“Arga, ini aku bawain sandwich buat kamu. Dimakan ya, semoga kamu suka,”
Argantara datang menjemput Shelina tunangannya hasil perjodohan karena suruhan orangtua. Ketika Shelina sudah masuk ke dalam mobil, Ia langsung mengemudikan mobil dengan kecepatan yang tinggi dan mengabaikan ucapan Shelina.
Tunangannya itu langsung panik ketika Argantara melajukan mobil dengan kecepatan yang tinggi tanpa memedulikan dirinya yang merasa trauma pernah mengalami kecelakaan lalu lintas di usia kecil.
“Arga tolong jangan ngebut, aku takut,”
“Lo pantes dapat hukuman ini ya. Nyokap gue nyuruh gue untuk jemput lo! Emang gue supir lo?! Hah?!”
“Tapi ‘kan—-tapi bukan aku yang minta, Ga,”
“Lo harus tau satu hal, gue benci sama lo! Walaupun gue udah putus dari cewek gue, dan dia ninggalin gue nggak jelas sebabnya apa, tapi gue masih cinta sama dia, dan gue nggak akan buka hati buat siapapun itu selain dia! Gue yakin dia bakal balik lagi,”
“Tapi ‘kan kita udah tunangan, Ga,”
“BARU TUNANGAN! GUE BENCI SAMA LO, PAHAM?!”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arzeerawrites, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
“Shelina lagi sakit, Arga. Jadi lain kali aja ya pergi makan nya,”
Argantara tidak akan tahu soal Shelina yang ternyata sakit kalau seandainya Ia tidak datang ke rumah Shelina saat ini.
“Shelina sakit?”
“Iya, lagi demam,”
“Sejak kapan, Tante?”
Di kampus Shelina baik-baik saja. Jujur Ia penasaran kapan Shelina sakit. Tujuannya datang ke rumah Shelina tadinya hanya ingin mengajak Shelina untuk makan bersama. Tapi ternyata gadis itu sakit.
“Baru, Ga. Tapi udah minum obat kok, karena suhunya cukup tinggi.”
“Semoga Shelina cepat sembuh. Kalau gitu lain kali aja aku ajak Shelina pergi. Maaf udah ganggu waktunya ya, Tante,” ujar Argantara pada Shefia yang kali ini menerima kedatangannya.
“Hati-hati ya, Ga. Lain kali ya jalan sama Shelina,”
“Iya, Tante,”
Shefia langsung bergegas ke kamar anaknya untuk melihat keadaan Shelina selaligus memberitahu Shelina bahwa tunangannya tadi datang ke rumah dan ingin mengajaknya pergi sebentar.
“Oh tidur anakku,”
Shefia bergumam dari balik pintu yang hanya Ia buka sedikit saja. Ia melihat Shelina berbaring memejamkan kedua matanya. Shefia tidak ingin mengganggu maka dari itu Ia segera menutup pintu kamar, namun belum semoat Ia melakukannya, Shelina memanggil dengan suara pelannya.
“Kenapa, Ma?” Tanya Shelina pada Shefia yang saat ini tersenyum menatapnya kemudian memutuskan untuk masuk ke dalam Shelina.
“Gimana keadaan kamu?”
“Masih sama, Ma,”
“Ke dokter aja yuk,”
“Kan baru minum obat sekali juga, Ma. Nanti-nanti aja ke dokter kalau emang nggak mendingan juga,”
“Tadi Arga datang tuh, Shel. Dia mau ngajakin kamu pergi. Tapi mama bilang kamu lagi sakit,”
Mendengar penjelasan mamanya, sontak mata Shelina mengerjap bingung. Tak pernah Argantara mengajaknya untuk pergi.
“Mama serius?”
“Iya, Mama serius masa Mama bohong, Nak. Emang Arga datang tadi ke sini katanya pengen ajak kamu pergi. Cuma kamu ‘kan lagi sakit. Jadi ya udah Mama bilang aja lain kali. Dan Arga paham kok. Dia udah pamit pulang tuh barusan,” jelas Shefia yang langsung membuat Shelina tersenyum. Shelina senang sekali diajak pergi oleh Argantara tapi sayang kondisinya saat ini tidak memungkinkan.
“Janjian sama kamu nggak?” Tanya Shefia setelah menjelaskan lengkap tadi.
“Nggak, Ma. Dia tiba-tiba aja datang, aku nggak ada janjian sama Dia,”
“Oh ya berarti memang niatnya ngasih kejutan kali ya bikin kamu kaget kok tiba-tiba diajakin jalan padahal nggak ada janji sebelumnya,”
Shelina menganggukkan kepalanya. Kedatangan Argantara benar-benar tidak Ia duga sama sekali.
“Ya udah kalau begitu Mama keluar dari kamar kamu ya biar kamu bisa iatirahat lagi. Maaf udah bikin kamu kebangun,”
“Aku emang sebenarnya belum tidur kok, Ma. Cuma pejamin mata aja padahal sebenarnya nggak tidur. Dengar suara pintu kebuka aku langsung buka mata deh,”
“Oh gitu, Mama udah sennag tadi liat kamu tidur dan Mama nggak mau ganggu. Tapi ternyata kamu manggil Mama. Ya udah sekarang lanjut tidur deh,”
Shelina menganggukkan kepalanya dan sang mama keluar dari kamarnya supaya Shelina bisa istirahat.
******
“Ini parsel buahnya buat siapa, Mas? Buat pacar ya?”
Argantara melirik malas ke arah kasir yang sedang menghitung total pembeliannya kali ini. Ia tidak minat menjawab pertanyaan itu.
“Semoga pacarnya cepat sembuh ya, Mas,”
“Tunangan saya, bukan pacar!”
.