Agatha Adara
Sebagai seorang wanita yang menjalani hidup dengan penuh tekanan pada mental dan jiwa, tak urung membuatnya menyerah dalam hidup.
Namun suatu hari harapannya untuk tetap waras menjalani hidup harus pupus. Ketika seseorang yang menjadi pusat dunianya memilih pergi meninggalkannya.
Cheva Dharmarendra
Sementara di sisi lain, seorang pria yang harus menahan rasa lelahnya menghadapi sifat sang kekasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon WILONAIRISH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 29
“Terus buat apa Chev, kamu mau balikan sama aku? Kamu udah gak sayang aku, untuk apa?” tanya Agatha, tatapannya tak mampu menipu, tergambar jelas luka di sana.
Cheva tertunduk, menyesal sempat mengatakan hal itu. Dengan lembut, Ia membawa tangan Agatha untuk Ia kecup dengan dalam. “Aku bohong sayang, aku sayang kamu … aku cinta kamu. Gak pernah hilang perasaan itu sampai detik ini. Bahkan untuk selamanya.” Jelas Cheva dengan penuh rasa sesal.
“Kamu bohong Chev, aku tau kamu gak sayang aku. Kalau masih sayang, kenapa kamu tega mengakhiri hubungan kita?” Agatha masih mengelak kalau perasaan pria itu masih sama.
“Maafin aku sayang, aku terlalu terbawa emosi karena Rara celaka. Sampai gak bisa berpikir jernih dan mengambil keputusan yang salah.” Jelas Cheva dengan menyesal.
Agatha terdiam mendengar penjelasan Cheva. Ia sayang dan cinta pada pria itu, tak mau kehilangan dia sama sekali dan sampai kapanpun. “Kamu beneran sayang aku kan?” tanya Agatha.
Cheva mengangguk. Dan dengan cepat Agatha memeluk kekasihnya itu. “Jangan tinggalin aku Chev, aku gak bisa tanpa kamu.” Ujar Agatha dengan sesenggukan.
“Aku gak akan tinggalin kamu seperti ini lagi.” Tukas Cheva membalas pelukan Agatha tak kalah erat.
...***...
Keesokan harinya, Cheva yang masih berada di rumah Agatha tengah bersiap-siap untuk melihat kondisi Rara. Dari semalam Ia belum menanyakan keadaan sepupunya itu. Takut bila terjadi hal serius, Agatha juga akan terkena imbasnya.
“Aku ke rumah sakit dulu ya sayang.” Pamit Cheva mengecup kening Agatha dengan lembut.
Agatha yang masih menikmati sarapannya, memasang wajah cemberut. “Kamu khawatir sama dia?” tanya Agatha yang tak bisa menyembunyikan rasa cemburunya.
Cheva tersenyum manis. “Dia adik sepupu aku bagaimanapun sayang, aku cintanya sama kamu. Lagi pula dia cuma sepupu, adik aku.” Jelas Cheva untuk meyakinkan Agatha supaya tak lagi cemburu.
Akhirnya Agatha mengangguk membiarkan Cheva mengecek kondisi sepupunya. Ia menatap punggung Cheva yang semakin menjauh dan menghilang dari balik dinding. Sejak semalam setelah insiden Ia mencoba mengakhiri hidup, sikap Cheva Kembali seperti semula. Manis dan penuh perhatian padanya.
“Semoga kamu gak berubah lagi Chev” gumamnya dengan lirih.
Sementara Cheva sudah sampai di rumah sakit. Ia bisa melihat Om dan Tantenya tengah duduk di kursi di depan ruang rawat Rara.
“Om, Tante, gimana keadaan Rara?” tanya Cheva dengan khawatir.
“Rara udah siuman Chev, tapi sekarang lagi istirahat kalau kamu mau menemui.” Jelas mereka.
“Kenapa kalian nunggu di luar?” tanya Cheva.
Om dan Tantenya tampak saling pandang, kemudian menghembuskan nafas kasar. “Ada pacar Rara tadi, Rara minta waktu untuk mereka ngobrol.” Jelas Tantenya.
“Kata kalian Rara istirahat?” tanya Cheva yang tak mengerti dengan kedua pasangan paruh baya di depannya itu.
“Ia istirahat tapi yang nemenin pacarnya, ya gitulah Chev anak sekarang. Masa lebih pilih pacarnya dibanding orangtuanya.” Keluh Tante Cheva.
Cheva menghela nafas berat, “ya udah aku masuk ya Tan, Om.” Pamit Cheva sebelum benar-benar masuk, dan diangguki oleh mereka.
Ada-ada saja keluhan mereka. Ini lagi si Rara ada-ada saja, kenapa malah minta ditemani pacarnya daripada orangtuanya.
“Ra, kamu udah sadar?” tanya Cheva yang sepertinya mengganggu perbincangan sejoli itu.
“Eh Kak Cheva, udah kok kak. Udah boleh pulang juga nanti sore kata dokter.” Ujar Rara dengan tersenyum senang.
“Oh iya kak, kenalin ini pacar aku.” Ujar Rara, dan sebaliknya Ia juga mengenalkan Cheva pada pacarnya.
Setelah beberapa saat, Cheva akhirnya pamit untuk pulang. Ia tak lagi khawatir dengan keadaan Rara karena gadis itu tampak baik-baik saja. Padahal dulu saat terjadi tragedy yang hampir sama, Rara begitu syok dan trauma. Namun kali ini berbeda, apa mungkin karena kehadiran pacarnya. Apa kekuatan cinta memang sedahsyat itu? Entahlah, Ia juga tak mau pusing memikirkannya.
Saat dalam perjalan pulang dari rumah sakit, ponselnya berdering rupanya panggilan dari Agatha.
“Iya sayang”
“Chev, kamu udah pulang dari rumah sakit? Kamu kesini lag ikan?” tanya Agatha dengan manja.
“Aku ke kantor dulu sayang, nanti aku ke rumah pulang dari kantor malam.” Jelas Cheva dengan apa adanya.
“Oh gitu, ya udah aku tunggu kamu nanti malam.”
Cheva benar-benar ke kantor untuk bekerja, sementara Agatha hanya diam di rumah menikmati waktu luangnya dengan menonton drama kesukaannya. Sembari selimut melekat di tubuhnya, Ia masih demam sampai saat ini.
“Agatha!” Teriakan nyaring mengganggu fokusnya menonton, Ia hafa betul suara siapa itu.
“Ya ampun Tha, jadi lo beneran semalam. Tha jangan bikin kita khawatir dong. Lo bisa cerita sama kita gak usah nekad dan bertindak bodoh.” Omel Qara yang langsung memeluk Agatha dengan eratnya.
Xania pun ikut memeluk sahabatnya itu. “Iya Tha, gue gak mau kalau sampai kehilangan lo sahabat terbaik kita.” Ujar Xania dengan terisak.
Qara dan Xania benar-benar menangis di pelukan Agatha saat ini, mereka tak bisa membayangkan kalau semalam Cheva terlambat menyelamatkan sahabatnya itu.
“Kalian tau dari mana kejadian semalam?” tanya Agatha, sejak mereka membahasnya, pertanyaan itu yang terbesit dalam pikirannya.
“Cheva yang ngasih tau, terus minta tolong buat temenin lo di rumah. Padahal kalau tau lo sakit gak dia minta pasti kita temenin. Perhatian banget Cheva sama lo. Kayak gitu masih lo cemburuin, gak mungkin dia bakal berpaling.” Tukas Qara mengalir begitu saja isi pikirannya.
“Iss ngapain bahas-bahas kesana. Udah ya, gue mau istirahat. Mendingan kalian temenin gue nonton ni drama.” Ujar Agatha yang tak mau ketinggalan scene sedetik pun karena diganggu mereka.
“Iya-iya kita temenin. Btw drama apaan nih?” tanya Xania yang tampak asing dengan drama itu.
“Drama baru, masih beberapa episode up nya. Udah jangan bawel tonton aja.” Ujar Agatha memperingati.
Akhirnya mereka bertiga menikmati tontonan itu sampai tertidur. Hingga hari sudah malam pun tak membuat mereka sadar, kalau yang terjadi Sekarang bukan mereka menonton drama. Tapi drama yang sedang menonton mereka yang sedang asik tertidur.
“Wah tidur semua guys.” Ujar Bastian saat mendapati pemandangan di depannya.
Cheva memang tak datang sendirian, karena tahu Xania dan Qara ada di rumah Agatha. Jadi Ia mengajak kedua sahabatnya pula untuk menemui kekasih mereka. Xania dan Qara juga akan bahaya jika pulang sendirian nantinya.
“Bangunin aja gak?” tanya Arlo.
“Itu terserah kalian, kalau Agatha biar gue bawa ke kamar aja. Dia masih sakit, butuh banyak istirahat.” Ujar Cheva kemudian menggendong Agatha untuk Ia bawa ke kamar kekasihnya.
“Bangunin aja Ar, lo gak kangen apa sama Xania?” tanya Bastian menggoda.
“Ngomong aja Bas, kalau lo yang gak tahan kangen Qara.” Sarkas Arlo.
“Emang lo enggak?” tanya Bastian mengejek.
Next …….
5 like mendarat buatmu thor.
Semangat ya kak.