Sekuel Touch Me, Hubby
🍁🍁
Perjodohan karena hutang budi, membuat Sherinda Agastya, gadis cantik dan sedikit ceroboh itu terpaksa menerima pernikahan yang tidak dia inginkan sama sekali. Parahnya lagi orang yang dijodohkan dengannya merupakan kakak kelasnya sendiri.
Lantas, bagaimana kehidupan mereka setelah menikah? Sedangkan Arghani Natakara Bagaskara yang merupakan ketua Osis di sekolahnya tersebut sudah memiliki kekasih.
Bagaimana lanjutan kisah mereka? Baca yuk!
Fb : Lee Yuta
IG : lee_yuta9
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lee_yuta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perumpamaan
Bab. 3
Rinda berjalan menuju kelasnya dengan hari yang sangat riang. Gadis itu berhasil lolos dari penjagaan ketat para anggota osis di gerbang sana. Dengan begini, waktu istirahat tiba nanti dia bisa ke perpus untuk melanjutkan membaca komik yang belum ia selesaikan semalam.
Sebenarnya membaca di aplikasi yang ada di ponselnya pun juga bisa. Hanya saja Rinda bukan orang yang terlalu bergantung dengan benda pipih tersebut. Dia lebih suka membaca versi cetaknya. Bahkan terkadang benda pipih itu pun dia tinggal begitu saja di kamarnya. Kalau saja kak Nara tidak mengingatkannya setiap selesai mandi.
"Kenapa lo mendesaah kek begitu?" tanya seorang gadis yang duduk di samping Rinda. "Kek habis enak-enak aja lo!" tuduh gadis itu seraya terkekeh. Sontak, Rinda langsung membungkam mulut temannya itu dengan tatapan melotot.
"Ini mulut enaknya digeprek apa dicabein ya? Lemes banget omongannya," kesal Rinda yang masih membungkam mulut temannya itu.
Sementara teman Rinda yang bernama Felisha tersebut pun melepas tangan Rinda dari mulutnya.
"Singkirin nih tangan! Bau terasi, Rind!" pekik Felisha sedikit keras.
"Enak aja! Orang gue belum makan apa-apa pagi ini," sahut Rinda yang kemudian mencium tangannya sendiri. Apakah benar memang ada bau terasi di sana. "Enggak ada baunya sama sekali, Fel!" ujar Rinda setelahnya.
Felisha tertawa melihat Rinda yang bisa-bisanya ia bohongi.
"Ya kali tanganmu bau terasi, Rind. Gue bercanda. Lagian lo main bekap mulut gue. Kesel nih!" jelas Felisha yang dibalas dengan senyuman oleh Rinda.
"Eh, lo udah garap itu PR dari Pak Rio nggak?" tanya Rinda yang teringat jika di jam pertama ada mata pelajaran yang diisi oleh pak Rio.
"Udah dong! Kalau lo?" mata Felisha menyipit, menelisik ke arah Rinda. Curiga kalau teman satu bangkunya ini belum mengerjakan.
Rinda mengeluarkan dompetnya dari dalam tas, lalu mengambil uang berwarna biru.
"Udah, semalam baru kerjainnya. Ke kantin yuk, Fel! Laper banget gue," rengek Rinda sembari memegang perutnya.
"Udah mau masuk, Rind. Ntar aja deh. Bilangin itu caving di perut lo. Kalau mau makan, suruh kerja sendiri. Jangan ngandelin tuannya," kekeh Felisha yang begitu absurd.
"Gila lo! Mana ada ca—"
Kring kring kring
Kalimat Rinda terpotong secara otomatis di kala bel tanda masuk terdengar begitu jelas di telinga mereka. Bahkan di seluruh sekolah.
Jam pelajaran pun di mulai. Tidak ada yang berani bersuara sedikit pun di kala guru muda yang ada di depan mereka tengah menjelaskan materi pelajaran.
Di saat jam istirahat tiba, Rinda melupakan niatnya untuk pergi ke perus dan membaca komiknya di sana. Gadis itu justru menuju ke kantin, karena sudah tidak bisa menahan lagi rasa lapar yang teramat sangat.
"Pelan-pelan aja makannya. Siapa juga yang mau minta makanan lo," ingat Felisha yang melihat cara makan Rinda seperti orang yang tidak makan selama satu minggu penuh. Begitu rakus.
"Laper banget gue, Fel," sahut Rinda dengan mulut yang penuh akan makanan yang dia suap.
Sedangkan Felisha menggeleng kepala melihat sikap random Rinda. Terkadang gadis ini terlihat sangat begitu anggun, cantik kalem, namun juga bisa begitu teledor dan berantakan. Contohnya saja seperti sekarang ini.
Tidak memperhatikan sekitar, di mana dia berada dan harus bersikap seperti apa. Tidak. Tidak sama sekali Rinda memperhatikan hal yang sangat rumit itu. Dia lebih bersikap apa adanya tanpa adanya pencintraan yang berarti.
"Padahal lo itu termasuk salah satu murid tercantik di sekolah ini loh, Rind. Tapi kalau liat kelakuan lo kayak gini, gue udah ilfil duluan mau ngajak lo ngedate," ujar Felisha sembari menghela napas.
semenjak kenal dengan Rinda, memang sikap gadis di depannya itu tidak pernah berubah sama sekali.
"Gue juga nggak napsu sama lo. Gue masih normal!" sahut Rinda di sela makannya. Membuat Felisha menahan geram.
"Ini hanya perumpamaan, Rinda!"