"aku minta cerai!"
kalimat keramat dalam rumah tangga itu akhirnya keluar dari mulut Nayla. keputusannya yang dia ambil sudah bulat untuk bercerai dari laki-laki yang sudah hidup bersamanya selama sembilan tahun lamanya.
Rizky, suami Nayla bersikeras tidak ingin berpisah dengan sang istri dan mengatas namakan putri mereka bahwa dia akan berubah menjadi pribadi yang lebih baik.
akankah Rizky benar-benar menepati janjinya? atau itu hanya semata-mata agar tidak berpisah dengan wanita yang dia cintai dan juga putri semata wayang mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Faustina Maretta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
First kiss
Dua gelas susu hangat itu jatuh dari tangan lelaki itu. Tiba-tiba saja Nayla menghilang entah kemana. Baskara melihat ke kanan dan ke kiri, tapi sosok wanita itu tidak tertangkap oleh dua pasang matanya.
"Maaf Pak, apa Anda mencari wanita muda yang duduk di sini?" tanya salah satu orang yang juga sedang menikmati keindahan di tepi sungai itu.
"Iya benar sekali, apakah Anda melihatnya?" tanya Baskara.
"Wanita itu masuk ke dalam mobil," sahut lelaki itu seraya menunjuk mobil Baskara yang sedang terparkir.
Lelaki itu mengucapkan terima kasih lalu berlari menuju mobil sedan yang berwarna hitam pekat. Baskara membuka pintu mobilnya dan melihat Nayla yang sudah memejamkan matanya di kursi penumpang.
Seketika kedua kaki Baskara lemas dan lelaki itu menekuk kedua kakinya dengan posisi jongkok. Dia sangat takut terjadi hal buruk kepada wanita muda berambut panjang itu. Baskara menutup pelan pintu mobilnya.
Pengacara itu masuk ke mobil dan duduk di belakang kemudi. Lelaki itu mulai menyalakan mesin mobilnya, dia sempat ragu apakah harus mengantarkan pulang Nayla pada jam segini? Atau dia membawa wanita itu untuk tidur di rumahnya?
Baskara lebih memilih nomer dua, sebelumnya dia meminta izin kepada ibu Nayla dengan melampirkan beberapa foto yang terlihat Nayla sedang tertidur, sama seperti halnya yang dia lakukan saat liburan bersama ibu dan anak itu. Sebelum sampai di rumah, Baskara menelepon sang adik untuk membukakan pintu rumah.
"Mbak Nayla? Kenapa, Mas?" tanya Jiya panik saat sang kakak memapah wanita itu masuk ke rumah.
"Tidak kenapa-napa, dia hanya ketiduran," sahut lelaki itu.
Dia meletakkan Nayla di kamar tamu, Jiya menatap penuh curiga terhadap sang kakak. Jiya merasa sang kakak sedang mengambil kesempatan dalam kesempitan seperti kata pepatah yang sering mereka dengar. Baskara menatap sang adik yang terus saja memicingkan matanya ke arahnya.
"Mas Baskara ngga akan tidur di kamar ini, kan?" tanya Jiya curiga terhadap sang kakak.
Lelaki tinggi menjulang itu hanya menggelengkan kepalanya saat mengetahui imajinasi sang adik yang sangat luar. Dka menarik tangan Jiya agar adik kandungnya itu tidak menganggu Nayla yang sudah tertidur pulas.
Kakak beradik itu kembali ke kamar mereka yang ada di lantai dua. Baskara masuk ke kamarnya untuk beristirahat karena hari itu juga lumayan menguras emosi dan tenaganya. Untung saja hari esok adalah tanggal merah dan mewajibkan Baskara untuk tidak berangkat ke kantor.
***
Wanita muda itu perlahan membuka matanya, dia meregangkan otot-otot tubuhnya, rasanya enggan untuk bangkit berdiri dan memulai aktivitasnya hari itu. Si pemilik lesung pipit di kedua pipinya itu tersadar dia sedang tidak berada di rumah orang tuanya.
"Dimana aku?" tanya Nayla pada dirinya sendiri.
Dia mencoba mengingat kejadian sebelum dia tertidur, seingatnya dia sedang bersama dengan Baskara, jadi kemungkinan besar sekarang dia sedang berada di rumah lelaki itu. Dia melirik jam dinding di kamar itu dan menunjukkan pukul delapan pagi.
Wanita cantik itu bergegas untuk bangkit berdiri, dia tidak menyadari bahwa hari ini adalah tanggal merah dan dia tidak harus berangkat ke kantor.
"Pagi, Mbak Nayla," sapa Jiya yang sudah duduk di meja makan bersama dengan sang kakak.
"Eh? P-pagi juga. Maaf ya semalam ngerepotin kamu, Mas," ucap Nayla penuh rasa bersalah.
Baskara menggelengkan kepalanya lalu mengajak wanita yang tampak panik itu untuk sarapan bersama dengan mereka terlebih dahulu sebelum dia pulang ke rumah. Wanita itu awalnya menolak ajakan sarapan bersama kakak beradik itu dengan alasan sudah terlambat kerja. Namun, Jiya malah menertawai Nayla dan menatap wanita yang lebih tua darinya dengan tatapan gemas.
"Aduh maaf Mbak, ini tanggal merah." Jiya berusaha keras untuk tidak tertawa.
Dahi Nayla berkerut lalu wanita itu baru teringat bahwa hari ini dia libur tidak berkerja. Hampir saja dia terkena serangan jantung, pasalnya dia baru saja mendapatkan promosi kenaikan jabatan. Wanita muda itu melangkah kaki dan duduk di samping Jiya.
Adik perempuan Baskara menyiapkan peralatan makan untuk tamunya. Dia juga menuangkan air putih di gelas dan di letakkan di depan wanita itu.
"Ini hal yang sangat jarang terjadi," celetuk Jiya di hadapan kedua orang yang sedang menikmati sarapan mereka.
"Kenapa?" Nayla bingung dengan ucapan adik pengacara itu.
"Bertahun-tahun aku ada di sini, baru kali ini di meja makan ini penuh dengan makanan," Jiya meledek sang kakak. "Sepertinya Mas Baskara ini harus segera menikah, kan Mbak Nayla?" lanjut Jiya lagi.
Nayla mengangguk mengiyakan, wanita itu melirik lelaki yang santai saja dan tetap menikmati sarapannya. Mereka bertiga mengobrol tentang kelucuan Kiara dan membuat Nayla merindukan gadis kecil itu, padahal baru semalam dia tidak bertemu dengannya tapi rasanya sudah seperti bertahun-tahun tidak bertemu.
Jiya juga sudah merindukan teman kecilnya itu, apalagi dia sudah berjanji untuk mengajaknya bermain tapi pekerjaannya membuatnya sangat sibuk. Adik kandung dari pengacara itu bekerja bersama dengan temannya untuk membuka sebuah butik karena kebetulan Jiya suka menggambar dan sering mendesain baju.
Nayla membereskan meja makan yang sudah kotor dan berantakan karena Baskara membeli banyak sekali macam lauk pauk. Katanya, dia tidak tahu apa kesukaan Nayla dan akhirnya membuat lelaki itu untuk membeli semuanya.
"Biarkan saja begitu, bantu Jiya untuk belajar mandiri dan sesekali untuk mengerjakan perkerjaan rumah tangga," ucap Baskara menggoda sang adik.
Jiya hanya mendengus kesal saat mendengarkan ucapan sang kakak, sementara Nayla hanya menahan tawanya.
"Ini bukan pekerjaan rumah tangga kok, laki-laki juga harus menjaga kebersihan rumah," celetuk Nayla.
"See? Thank you, Mbak," ucap Jiya yang merasa wanita itu membelanya.
Baskara tidak menduga bahwa Nayla akan membela sang adik. Setelah selesai membereskan semuanya, wanita itu berpamitan kepada Jiya lalu masuk ke mobil bersama dengan Baskara. Hari itu sangat macet sekali karena semua orang mungkin ingin merelaksasi pikiran mereka dengan jalan-jalan karena sedang libur kerja.
Biasanya dari rumah Baskara menuju rumah orang tua Nayla hanya memakan waktu selama tiga puluh menit, tapi sekarang sudah satu jam mereka berada di dalam mobil dan terjebak di kemacetan.
"Nay ..."
"Iya, Mas?"
"Jadilah wanitaku,"
Wanita muda itu menoleh ke arah samping kanannya. Dia takut salah dengar dengan ucapan laki-laki itu. Namun, tatapan pria di balik kemudian itu seoleh mengatakan apa yang dia benar adalah benar tidak ada kesalahan do pertanyaan lelaki itu.
Nayla tidak bisa berkata-kata saat lelaki itu mendekatkan tubuhnya ke arahnya. Baskara hendak mencium wanita yang tampak terkejut itu, Nayla memalingkan wajahnya ke arah, wanita itu tidak siap untuk selangkah lebih maju dalam hubungannya dengan Baskara.
Jemari Baskara memegang dagu wanita itu dan membuat wanita itu kembali melihat wajahnya. Kini mereka saling menatap satu sama lain.
"Aku tidak suka penolakan."
sungguh mantap sekali
terus lah berkarya dan sehat selalu 😘😘