Bitcoin World Domination

Di ruang guru, Carla mendengarkan rekaman audio dari hp Val menggunakan headset sebelum mencabut headset itu dan menyerahkannya pada Ayu. "Kamu dengarkan sendiri."

"Bu..." ayu terlihat ragu ragu tapi Carla langsung memberinya mata tajam. "Lakukan"

"Baik Bu." Ayu dengan pasrah mendengarkan rekaman itu yg membuatnya benar benar terkejut dan menjadi semakin panik.

"Bu, ini pasti rekayasa. Percaya pada ku Bu, aku tidak mungkin seperti itu."

Carla menggelengkan kepala sebelum menjawab. "Karena perbaikan rumah sewa, ibu terpaksa menginap satu hari di hotel murah dan saat itu ibu melihat mu masuk ke kamar tepat di sebelah kamar ibu bersama seorang pria."

"Ibu pasti salah lihat."

"Tidak mungkin salah dan bahkan jika ibu salah, rekaman ini sangat akurat. Dari detail rekaman terlihat bahwa ini di rekam saat menghubungi ponsel mu secara otomatis. Cara ini juga biasanya di gunakan oleh pihak bank sebagai bukti suatu persetujuan tanpa tatap muka."

"...." Akhirnya Ayu tidak bisa berkata kata dan mulai meneteskan air mata.

"Apa kamu tahu jika hal ini tersebar maka kamu akan di keluarkan dari sekolah. Ini bukan tentang kebebasan berhubungan tapi nama baik sekolah akan tercemar jika hal ini sampai tersebar."

"Bu... aku... aku minta maaf.."

Carla langsung menatap Val. "Bagaimana menurut mu, apa kamu ingin memperpanjang masalah ini."

Val menggelengkan kepala. "Selama dia tidak mengganggu ku lagi maka aku akan melupakan semuanya. Aku juga tidak ingin nama sekolah ini menjadi rusak dan seseorang yg pernah kucintai tiba tiba mengambil jalan pintas karena tertekan.

"Ibu tidak menyangka kamu bisa melihat gambar besarnya."

Val melambaikan tangan dengan santai lalu berkata. "Katakan saja pada semua murid jika rekaman itu palsu, tujuannya hanya untuk mengejek Ayu."

"Val..." ayu tiba tiba mencengkram tangan Val. "Maafkan aku Val.." tapi Val segera menepisnya. "Minta maaf pada diri mu sendiri karena perbuatan mu hanya merugikan diri mu sendiri. Aku sendiri tidak pernah merasa di rugikan dan malah senang bisa memiliki pacar secantik diri mu tapi sayangnya saat ini kondisi ku sedang tidak dalam situasi di mana aku bisa memiliki hubungan dengan wanita seperti mu."

"Val benar, jadikan ini sebagai pelajaran dan berusahalah untuk menghargai diri mu sendiri."

"Baik Bu, ayu berjanji akan berubah."

"Masalah ini sudah beres, apa aku sudah boleh kembali?" Tanya Val.

"Val ibu merasa kamu sedikit berubah." kata Carla sambil memberi perhatian penuh pada Val.

"Benar Bu, aku sudah berubah."

"Apa yg membuat mu berubah?" tanya Carla yg semakin penasaran.

"Sepertinya aku mendapat kekuatan kesatria baja hitam dan harus segera menyelamatkan dunia ini dari serangan gorgon yg ingin menguasai dunia."

"Pffftt.." Ayu yg awalnya sedih tiba tiba tidak menutup mulutnya untuk menahan tawa.

"Lupakan saja, sepertinya ibu salah menilai mu. Kamu masih sama seperti yg dulu."

"Tenang Bu, kali ini aku akan jujur. Sebenarnya aku memang berubah karena tadi malam aku di gigit laba laba dan saat bangun tubuh ku..."

"Cepat kembali ke kelas, kita akan segera memulai pelajaran." Carla yg terlihat kesal segera mengusir Val.

"Dengarkan dulu Bu.."

"Tidak perlu, cepat kembali ke kelas mu." Carla segera mendorong Val keluar dari ruangnya di ikuti oleh ayu yg mengikuti mereka dari belakang.

Pelajaran seni sangat membosankan, jadi Val mengeluarkan ponsel dan mulai mencari kamar kost yg ada di sekitar sekolah. Masih ada 3 bulan sebelum kelulusan dan setelah itu Val akan pergi keluar negeri untuk memulai kehidupan barunya.

Saat ini dia harus tetap rendah agar tidak menimbulkan masalah yg tidak di inginkan. Tentu saja Val masih akan meningkatkan kekayaannya di pasar crypto karena tujuan akhir dari semua usaha Val adalah menimbun bitcoin sebanyak mungkin.

Tidak butuh waktu lama bagi Val untuk menemukan kamar kost yg sesuai dan segera mengirim pesan pada pemilik rumah.

"Selamat pagi, saya ingin menyewa kamar kost yg bapak iklankan. Apa masih ada kamar kosong yg tersedia?"

Beberapa menit kemudian pesan Val segera di balas. "Kebetulan masih sisa satu, boleh saya tahu dengan siapa ini serta tujuan untuk menyewa kamar kost."

"Nama saya Valerio, tujuan menyewa karena rumah saya akan di jual dan saya butuh tempat tinggal selama 3 bulan untuk menyelesaikan sekolah saya."

"Jadi begitu, berarti kamu bersekolah di SMA 2 di dekat sini ya."

"Benar pak."

"Kamu kelas A1 ya."

"Benar pak, bagiamana bapak bisa tahu?"

"Sebaiknya kamu menoleh karena Bu Carla ada di sebelah mu."

Val terkejut dan saat menoleh dia sudah bertemu dengan tatapan Carla yg tajam. "Apa aku terlalu tampan sampai ibu selalu memperhatikan ku."

Semua orang langsung tertawa mendengar kata kata tak tahu malu Val.

"Benar, kamu terlalu tampan. Jadi berdirilah di depan agar semua teman teman mu bisa melihat ketampanan mu." Carla menarik telinga Val untuk membuatnya berdiri dan membawanya ke depan kelas.

"Bu, jangan seperti ini. Apa kamu ingin suami masa depan mu tidak memiliki telinga."

"Apa, suami masa depan? Mimpi mu terlalu tinggi Val."

"Bukankah itu yg di ajarkan di sekolah, agar kita selalu bermimpi setinggi langit karena hanya dalam dunia mimpilah kita bisa menikmati apa yg kita impikan. Pada kenyataannya aku hanya bisa memikirkannya saat di kamar mandi."

Tawa terbahak semua murid kembali terdengar terutama murid laki laki yg paling mengerti maksud kata kata Val. Hal ini langsung membuat wajah Carla memerah dan semakin bertambah kesal.

"Val, kamu pilih masuk ke ruang guru atau kamu berdiri di sini dan nyanyikan sebuah lagu untuk teman teman mu."

"Tentu saja masuk ruang guru, di sana aku bisa melihat kecantikan Bu Carla sepuasnya."

Carla menampar pantat Val karena tidak bisa lagi menahan malu tapi reaksi Val kembali membuat semua orang tertawa.

"Aaahh kimochi...."

"Val... ibu akan memberimu nilai jelek jika kamu terus seperti ini dan tidak mau bernyanyi untuk teman teman mu."

"Ok ok Bu, jangan terlalu di ambil hati. Ini adalah pelajaran seni, akting juga bagian dari seni."

"Jangan banyak bicara, lakukan saja yg ibu katakan."

Val berpikir sejenak sebelum mengambil kursi untuk duduk dan sebuah gitar.

"Apa yg kamu lakukan?"

"Tentu saja bernyanyi."

"Ada apa dengan gitar, bukankah kamu tidak bisa bermain gitar."

"Ini hari spesial, jadi hari ini aku tiba tiba bisa bermain gitar."

Carla hanya menggelengkan kepala sebelum kembali duduk di bangkunya dan berkata. "Terserah kata mu, asal kamu mau bernyanyi."