"Entahlah...aku harus berbuat apa dengan pernikahanku? Katanya cinta setengah mati, tapi kenyataannya cinta kita seolah akan mati. Aku tidak merasakan kehangatan yang semestinya. Aku lelah mengemis suamiku. Aku lelah..."
"Bantu aku untuk meraih jawaban untuk masa depan yang mesti kita lakukan. Aku tidak meminta banyak. Hanya ingin dibelai sayang sebagaimana sewajarnya seorang suami pada istri. Aku hanya butuh kamu sebagai teman berbicara ketika aku berkeluh kesah. Dan satu hal lagi yang membuatku jatuh sebagai martabat seorang istri, aku jarang disentuh." Seorang perempuan dengan kulit bersih kini memerah karena sejak sujud dia tergugu menangis. Dia hanya mampu berkeluh kesah pada sang Khalik di setiap sujudnya atas kondisi pernikahan yang sedang dijalaninya sekarang. Ya... sebagai manusia biasa dia pun kini merasa di titik terlemahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Teti Kurniawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Diambang waktu
Di tempat lain Reymon sedang berkutat dengan tugasnya diselingi musik.
"Mama kok gak ngasih kabar ya? Tapi paman sudah memberi tahu aku, mama sudah berangkat. Apa mama langsung ke mansion kakak?" Reymon mengetuk-ngetuk dahinya dengan telunjuk.
"Apa aku telepon saja kak Michel. Ah.. males. Dia suka nyindir-nyindir orang nya." Reymon tak jadi menghubungi Michel. Dia hanya berani menelponnya kalau benar-benar urgent. Maklum meski Michel kakak tiri yang terhubung karena satu ayah dengan Arsel, buat Reymon berhubungan dengan keduanya terasa canggung. Tidak seperti kakak sungguhan.
"Mama lagi.. kenapa juga sulit dihubungi." Reymon malah menggerutu yang dari tadi kesulitan menghubungi ibunya.
*******
"Mama beneran mau pulang?" Tanya Michel begitu sedih melihat Raisa kembali mengepak. bajunya ke koper.
"Iya sayang.. mama gak jadi menemui Rey." Jawab Raisya tak mau melukai perasaan Arsel.
"Maafin Arsel ya ma. Michel juga bingung, sampai kapan anak itu berubah. Dan harus dengan cara apa dia berubah. Michel jadi pusing ma. Kok. sifatnya menurun sekali kaya mendiang papa." Michel merenggut memikirkan sifat Arsel yang mirip ayahnya.
"Hus.. jangan begitu! Do'akan saja! Barangkali besik-besok ada perubahan.
Kring
Kring
Kring
Handphone Michel menyala.
"Arsel.. " Panggil Michel yang heran melihat adiknya menelpon. Padahal beberapa saat yang lalu adiknya itu sudah meninggalkan mansion.
"Siapa?" Tanya Raisya ikut penasaran. Samar-samar dia mendengar Michel menyebut nama Arsel.
"Arsel ma." Jawab Michel menggeser tanda hijau untuk mengangkat panggilan Arsel.
Raisya ikut duduk di samping Michel. Dia menghentikan aktifitasnya lalu fokus mendengarkan Michel. Perasaannya berubah jadi tidak enak.
"Halo. Ada apa?" Tanya Michel to the point. Dia pun merasakan hal yang sama dengan Raisya. Hatinya malah ikut tidak tenang melihat Arsel menelpon. Pasalnya adiknya itu benar-benar jarang menelpon kalau keadaan tidak terlalu urgent.
"Mamih... mamih pingsan. Kakak segera kesini." Suara Arsel terdengar panik.
"Apa? Pingsan?" Dada Michel berdetak lebih cepat begitu Arsel memberitahu keadaan ibunya itu.
"Iya. Aku baru sampai di rumah. Perawat langsung memberitahuku. Papih gak ada lagi." Ucap Arsel yang baru saja masuk rumah sudah dikejutkan dengan keadaan ibu sambung atau apalah namanya. Karena sebenarnya mamih Michel tidak ada kaitannya dengan Arsel. Dia hanya terhubung karena Michel satu ayah. Keluarga itu memang agak kacau hubungan darah nya.
"Iya.. iya baik. Aku segera kesana." Jawab Michel tergagap.
"Aku bawa langsung ke rumah sakit saja ya kak. Aku agak khawatir, kata perawat saturasi nya terus menurun. Khawatir ada apa-apa. Kakak menyusul saja ke rumah sakit!" Ucap Arsel memberi arahan.
"Iya, kakak nanti menyusul. Kakak titip mamih ya!" Ucap Michel sambil gelisah. Hatinya begitu tidak tenang.
"Iya kak. Aku tutup teleponnya." Arsel pun langsung menutup handphonenya dan dengan sigap langsung membawa ibunya Michel ke mobil yang agak luas. Mobil Alphard milik keluarga langsung dikemudikannya.
"Ma.. Michel harus ke rumah sakit. Mamih pingsan. Mama tidak apa Michel tinggal?" Michel minta izin pada Raisya.
"Mama ikut saja! Khawatir ada apa-apa." Raisya yang tadinya akan pulang jadi mengurungkan niatnya.
"Baik ma. Ayo kita berangkat!" Ajak Michel.
"Ayo!" Jawab Raisya langsung berdiri dan mengikuti langkah Michel.
"Sayang..! Kita ke rumah sakit sekarang! Mamih pingsan. Sekarang ada di rumah sakit." Michel memberitahu suaminya perkara ibunya yang sekarang kritis.
"Mmm.. ada apa dengan mamih?" Tanya Roni kaget. Meski tahu mertuanya sakit, tapi dia tetap saja kaget sekarang diberitahu Michel bahwa ibunya sudah dibawa ke rumah sakit.
"Mamih kritis. Ayo!" Michel menarik tangan suaminya hendakl pergi ke rumah sakit.
"Iy.. iya." Jawab Roni gagap.
Akhirnya ketiga orang itu pun kini ada di rumah sakit menyusul Arsel. yang lebih dulu sudah tiba di rumah sakit.