Karena saya masih wanita yang beradab,
masih bisa mengganti kecewa dengan doa, sekalipun berbaur dengan luka sepertimu.
Bertahun tahun hidup dalam hubungan rumah tangga yang tidak sehat. Tiap saat harus berhadapan dengan orang orang yang memiliki jiwa tak waras, suami kejam, mertua munafik, kakak dan adik ipar yg semena mena. Bertahan belasan tahun bukan karena ingin terus hidup dalam tekanan tapi karena ada anak yang harus dipertimbangkan. Namun dititik tiga belas tahun usia pernikahan, aku menyerah. Memilih berhenti memperjuangkan manusia manusia tak berhati.
Jangan lupa kasih like, love dan komentarnya ya kak, karena itu sangat berarti buat kami Author ❤️
Salam sayang dari jauh, Author Za ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hawa zaza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Surat dari pengadilan
"Dasar istri tidak tau diri, bisa bisanya mengabaikan ku, apa dia tidak sadar jika surgaNYA ada padaku, aku sumpahin kena sial dan hidupnya susah baru tau rasa, lihat saja kalau sampai aku menemukan tempat persembunyiannya, tidak akan aku lepaskan, akan aku kasih pelajaran yang bisa membuatnya kembali tunduk padaku, orang miskin aja kok sok sok an jual mahal." Yudha sangat emosi karena merasa tidak dihargai lagi, semua telpon dan pesannya diabaikan begitu saja oleh Halwa, segala macam sumpah serapah dan kata kata kasar terus keluar dari bibirnya.
hari ini Yudha sengaja tidak pergi kerja, niatnya untuk bertemu dengan Halwa, tapi justru Halwa sama sekali tidak mau merespon panggilannya, semalam Yudha sudah berharap jika hari ini bisa menemui istrinya itu, berniat untuk meminjam uang, lebih tepatnya meminta, karena memang tidak ada niat untuk mengembalikan nya, kata pinjam hanya untuk penutup gengsinya saja.
" sial.... kenapa Halwa sekarang berubah jadi pembangkang seperti ini, bahkan sekarang tak lagi mau nurut sama ibu, kemana sikapnya yang selalu patuh dan diam, kenapa tiba tiba bisa berubah seperti ini, jangan jangan dia selingkuh dan pria selingkuhannya kaya raya, sehingga dia berani keluar dari rumah ini, awas saja kamu Halwa, akan aku buat perhitungan, kamu harus membayar penghianatanmu, tiap bulan harus menyerahkan semua gajimu untukku sebagai hukuman karena sudah berani menghianatiku." Yudha mengacak rambutnya kasar, terbesit rasa tak terima saat membayangkan Halwa dengan laki laki lain, saat Yudha sibuk dengan segala prasangkanya, tiba tiba ada suara pintu diketuk dan terdengar ada yang mengucap salam dari luar, dengan langkah berat Yudha berjalan menuju pintu untuk melihat siapa yang bertamu pagi pagi begini, ibunya sedang pergi ke pasar dengan Yeni kakaknya, rumah nampak begitu sepi.
" maaf, apa benar ini rumahnya pak Yudha?" saat pintu terbuka ada laki laki yang berdiri tepat didepan pintu dengan menggunakan jaket salah satu logo tempat dimana dia bekerja.
" iya benar, kebetulan saya sendiri, ada apa? seingat saya tidak pernah memesan paket dari manapun, jawab Yudha penuh selidik ke arah laki laki yang kini berada dihadapannya.
" saya hanya ingin menyampaikan surat panggilan dari pengadilan saja, mohon diterima dan silahkan tanda tangani bukti penerimanya disini."
saat menerima amplop coklat yang memiliki logo pengadilan, langsung membuat Yudha bingung, masih tak percaya kalau Halwa benar benar ingin pergi dari kehidupannya, dan yadha semakin yakin dengan tuduhan selingkuh terhadap Halwa, picik sekali.
saat Yudha akan melangkah masuk kedalam tiba tiba suara Bu Imah menyuruhnya untuk berhenti dan menoleh ke arah suara cempreng ibunya.
" Yudha tunggu, tadi ibu lihat ada yang datang, siapa? dan itu amplop apa yang kamu pegang? Bu Imah langsung memberondong pertanyaan pada Yudha dengan mimik yg sulit dimengerti.
" tadi yang datang kurir Bu, hanya memberikan ini." Yudha menyodorkan amplop coklat yang dia pegang dan disodorkan pada ibunya yang terlihat shock.
" apa ini artinya Halwa menggugat cerai kamu Yud? bisa gawat kalau begini, tidak ada yang bersih bersih rumah dan masak, dan uang ibu bisa habis untuk membeli kebutuhan dapur juga bayar listrik, pokoknya ibu nggak mau tau, kamu harus membawa Halwa kembali kerumah ini, apapun caranya, ibu nggak mau dengar alasan apa pun, kamu harus bisa membujuk Halwa untuk mencabut gugatannya, atau kalau dia masih saja minta cerai, kamu harus bikin perjanjian, dia harus mau memberi uang untuk kebutuhan rumah ini, enak saja sudah numpang bertahun tahun mau pergi gitu aja." omel Bu Imah panjang lebar dan semakin membuat Yudha pusing mendengar ocehan ibunya.
tanpa bicara apapun Yudha langsung meninggalkan Bu Imah yang masih terus mengoceh.
" owh dasar anak gak bener, dikasih tau malah pergi gitu aja, awas saja kalau sampai tidak berhasil bawa Halwa ke rumah ini, kamu harus menambah uang bulanan ibu." Bu Imah semakin kesal dan terus saja bicara yang membuat telinga sakit mendengarnya, melihat ibunya sedang emosi, Yeni urung melangkahkan kakinya masuk, karena dia tau, pasti ibunya akan menjadikannya sasaran kemarahan dan memintanya untuk menggantikan tugas Halwa, ogah batin Yeni dan lebih memilih untuk pergi, tapi tak tau mau kemana, yang penting menghindar saja dulu dari amarah ibunya, tak perduli kemana kakinya akan melangkah, sementara Bu Imah masih saja terus bicara dengan suara dan kecepatan yang melebihi kereta tak berujung.
Entah sudah berapa jauh Yeni berjalan tanpa tujuan, saat Yeni memutuskan untuk istirahat diwarung bakso yang tak jauh dari tempatnya berdiri saat ini, sekelebat matanya melihat sosok suaminya yang sedang berboncengan dengan wanita muda yang sedang hamil tua.
"sepertinya pria itu mirip banget dengan mas Jarwo, dan montor yang dinaiki juga sama persis dengan montor mas Jarwo, apa benar kabar yang selama ini kudengar yang sering dibicarakan ibu ibu komplek, kalau mas Jarwo sudah menikah lagi dengan wanita kampung sebelah, tapi selama ini mas Jarwo masih rutin mengirimiku uang belanja setiap bulan tanpa kurang sedikitpun meskipun memang hampir setahun sudah sangat jarang sekali pulang, aaah sepertinya tadi hanya kebetulan mirip saja, selama uang bulanan lancar berarti semua masih aman aman saja, lebih baik aku beli bakso di warung itu saja sambil istirahat, semoga saja pas nanti aku pulang kerumah, ibu sudah tidak kesetanan lagi, lama lama aku pusing kalau terus seperti ini."