Niat hati ingin memberikan kejutan di hari pernikahan. Hatinya hancur berkeping-keping di saat sang suami lebih memilih meninggalkannya di bandingkan bertahan di dalam pernikahan.
Pertemuannya Alex dengan wanita bernama Eliza menggoyahkan hati pria itu, padahal pria itu sudah beristri yang tak lain pelakor dalam hubungan Eliza.
Jerat pun mulai Eliza lakukan demi membalas rasa sakit yang dulu pernah Mauren lakukan.
Bagaimana kisah mereka bertiga? akankah hubungan Eliza dan suami orang diresmikan atau justru karma Eliza tuai?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arion Alfattah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29 - Persiapan menyusul alex
Sepanjang perjalanan menuju kedai, Eliza memikirkan cara yang harus ia lakukan guna mendapatkan perhatian Alex demi balas dendam atas apa yang Mauren lakukan. Dia yang tadinya mulai ragu kini kembali bersemangat setelah mendapatkan dukungan dan pencerahan dari kedua sahabatnya yang ternyata mendukung dia menjadi seorang pelakor demi memberikan Mauren pelajaran.
"Ok, El, kamu harus bisa membuat Alex bertekuk lutut padamu. Semangat, kamu pasti bisa menjerat suami orang lain. Hidup pelakor, eh!" Eliza sampai menggeplak mulutnya sendiri saking terkejutnya dengan perkataan terakhirnya yang bilang hidup pelakor.
Dia sudah sampai di ruangan kerjanya dan segera mengumpulkan beberapa berkas tentang penjualan serta pengeluaran untuk di periksa secepatnya.
"Pelakor memang hidup kalau mati namanya bukan pelakor lagi tetapi jasad," ucap Eliza cekikikan sendiri sambil membereskan beberapa laporan kedainya yang mungkin jika ia sibuk akan di urus oleh Celline untuk sementara waktu.
Eliza juga membereskan laptop dan memasukkannya ke dalam tas jinjing khusus. Benda tersebut akan ia bawa bekerja dan tentunya akan selalu menemaninya di saat bepergian jauh.
Setelah selesai beres-beres, Eliza duduk kembali ke kursinya dan mengambil ponsel. Namun, baru saja membukanya sudah ada pesan masuk dari no tak di kenal. Eliza sesekali mengerutkan keningnya, melebarkan mata hingga memicingkan mata membaca sederet pesan yang terus masuk tapi sebagian malah di hapus.
Unknown : P
Unknown : Kau sedang apa?
Unknown : ....
Unknown : ....
"Ini siapa yang mengirimkan pesan? P, p, aneh deh." Eliza melihat foto profil dari pria itu yang hanya bergambar gelang berlian indah saja.
"Hanya foto perhiasan, bukan foto orang." Eliza mengangkat bahunya tak memperdulikan itu. Dia pun berdiri lalu pulang ke kontrakan yang ia sewa sebagai tempat tinggal nya yang sekarang.
Dia tidak bohong jika dirinya sedang tinggal di kontrakan meski ada apartemen tidak terlalu mahal cuman enak untuk ia tinggali. Tetapi, berhubung dirinya tidaklah kaya dan tidak ingin menunjukkan jika ia punya, maka Eliza tinggal di rumah kontrakan saja seperti rencana awal yang akan terlihat seperti karyawan biasa saja.
*****
Seorang lelaki tengah mengumpat kesal karena pesannya hanya di lihat saja.
"Sialan, kenapa cuman di read doang, tak bisakah dia membalas pesan chat ku ini? sungguh keterlaluan wanita itu," ujarnya nampak terus melihat layar ponselnya dan kembali di tutup lagi.
"Kenan, kenapa dia tidak membalas pesan yang gue kirimkan? Apa dia tidak tahu no ponsel gue atau dia beneran mau resign?" pada akhirnya Alex bertanya kembali kepada Kenan mengenai segala hal.
"Mana gue tahu, Bos. Coba elo telpon saja dia dan katakan kalau elo merindukannya," balas Kenan sambil memperhatikan parkiran mobil.
"Bilang merindukannya? Gue ogah harus bilang rindu sama dia, gue bukan rindu tapi gue tidak ingin dia berhenti bekerja karena nanti gue harus mencari sekertaris lagi." Alex mengelak tentang dirinya yang sedang merindukan Eliza. Padahal sedari tadi dia terus gelisah karena memang tidak berpamitan kepada Eliza dan todak tenang sebab Eliza berniat resign dari kantornya.
"Ck, lo tidak mau mengakuinya padahal sedari tadi elo selalu gelisah menunggu dia membalas pesan darinya. Terserah lo saja lah," ujar Kenan lalu turun dan di ikuti oleh Alex.
Sebelum masuk ke hotel yang ia sewa, Alex menghela nafas panjang lalu melangkah masuk. "Fokus dulu kepada kerjaan yang sedang menantimu, Alex."
*****
Kediaman Alexander
Mami Rosa dilanda cemas dikarenakan putranya tak kunjung pulang setelah satu hari satu malam. Hati ibu mana yang tidak gelisah ketika anaknya tidak ada di rumah dan tak kunjung pulang.
Mana menantunya juga dari semalam belum pulang dan tidak ada kabar sedikitpun. Sungguh Mami Rosa merasa sendirian di rumah mewah peninggalan suaminya.
"Punya anak selalu sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Memiliki menantu agar ada yang menemani tapi nyatanya dia juga selalu di sibukkan oleh kegiatannya sendiri. Daripada sendiri di rumah mending jalan-jalan saja," gumam mami Rosa seraya memperhatikan rumahnya dan dia juga telah siap bersiap pergi.
Saat langkah kakinya mulai melangkah hingga dekat pintu keluar, Mauren juga baru pulang. Mami Rosa memperhatikan menantunya itu yang saat ini sedang terlihat kacau.
"Mauren, kamu baru pulang? Bagaimana dengan pestanya semalam? Apa acara ulangtahunnya meriah sampai kamu pulang pagi hari begini?" Mami Rosa memperhatikan setiap pakaiannya Mauren dan cara berjalan dia.
"Oh, ada Mami rupanya. Pestanya sangat meriah sekali, Mami. Ini sungguh sangat menyenangkan sampai saya telat pulang. Dan Mami tahu, di sana ini anak-anak para orang kaya dan kami saling berpesta ria sampai pagi. Aku senang Mami, aku senang bisa di puaskan." Mauren meracau tidak jelas karena terlihat sedikit sempoyongan dan kelelahan. Bagaimana tidak lelah karena semalaman dia terus melayani pria yang selalu menjadi teman ranjang panasnya.
Mami Rossa mengerutkan keningnya, "Kamu mabuk?"
"Oh tidak Mami, aku tidak mabuk hanya pusing belum istirahat," balas Mauren lalu melangkah masuk mengabaikan Mami Rossa yang terus memperhatikannya.
"Dia terlihat mabuk sekali. Ini sungguh membuat saya sedikit heran sama dia. Benarkan dia orang yang sudah mendonorkan ginjalnya untuk saya? Ah, sudahlah, mending lanjut main ke mall saja bareng teman-teman arisa." Mami Rossa pun kembali melanjutkan langkahnya.
*****
Sebelum berangkat menuju tempat dimana Alex bekerja, Eliza pergi belanja terlebih dulu. Dia ingin berbelanja pakaian buat kerja Dira di saat jauh yang harus menjadi wanita. Kalau di kantornya dia akan menjadi pria tapi kalau di luar kota akan menjadi dirinya sendiri.
Saat ini Eliza tengah mencari-cari pakaian yang menurutnya cocok buat ia kenakan dan pastinya terlihat sangat cantik, indah, dan elegan saat di kenakan.
Saking fokusnya memperhatikan pakaian, Eliza sampai tidak sengaja menabrak tubuh seseorang.
Dug ....
Eliza menoleh kebelakang, "Eh, maafkan saya Tante, saya tidak sengaja menabrak Tante." Eliza merasa bersalah karena membuat barang belanjaan wanita itu berserakan ke lantai.
"Tidak apa-apa, Nak. Saya juga salah tidak melihat karena saya sedang fokus memilih pakaian." Wanita itu mendongak dan tersenyum lalu berjongkok membereskan barang-barangnya.
Eliza juga membantu nya, "Saya bantu Tante?" Dan Eliza malah mengambil barang belanjaan itu semuanya, "Biar saya yang bawa, ya. Tante mau kemana?" tanya Eliza begitu sopan dan ramah kepada orang yang jauh lebih dewasa darinya.
"Tidak perlu repot-repot, saya hanya ingin ke sana," tunjuknya ke salah satu cafe yang ada di mall tersebut. Eliza mengikuti arah tunjuknya.
"Kebetulan sekali saya juga mau kesana, lapar. Kalau gitu kita bareng saja Tante, saya tidak ada teman ngobrol soalnya, bagaimana?" ajak Eliza menawarkan menemaninya di karenakan ia memang datang sendirian. Sarah sedang di sibukkan masalah kandungannya yang tengah di periksa, dan Celline sedang di sibukkan dengan peluncuran kedai baru yang sedang di bangun lagi.
"Boleh, Tante juga kebetulan sedang sendiri tak ada yang menemani."
"Mari Tante," ucap Eliza mempersilahkan wanita itu untuk berjalan duluan.
"Nama kamu siapa?" tanya wanita itu ketika saat sedang berjalan.
"Saya Eliza, Tante." Balas Eliza tersenyum ramah.
"Nama yang cantik secantik orangnya. Seandainya Alex di pertemukan lebih dulu dengan kamu pasti Tante menyetujui itu."
Eliza mengerutkan keningnya, "Alex?" dia berasa tidak asing dengan nama itu.
"Iya, Alexander Abraham. Dia anak kandung saya."
"Apa?!"