, bilanglah dali tadi ! Kalau itu tau Lisa jawabannya ! “ seru Arisha semangat.
“Lisa itu cuka na makan, cuka na main, cuka na apa ya banyaklah. Muti telen pokokna ! “
“Eeee yang kau sebutkan itu bukan hobi ! “ pekik Reza semakin kesal.
Tampak Arisha tidak terima disalahkan, dirinya duduk menatap tajam Reza. “ Tadi kau bilang hobi itu kecukaan, sekalang Lisa sebut kecukaanna Lisa salah. Telus maksudna dilimu gimana cihhh. Yang jelas maka na, nda ucah setengah-setengah. Ilang ot4k kao !!“
“Atau Hobi cita-cita gitu ? “ tambah Arisha membuat almer dan Reza serentak tepuk jidat.
“Lisaaaaa KW, dengal nihhhh !!! Hobi cama cita-cita itu bedakan, bang Al ? “ Almer mengangguk.
“Hobi itu kesukaan, kalau cita-cita itu pekeljaan yang diinginkan… “ jelas Reza santai.
“Ya udah, citu hobi na apa ? “ tanya Arisha jengkel karena terus disalahkan oleh Reza.
“Banyak duit ! “ sahut Reza.
“Cita-cita ? “ tanya Arisha lagi.
“Jadi pengacala ! “ jawab Reza mantap. Almer yang mendengar cita-cita Reza tersenyum remeh.
“Pengacara itu harus banyak uang, dan ikut sidang menyidang. Emang kamu bisa apa nantinya ? “ tanya Almer mengejek.
“Siapa bilang pengacala keljana sidang menyidang ! “ sahut Reza kesal.
“Pengacara itu kerjanya bantu klien mengatasi masalah, dan pastinya juga ikut dalam sidang menyidang ! Gimana sih, katanya mau jadi pengacara. Gitu aja nggak tahu ! “ sentak Almer.
Reza menggaruk pelan kepalanya yang tidak gatal. “Emang pengacala sepelti itu ya kelja na ? “ tanya Reza polos.
“Iya, “ sahut Almer.
“Tapi pengacala yang dimaksud Leja bukan itu, “ jawabnya pelan.
“Kalau bukan itu lalu apa ? “ tanya si kembar kompak.
“Ya, pengacala ! Penganggulan banyak acala ! “
“Lejaaaaaaaaa/Rezaaaaa !! “
...***...
Double up ya,
Maaf kemarin ga double up. Harusnya itu double up