'Gagak pembawa bencana' itulah julukan pemimpin klan mafia Killer Crow, Galileo Fernandez, yang terkenal kejam dan tidak pandang bulu dalam membunuh.
Hidupnya dari saat dia kecil dilatih menjadi pembunuh berdarah dingin oleh ayahnya, sehingga menciptakan seorang Leo yang tidak berperasaan.
Suatu hari dia di jebak oleh musuh bebuyutan dari klan mafianya dan tewas tertembak dikepalanya. Tetapi bukannya pergi ke alam baka, dia justru terbangun kembali di tubuh seorang anak laki-laki berusia 5 tahun.
Siapakah anak laki-laki itu?, Apakah Leo mampu menjalani hidupnya dan kembali menjadi mafia kejam dan membalaskan dendamnya?
Inilah Kisah tentang Galileo seorang mafia kejam yang bereinkarnasi ke tubuh seorang bocah yang ternyata menyimpan banyak misteri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ADhistY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Setelah urusan Dengan para shadow Crow selesai, Max berkeliling melihat lihat mansion tempatnya dulu tinggal ini.
Tidak banyak yang berubah, barang barang dan furniture masih sama seperti dulu, hanya saja ada beberapa hal yang diganti karena rusak termakan waktu. Gavin dan yang lainnya benar benar menjaga mansion ini tetap sama selama sepuluh tahun.
Tak lupa Max juga mengunjungi hewan peliharaan kesayangan nya Miya yang ternyata masih hidup.
Miya adalah seekor harimau betina berwarna putih yang ditolong Leo waktu bayi saat dia berburu dihutan spanyol. Saat itu miya kecil sendirian di hutan karena ibunya telah mati. Leo yang saat itu tengah berburu rusa bersama Gavin hampir menginjak harimau kecil itu dengan kudanya, Leo yang memang menyukai hal hal buas, memutuskan untuk membawanya ke Indonesia dan merawat nya sebagai hewan peliharaan nya.
"Miya," ujar Max.
Grrrrr
Roarrr
Saat Miya berlari hendak menyerang Max, langkahnya terhenti karena merasakan perasaan yang familiar dari pria di depannya ini. Insting hewan memang kuat, Miya yang merasakan aura tuannya segera merubah ekspresi sangar nya dan berlari bukan untuk menyerang, tetapi untuk melepaskan rindunya pada tuannya.
Grrrrr
Miya menggeram jinak merangkul Max dengan kedua kakinya.
Max mengusap bulu Miya, ternyata peliharaan nya masih mengenalinya walaupun di tubuh yang berbeda.
"Ck Miya... Kau tidak pernah sejinak ini saat bersama ku, kenapa kau pilih kasih sekali, padahal aku sangat ingin sekali mengelus bulu lembutmu juga," ujar Gavin berdecak. Selama Leo meninggalkan mansion ini. Miya hampir tidak pernah keluar dari kandangnya dan tidak ingin di sentuh oleh siapapun, karena bersedih atas kehilangan pemiliknya.
Roarrrr
Raung Miya pada Gavin.
"Iya iya, kau memang hanya milik Leo seorang," Ucap malas Gavin.
Tringg
Suara ponsel milik Max yang mengalihkan perhatian. Max melihat siapa yang menghubungi nya, dan ternyata itu adalah nomor Mamanya.
Max mengusap Miya sejenak lalu keluar dari kandang dan segera mengangkatnya
"Hallo ma, ada apa tumben menelpon?," tanya Max lembut.
Gavin yang mendengar nya sedikit kaget dengan tutur bahasa Leo yang lembut, kemana sikap dingin dan irit bicara itu?
'Max, apakah kau sudah pulang?' tanya Zivanna.
"Belum Mam, ini sebentar lagi mau pulang, emangnya kenapa?," ujar Max.
'Hmm Mama mau minta tolong sama Max, buat jemput mama di supermarket,' ujar Zivanna.
Max yang mendengar nya mengernyitkan keningnya, bukankah Mama nya bersama dengan Erick?
"Memangnya kemana asisten Mama?," tanya Max.
'Dia ada urusan mendadak harus pergi dengan cepat Max, jadi Mama menyarankan untuk bawa mobil saja, biar Mama di jemput sama kamu,' ujar Zivanna.
"Hmm baiklah, Max akan kesana sekarang, kirim saja lokasinya Mam," jawab Max.
Max menutup ponselnya lalu berkata pada Gavin.
"Aku mau pergi sekarang," ucap Max.
"Oh ya dan aku minta tolong padamu Gavin, kau tau Pradipta group?," tanya Max.
Gavin mengangguk
"Tau, Kau mau minta tolong apa?, yang ku tau perusahaan itu sedang diambang kebangkrutan sekarang, mereka juga pernah mengirimkan proposal permintaan bantuan pada perusahaan mu, tapi harus ku tolak karena menurutku tidak ada untungnya untuk perusahaan," ujar Gavin.
"Hmm kalau begitu terima permintaan mereka, bantu perusahaan itu agar tidak mengalami kebangkrutan," ujar Max yang membuat Gavin heran.
"Kenapa kau mau membantu perusahaan itu?" tanya Gavin penasaran. Dia tidak terlalu peduli dengan apakah Max membantu perusahaan atau tidak, yang dia penasaran adalah mengapa perusahaan itu bisa membuat Max mau membantu mereka, Toh walaupun membantu perusahaan menengah yang hampir bangkrut itu tidak akan berpengaruh apa apa pada perusahaan besar seperti Fernandez group.
"Perusahaan milik ibuku," jawab Max.
"Ahh jadi begitu," ucap Gavin mengangguk kan kepalanya. Ternyata Leo benar benar peduli pada wanita yang berstatus ibunya sekarang itu.
"Baiklah nanti akan ku terima permintaan mereka, serahkan saja padaku," ucap Gavin.
Max menganggukkan kepalanya.
Tringg
Suara pesan masuk dari Zivanna yang mengirimkan lokasi nya pada Max.
"Aku pergi," ucap Max, lalu mengenakan maskernya kembali untuk keluar mansion.
Max keluar dari mansion diikuti oleh gavin yang mengantarnya. Beberapa pengawal dan penjaga di luar membungkukkan badannya pada mereka berdua. Max berjalan sambil mengamati dengan sudut matanya semua orang yang berada di mansion ini.
Max masuk ke dalam mobilnya, tetapi sebelum pergi, Max berkata pada Gavin
"Seleksi kembali penjaga dan pelayan di mansion ini,"
Gavin yang mendengar nya tersentak, apakah ada pengkhianat atau mata mata di dalam mansion ini?, Gavin bertanya tanya.
"Baiklah, akan kulakukan," jawab Gavin. Gavin tau jika insting Leo tidak pernah salah tentang itu, jadi dia harus melaksanakan perintahnya sebelum mata mata atau penghianat itu membuat masalah disini, apalagi kedatangan Leo telah diketahui mereka hari ini.
Max menjalankan mobilnya pergi meninggalkan mansion. Gavin melihat kepergian Leo sampai mobilnya tidak terlihat lagi.
"Kode name J," panggil Gavin.
Jeremy muncul dibelakang Leo dengan cepat seperti bayangan.
"Kode name J, menghadap wakil pemimpin," ucap Jeremy menunduk.
"Perintah pemimpin. Seleksi semua penjaga dan pelayan di mansion ini dan temukan mata mata musuh atau pengkhianat," ucap Gavin.
"Baik tuan, perintah di terima," jawab Jeremy.
.
.
.
.
.
.
.