NovelToon NovelToon
Kapten, Wo Ai Ni

Kapten, Wo Ai Ni

Status: sedang berlangsung
Genre:nikahmuda
Popularitas:24.6k
Nilai: 5
Nama Author: lizbethsusanti

Menikah dengan gadis yang dicintai adalah impian semua pria. Namun, Anggasta Bimantara, seorang kapten polisi harus menelan kekecewaan karena lamarannya ditolak oleh kekasihnya. Kekasih yang sudah dia pacari selama lima tahun lebih memilih pria kaya raya demi untuk kemajuan karir modelingnya.
Di tengah keterpurukannya putus cinta, dia terpaksa menikahi gadis tengil yang bernama Intan hanya karena kesalahpahaman.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lizbethsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menahan Godaan

Anggasta lalu berbalik badan begitu saja tanpa melirik Intan apalagi menyapa Intan dan kapten berwajah tampan itu langsung berlari kencang menuju ke mobil Jeep.

Saat Intan ingin menyusul Anggasta, Barnes langsung menahan pundak Intan sambil berkata, "Dia baru saja lepas dari maut dan dia sedang kesal saat ini karena pria bertopeng itu berhasil kabur. Kakek kasih saran ke kamu, lebih baik kamu biarkan dia pergi untuk menenangkan diri dulu"

Intan menoleh pelan ke kakek angkatnya lalu dia mengulas senyum terpaksa kemudian berkata, "Dia sepertinya benci sama Intan, Kek. Apa salah Intan?"

"Dia tidak benci sama kamu. Percaya sama Kakek. Dia hanya kesal dan perlu menenangkan diri"

"Baiklah. Intan percaya sama Kakek"

"Kalau gitu ayo kita pulang. Nenek Manda kamu sangat mengkhawatirkan kamu" Ucap Barnes dengan senyum lebar.

"Baiklah" Intan ikutan mengulas senyum lebar.

Anggasta terus berdiam diri di jok samping kemudi. Awan yang menyetir mobil Jeep sesekali melirik Anggasta tapi dia tidak berani bertanya.

Anggasta mengepalkan kedua tangannya saat dia teringat kembali ucapan dari pria bertopeng, Serahkan Intan padaku,toh, Intan sudah tidak perawan. Aku sudah buka segelnya, hahahahahaha! Percuma kau memilikinya karena kau hanya memiliki bekasku, hahahahahaha!!!!!!

Anggasta melayangkan tendangan ke dada pria bertopeng itu dan pria bertopeng itu langsung terjatuh ke bawah dan berhasil ditangkap oleh anak buah pria bertopeng itu yang menjemput dengan helikopter.

Shiiiit!!!!!! Andai saja dia tidak berhasil meloloskan diri, aku pasti sudah menghajarnya sampai mati. Apa benar kalau dia dan Intan sudah melakukan itu dan apa benar kalau Intan sudah tidak perawan lagi? Batin Anggasta.

"Kak, kenapa kau tinggalkan Kakak ipar begitu saja?" Akhirnya Awan berani untuk melempar tanya saat dia mendengar Anggasta menghela napas panjang.

"Iya, Kak. Kasihan Kakak ipar" Sahut Nala.

"Aku sudah lega dia baik-baik saja dan itu sudah cukup bagiku" Sahut Anggasta sambil merebahkan kepalanya di sandaran jok mobil.

"Maksud Kakak?" Tanya Roy.

"Kalian lupa, ya, kalau Kakeknya masih menjadi tersangka pembunuh ibu dan adikku" Sahut Anggasta sambil memejamkan kedua matanya.

"Aku tidak percaya kalau Presdir Abimanyu yang sudah membunuh Ibu dan adik Kakak. Kalau misalnya iya, Kakak ipar, kan, tidak bersalah dan tidak tahu apa-apa" Ucap Nala dengan berapi-api.

Sejatinya Anggasta tidak pernah menyalahkan Intan atas kematian ibu dan adiknya. Dia juga tidak pernah mencurigai Presdir Abimanyu yang sudah membunuh ibu dan adiknya karena dia dan Presdir Abimanyu memiliki hubungan yang sangat dekat. Anggasta berkata seperti itu karena hatinya terbakar cemburu oleh ucapan pria bertopeng tentang segel kesuciannya Intan.

"Kakak belum menceraikan Kakak ipar, kan? Berarti kalian ini masih Suami Istri dan sah-sah saja kalau kalian saling bertemu, bernostalgia, berkencan, dan melampiaskan kerinduan kalian" Ucap Nala dengan penuh semangat.

"Aku setuju" Ucap Roy dan Awan secara bersamaan.

"Kalian bisa diam nggak?! Ini urusanku dengan Intan. Kalian tidak perlu ikut campur" Geram Anggasta.

Awan, Roy, dan Nala langsung mengunci rapat-rapat bibir mereka. Sedangkan Anggasta semakin merapatkan mata dan mengepalkan tangan saat dia teringat kembali si pria bertopeng melambaikan tangan sambil berdiri di anak tangga yang terbuat dari tali yang mengunjungi di bawah badan helikopter dan si pria bertopeng itu menggemakan tawanya.

Sial! Kenapa helikopter si brengsek itu muncul di blind spot dan membuat para sniper tidak bisa menembaknya. Batin Anggasta sambil mengeraskan gerahamnya.

"Kau tidak turun, Kak?" Tanya Awan.

"hah?!" Anggasta menoleh kaget ke Awan.

"Kita sudah sampai di markas" Sahut Awan dengan menautkan alisnya.

"Oh" Anggasta lalu membuka pintu dan melompat turun.

"Arrghhh!!!!"

Melihat Anggasta membungkuk dan berteriak kesakitan sambil memeluk lengannya, Roy berlari mendekati Anggasta dan memekik kaget, "Lengan Kakak berdarah!"

"Aku akan panggil dokter!" Teriak Nala dan Anggasta terlambat menahan Nala karena Nala telah melakukan mobil sedannya.

"Kenapa tidak bilang kalau lengan Kakak terluka?" Tanya Awan.

"Ini hanya luka kecil. Telpon Istri kamu Roy dan suruh balik! Aku tidak butuh dokter"

"Lebih baik cari dokter karena kita tidak tahu luka Kakak separah apa" Sahut Awan sambil membantu Roy memapah Anggasta masuk ke dalam.

Dua jam kemudian, Nala muncul di depan Roy, Awan, dan Anggasta bersama Intan.

"Kenapa dia yang kau bawa kemari, La?!" Anggasta mendelik kesal ke Nala.

"Aku baru sampai di negara ini tadi pagi dan aku tidak kenal dokter lain dan hanya Kakak ipar yang bisa berbahasa Indonesia di sini"

Intan tersenyum lalu berkata, "Terima kasih sudah menolongku waktu kita di dalam toilet rumah sakit, Kapten Angga dan Letnan Awan"

"Siap! Sama-sama" Sahut Awan dengan sikap sempurna. Namun, Anggasta hanya diam membisu dan memalingkan wajahnya dengan kesal.

"Buka kaos kamu!" Perintah Intan sambil membuka tas medisnya.

"Apa?!" Anggasta mendelik ke Intan.

Intan menoleh ke Anggota sambil mengeluarkan alat medis dan obat-obatan yang dia butuhkan, "Kenapa kaget? Malu? Aku pernah melihatmu tanpa baju"

Roy, Awan, dan Nala sontak saling pandang dengan canggung.

Anggasta mendengus kesal lalu berteriak ke Roy, Awan, dan Nala, "Keluar kalian semua!"

Roy, Awan, dan Nala sontak berbalik badan lalu berlari keluar dari dalam kamarnya Anggasta.

Intan yang sudah memakai sarung tangan medis berkata ke Anggasta, "Lepas kaos kamu apa aku lepaskan?"

Anggasta melepas cepat kaosnya lalu meringis kesakitan.

Intan sontak melompat ke lengan Anggasta yang terluka, "Sepertinya cukup parah"

"Aku akan obati sendiri. Pulanglah!"

"Aku seorang dokter kalau melihat ada orang terluka parah di depanku tentu saja harus aku obati"

"Shhhhhh!!!!!" Anggasta menoleh kesal ke Intan,"Pelan-pelan!"

"Aku sudah pelan, nih! Kalau tidak tahan sakit jaga diri biar tidak terluka separah ini! Kapten itu tidak harus terluka separah ini, kan? Dasar ceroboh! Sudah ceroboh sekarang meringis kesakitan" Pekik Intan tak kalah kesalnya.

Sial! Aku lupa kalau dia ini ceriwis banget dan ngeyel orangnya. Batin Anggasta.

"Hei! Aku tidak ceroboh tapi lawanku cukup tangguh dan......."

"Diam! Jangan banyak bicara! Aku butuh konsentrasi penuh untuk memeriksa luka kamu"

Anggasta langsung merapatkan bibir dan mengeraskan gerahamnya sambil membatin dan dia masih saja galak.

Beberapa jam kemudian, Intan berhasil membebat lengan Anggasta dengan perban antiseptik sambil berkata, "Untung tidak harus dijahit"

"See! Tidak parah, kan? Aku bisa obati sendiri"

"Ya, mana tahu kalau lukanya tidak begitu parah sebelum diperiksa dan diobati" Sahut Intan.

"Sekarang pulangnya!" Sahut Anggasta dengan wajah datar.

"Kau mau apa?!" Anggasta sontak memundurkan kepalanya saat Intan tiba-tiba melompat ke arahnya.

"Jangan bergerak!" Tangan kiri Intan menahan dada Anggasta dan tangan kanan Intan meletakkan cotton bud yang sudah dipenuhi obat merah khusus untuk luka di leher Anggasta.

Anggasta berjingkat kaget dan mendesis, "Shhhhhh!"

"Sakit, ya? Kenapa baru sadar kalau leher kamu juga terluka. Lain kali jangan ceroboh begini, Kapten Angga!" Intan lalu meniup luka gores di leher Anggasta dengan perlahan sambil terus mengoleskan cotton bud di luka tersebut secara hati-hati dan penuh dengan kelembutan. Seketika itu juga hati Anggasta berdesir hebat, jantungnya berdetak kencang, dan cuping telinganya memerah.

Intan lalu duduk di atas pahanya Anggasta dengan santainya di saat dia menempelkan plester antiseptik di leher kirinya Anggasta. Anggasta mengernyit dan sontak mendorong kedua bahu Intan.

"Sebentar! Biarkan aku menempel plester ini dulu sampai sempurna karena kalau terbuka sedikit saja luka di leher kamu ini bisa infeksi kalau terkena air" Suara dan napas hangatnya Intan mengenai kulit leher Anggasta dan cuping telinga Anggasta.

"Apa kau sedang menggodaku?" Geram Anggasta.

"Kau buta, ya?! Aku sedang mengobati luka kamu. Mana ada goda menggoda" Geram Intan.

Kapten pasukan khusus itu sontak mencengkeram sandaran sofa untuk menahan diri dari gairah yang tiba-tiba datang mendekapnya.

Wangi tubuhnya Intan, hangat napasnya Intan, merdu suaranya Intan, belahan dada Intan yang tampak nyata di depan matanya, dan kenyataan bahwa Anggasta bertelanjang dada kemudian Intan berada di atas pangkuannya, benar-benar godaan yang mematikan bagi Anggasta.

Aku harus menahan diri untuk tidak menyentuhnya. Batin Anggasta sambil mengeraskan cengkeram di sandaran sofa.

Saat Intan bangkit dari pangkuannya hampir saja tangan Anggasta bergerak untuk merangkul pinggang rampingnya Intan dan menahan Intan, namun akal sehatnya masih berguna dan membuatnya berhasil untuk tidak bertindak lancang menahan pinggang ramping yang sangat menggoda itu.

Saat Intan membungkuk di depan Anggasta, pria tampan itu sontak mengumpat di dalam hatinya, shiiiitttt! Lalu Anggasta memalingkan wajahnya dengan cepat agar juniornya tidak menggeliat liar melihat dua gundukan sintal terpampang indah di depannya.

Intan kembali menegakkan badannya sambil menenteng tas medisnya. "Aku pulang dulu dan besok aku akan ke sini lagi di jam yang sama untuk memeriksa luka di lengan atas kamu"

"Tidak usah" Anggasta sontak bangkit berdiri dan menatap Intan dengan tatapan dingin.

Intan sontak membeku di depan Anggasta dan Nala langsung menerobos masuk ke dalam kamarnya Anggasta sambil menyemburkan, "Harus! Kakak ipar harus datang lagi ke sini sampai luka Kak Angga benar-benar sembuh"

"Jangan memanggilnya Kakak ipar! Aku dan dia sudah tidak ada hubungan apa-apa!" Anggasta melotot ke Nala dan Nala dengan santainya merangkul bahu Intan lalu mengajak Intan keluar kamar sambil berkata, "Aku akan antarkan Kakak ipar pulang karena cowok di belakang kita tidak tahu berterima kasih. Sudah diobati tapi tidak mau berinisiatif mengantarkan Kakak ipar pulang padahal aku repot banget, aku sedang memasak dan........"

Anggasta menyambar kunci di atas nakas lalu memakai kaosnya sambil menyemburkan, "Shiiittt! Kau memang gila, La! Ayo aku antar kamu pulang!" Anggasta melangkah mendahului Intan dan Nala.

Intan menoleh ke Nala dengan senyum senang dan Nala mengecup pipi Intan sambil berbisik, "Semoga berhasil menggaet hatinya Kak Angga"

Intan mengacungkan jempolnya sambil berkata, "Terima kasih Kak Nala" lalu gadis cantik manis itu berlari kecil saat dia mendengar teriakannya Anggasta, "Buruan!!!!!"

"Iya!!!!!" Sahut Intan sambil terus berlari kecil menyusul Anggasta.

"Kau tinggal di rumah sebesar ini?" Tanya Anggasta dan di saat Anggasta masih memperhatikan rumah megah milik Barnes Adiwilaga Darmawan, Intan menyahut, "Hmm" sambil menjatuhkan telepon genggamnya ke bawah lalu dia bergegas membuka pintu mobil.

Anggasta menoleh ke jok penumpang dan ikut membuka pintu saat dia melihat Intan sudah turun.

Saat Intan melangkah menuju ke gerbang rumah megah itu, Anggasta berteriak, "Tunggu!"

Intan menoleh ke Anggasta, "Ada apa?"

"Besok tidak usah ke markas lagi! Besok aku ada tugas di luar dan luka ini tidak parah. Jangan datang ke markas lagi!"

Intan hanya tersenyum dan menganggukkan kepala lalu meneruskan langkahnya.

Setelah Intan masuk ke dalam rumah megah itu, Anggasta masuk ke mobil lalu melajukan mobil dengan perasaan campur aduk.

Sementara itu Intan tersenyum lalu bergumam, "Aku akan ke markas besok karena ponselku ketinggalan di mobil kamu, Mas"

1
F.T Zira
3 iklan...buat ka author
minta up lagi boleh/Grievance//Grievance//Grievance//Grievance/
F.T Zira
ini namanya ngajak perang..🤣🤣 lagi marah di katain pula.
jatahmu hangus entar😝😆😆😆
Rahma AR
kasian yq
Rona Risa
jangan-jangan diserang chen juga?
Rona Risa
posesif ya haha
Rona Risa
puas ya haha
Rona Risa
lapar yang lain ternyata 😆
F.T Zira
kasih 3 iklan buat ka Uthor
F.T Zira
minta up lagi/Grievance//Grievance//Grievance/
Rahma AR
kasian ya
Dian Endra
seru kisahnya dan unik 🥰
Rahma AR
kasian Anisa.... anggasta malah sibuk sendiri..... hot.....hehe
Anita Jenius
5 like buatmu kak.
lanjut up terus ya. semangat 3
Anita Jenius
/Rose/buatmu kak. semangat up nya
F.T Zira
kasih 2 🌹 dulu buat ka Author
Nanda_Widdi
nice lanjut kak
Nabil abshor
reconend buat dibaca,,,,,, seru,,,,dagdigdug,,,,, 🤭🤭🤭 Asyiiiiikkkk
Dea
kapten kalau cembokur lucu 😂
Ratna Susanti
wah, Intan makin mahir nih yuk lanjut yuk 😄
anggita
iklan👌utk thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!