Tunangan Galak
“Senyum dong, orang mau ketemu cewek cantik masa mukanya datar lempeng gitu sih, Ga?”
“Ya gimana nggak datar? Orang aku nggak mau sebenarnya dijodohin,”
“Nanti kamu liat deh, anaknya baik. Jadi dia nggak cuma cantik rupa, tapi karakternya juga pasti bikin kamu jatuh hati,”
Argantara menghembuskan napas kasar. Makan malam dengan orangtuanya kali ini rasanya berbeda dari makan malam biasa.
Ia selalu senang ketika makan bersama Fadli dan Tina, tapi karena malam ini tujuan makan malam mereka berbeda, jadi tentu perasaannya juga berbeda.
Malam ini, Ia dan orangtuanya akan makan malam bersama seorang perempuan beserta orangtuanya juga dengan tujuan membicarakan perihal perjodohan.
Argantara sudah menutup hatinya rapat-rapat untuk perempuan selain Aliya, kekasihnya yang pergi entah kemana. Tiba-tiba menghilang, tapi Ia yakin suatu saat nanti Aliya akan datang dan memberikannya kejelasan.
“Arga, kamu bakal kenal sama Shelina. Anak sahabat Papa Mama itu baik banget,”
“Aliya juga baik,”
“Kalau dia baik, dia nggak akan ninggalin kamu. Lagian udah dibilangin, dia itu udah punya laki-laki selain kamu, kenapa sih nggak percaya sama penjelasan Mama Papa yang bahkan udah kasih buktinya ke kamu? Nggak sekali dua kali lho kami berdua ngeliat dia sama laki-laki lain, ya mungkin aja sekarang dia udah bahagia sama pernikahannya, dia nggak mikirin kamu lagi. Anggap aja Aliya itu mantan kamu,”
“Aku nggak percaya sama penjelasan Mama Papa karena aku tau Aliya baik,”
“Ya udah biarin aja, Pa. Nanti juga Arga sadar sendiri. Sekarang kita ke restoran yuk, nggak enak kalau terlambat,”
Tina menghentikan perdebatan antara anak dan ayah di hadapannya saat ini. Tiba rasa ini bukan waktu yang tepat untuk adu pendapat. Lagipula percuma juga, karena Argantara lebih percaya perempuan itu ketimbang orangtuanya sendiri yang sudah berulang kali melihat kebersamaan Aliya dengan lelaki lain. Tina dan Fadli yakin, Aliya pergi karena mau lebih bebas bersama lelaki itu, mungkin sekarang sudah menikah.
Mereka bertiga ke restoran yang sudah disepakati menjadi tempat pertemuan antara keluarga kecil Argantara dengan keluarganya Shelina yang belum Argantara lihat sosoknya. Karena memang Shelina dan orangtuanya baru kembali dari negeri orang. Orangtua Shelina dan Argantara sudah lama bersahabat, bahkan sejak mereka masih meniti karir sejak masih muda.
Ternyata ketika mereka tiba, Shelina dan kedua orangtuanya juga baru tiba. Sehingga mereka bertemu di area parkir restoran.
“Ketemu di sini ternyata, kirain kami udah telat,”
“Aku juga deg-degan takut telat, eh ternyata sampainya barengan,”
“Yuk masuk,”
Mereka berenam masuk ke dalam restoran dan langsung disambut oleh pelayan yang mengarahkan mereka ke meja yang sudah dipesan sebelumnya.
Setelah duduk, dan menunggu hidangan datang, dengan kompak kedua orangtua Shelina dan Argantara menyuruh anak-anak mereka itu untuk berkenalan.
“Biar nggak canggung, kenalan dulu,”
Shelina yang mengulurkan tangannya lebih dulu ke arah lelaki di hadapannya yang sejak awal bertemu dengannya tak pernah menunjukkan senyum.
“Hai, aku Shelina,” ujar Shelina dengan hangat dan sopan.
Argantara menerima uluran tangan Shelina. Kalau Ia tak melakukannya, sampai rumah Ia akan mendapatkan nasehat panjang lebar dari kedua orangtuanya dan Ia tidak mau hal itu terjadi.
“Argantara,”
“Nah kalau udah saling kenal ‘kan enak, jadi nggak canggung lagi,” ujar Shefia, mama Shelina yang senang melihat Shelina sudah kenal dengan calon tunangannya.
Semoga dengan kenalnya mereka malam ini, semakin yakin keputusan mereka untuk saling memiliki satu sama lain.
****
“Ma, Pa, aku mau ngobrol berdua dulu sama Shelina boleh?”
“Boleh, silahkan. Biar lebih akrab ya,”
“Tante, Om, saya izin ajak Shelina ngobrol sebentar ya,”
Setelah izin pada orangtuanya sendiri, Argantara izin pada orangtua Shelina yang tentunya mengizinkan tanpa ragu. Memang sebaiknya ada waktu untuk bicara berdua, supaya lebih mengenal satu sama lain.
Argantara mengedikan dagunya ke satu arah seraya menatap Shelina tanpa ekspresi. Itu adalah sebuah isyarat supaya Shelina beranjak mengikutinya, sebab ada yang ingin Ia bicarakan dengan Shelina.
Argantara dan Shelina beranjak ke tempat yang tidak begitu jauh dari keberadaan orangtua mereka.
“Kenapa, Arga?” Tanya Shelina setelah mereka berdiri berhadapan. Argantara menatap Shelina dengan tatapan dalam, dan wajahnya tanpa ekspresi.
“Kenapa lo terima perjodohan orangtua kita?”
“Ya karena aku malas cari jodoh, dan aku percaya pilihan orang tua aku tepat dan terbaik,”
Argantara mengeraskan rahangnya. Ia benci sekali mendengar alasan Shelina. Seharusnya Shelina menolak supaya Ia ada teman untuk bersati melakukan penolakan terhadapan perjodohan yang dibuat oleh orangtua mereka. Tapi kenyataannya, Shelina malah menerima begitu saja dengan alasan klasik.
“Oh jadi gitu? Okay, gue bakal kasih unjuk ke lo, gimana ‘pilihan tepat dan terbaik’ menurut orangtua lo itu,” batin Argantara dengan sinis.
“Alasan kamu nerima karena apa?”
“Sama kayak lo,” ujar Argantara seraya tersenyum miring. Dibalik senyumnya itu Argantara punya niat untuk menunjukkan kepada Shelina bahwa ‘pilihan tepat dan terbaik’ menurut orangtua Shelina itu salah.
“Ya udah kalau gitu, apalagi yang mau diobrolin, Ga?”
“Gue mau tanya sama lo, apa lo yakin sama gue?”
“Yakin, aku bisa liat kamu orang yang baik kok,”
Argantara tersenyum remeh. Entah belajar darimana Shelina untuk bermulut manis seperti itu. Argantara benci melihat wajah polos Shelina dan mendengar ucapan manis Shelina. Semakin besar keinginannya untuk memberikan pelajaran untuk Shelina supaya Shelina tahu kalau apa yang dipikirkannya itu salah. Ia bukan orang baik, dan pilihan orangtuanya juga malah menjerumuskan anaknya ke neraka yang akan dibuat oleh Argantara.
Argantara langsung bergegas kembali ke meja, diikuti oleh Shelina. Pembicaraan mereka sudah berakhir.
Argantara tidak nyaman bicara lama-lama dengan perempuan yang tidak Ia sukai sama sekali. Melihat wajah polos Shelina saja sudah membuatnya muak, apalagi harus berinteraksi dengan pura-pura baik di depan Shelina.
“Arga, dua hari lagi Shelina bakal pindah ke kampus tempat Arga kuliah,”
Argantara memasang senyum terbaiknya menanggapi ucapan Shefia mama dari Shelina. “Iya, Tante,” ujarnya.
“Tolong bimbing Shelina nya di kampus barunya ya, Ga,” pesan Tina yang diangguki oleh Argantara. Bukan dimbing, yang ada juga Ia buat tidak nyaman, barangkali Shelina pindah kampus dan menyesali keputusannya untuk pindah ke kampusnya.
“Arga, di sana tuh suasana nya kayak gimana? Belajar di sama menyenangkan nggak? Terus pergaulannya gimana?” Tanya Shelina pada calon pasangan hidupnya itu. Sebelum Ia benar-benar menjadi mahasiswi di kampus barunya, Ia penasaran bagaimana situasi di sana. Dan orang yang tepat untuk Ia tanyakan perihal itu tentu saja Argantara karena Argantara mahasiswa di sana sejak awal semester, tidak sepertinya yang baru pindah.
“Seru, menyenangkan,” jawab Argantara dengan singkat.
“Aku nggak sabar kuliah di sana. Mama Papa aku yang nyaranin aku di sana, terus aku setuju. Dan aku baru tau ternyata kamu kuliah di sana,”
“Ya ‘kan memang kami sengaja supaya kalian berdua satu kampus,” ujar Fadli.
Perasaan Argantara semakin tidak menentu sekarang. Benar-benar muak sekali ada di situasi seperti ini. Ia ingin pulang secepatnya.
Kenyataan bahwa Ia dan Shelina sengaja dipertemukan di satu kampus, membuat Argantara semakin memanas.
“Gue nggak akan biarin lo nyaman sedikitpun. Justru sebaliknya, gue bakal bikin lo pindah ke kampus lain. Gue makin benci sama lo, Shelina,”
Argantara menyesali keputusan Shelina yang menerima keputusan orangtua mereka untuk menjodohkan mereka. Andai saja Shelina menolak, pasti pendapatnya didengarkan. Kalau hanya Ia yang menolak percuma. Orangtuanya tidak suka pada Alyla, dan Ia tidak diizinkan untuk menunggu Alya apalagi tetap mencintai Alya. Jadi mereka semakin gencar menjodohkan Argantara dengan Shelina karena mereka tahu Shelina anak yang baik, orangtuanya juga baik bahkan sudah bersahabat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 171 Episodes
Comments
Dwi Winarni Wina
coba arga menerima shelina sebagai calon istri km...
2023-10-22
0