NovelToon NovelToon
Jevan Dan Para Perempuan

Jevan Dan Para Perempuan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berondong / Duniahiburan / Showbiz / Dikelilingi wanita cantik / Mengubah Takdir
Popularitas:5.1k
Nilai: 5
Nama Author: Sitting Down Here

Sejak lahir, Jevan selalu di kelilingi oleh para perempuan. Ia tak pernah tahu dunia lain selain dunia yang di kenalkan oleh ibunya yang bekerja sebagai penari pertunjukan di sebuah kota yang terkenal dengan perjudian dan mendapat julukan The sin city.

Jevan terlihat sangat tampan sampai tak ada satupun perempuan yang mampu menolaknya, kecuali seorang gadis cuek yang berprofesi sebagai polisi. Jevan bertemu dengannya karena ia mengalami suatu hal yang tak lazim di hidupnya.

Peristiwa apakah yang telah di alami oleh Jevan? Ikuti ceritanya yuk!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sitting Down Here, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22 Louisa Sakit

Setelah puas memaki Jevan dan Rafe, wanita itu kemudian pergi begitu saja sambil mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi.

"Fiuh... Galak sekali perempuan tadi!"

"Iya memang. Tapi justru itu yang membuatnya menarik, Rafe"

"Dasar play boy, ga boleh liat perempuan cantik sedikit sudah klepek-klepek!"

Jevan tertawa mendengar ucapan Rafe.

"Tunggu Jev, aku rasa aku tahu kenapa tadi wanita itu marah sama kita"

"Hah... Kenapa memangnya?" Tanya Jevan penasaran. Rafe kemudian menunjuk ke arah speedometer.

"Kamu bawa mobilnya emang lambat banget makanya perempuan tadi marah-marah sama kamu"

"Oh iya, aku baru sadar! Saking asyiknya tadi aku ngobrol sama kamu jadi ga sadar kalau aku bawa mobilnya kayak siput!"

"Hahaha... Kamu sih... Tapi mungkin juga tadi dia lagi buru-buru jadi ga sabaran dan kesal sama kamu"

"Mungkin juga karena dia udah terdesak pengen ke toilet, Rafe"

"Hahaha... Ada-ada aja kamu!"

***

Setelah menyelesaikan tugasnya bersama Rafe, Jevan kemudian menelepon Louisa. Sudah cukup lama ia tak bertemu dengannya sejak mendapati Jenny yang tiba-tiba ada di dalam rumah Louisa beberapa waktu lalu.

"Halo Jev... "

"Halo Lou... Kamu lagi kerja atau lagi di rumah?"

"Di rumah, aku lagi ga enak badan"

"Kamu sakit? Ya udah aku kesana sekarang ya? Mau aku bawain apa?"

"Ga usah Jev, aku ga mau apa-apa. Kamu masih inget sama aku aja aku udah senang, Jev"

"Baiklah, aku kesana ya. Tungguin ya, jangan kunciin pintu loh"

"Iya... Iyaa... "

Walau tak ingin di bawakan apa-apa, Jevan tetap datang sambil membawa makanan hangat untuk Louisa.

"Aku kan udah bilang jangan bawain apa-apa untukku, Jev"

"Kamu kan lagi sakit jadi aku pikir makan makanan hangat enak. Lagipula aku juga lagi lapar jadi sekalian aja deh. Oh ya, Jenny mana?"

"Jenny lagi kerja"

"Dia dapat klien sendiri?"

"Iya. Sepertinya langganannya"

"Oh begitu... "

"Kamu sendiri gimana? Langganan kamu masih suka hubungi kamu ga?"

"Ada sih beberapa. Tapi ga semuanya aku turuti"

"Emang kenapa?"

"Karena ada beberapa yang buat aku kurang nyaman. Lagipula aku lagi ingin fokus sekolah"

"Kamu balik sekolah lagi, Jev?"

"Iya. Beberapa temanku ada yang menyarankan agar setidaknya aku lulus SMA dulu. Aku kan ga mungkin begini terus. Kamu juga, Lou. Walau sekarang kamu udah mulai kerja tapi kamu harus tetap sekolah sampai lulus. Oke?"

"Aku ga mau janji tapi aku akan usahakan, Jev"

Jevan kemudian menyentuh dahi Louisa untuk memeriksa suhu tubuhnya. Ia terkejut ketika menyadari tubuh Louisa yang panas.

"Lou, udah dulu ngobrolnya. Kamu punya termometer ga?"

"Ada di laci sebelah kanan, Jev"

Jevan kemudian mengambil termometer tersebut dan mulai mengukur suhu tubuh Louisa.

"Panas sekali Lou! Aku harus segera membawa kamu ke rumah sakit! Jangan protes, kali ini kamu harus nurut sama aku!"

Louisa hanya merespon dengan menganggukkan kepalanya. Jevan bertindak cepat dengan menggendong Louisa ke mobilnya dan membawanya ke rumah sakit. Setelah tiba di UGD, sambil menunggu Louisa selesai di periksa, Jevan menghubungi ibunya dan memberi tahu tentang Louisa.

"Jaga dirimu baik-baik, Jev. Kabari mommy terus mengenai kesehatan Louisa ya"

"Yes mommy, I will"

Dr. Chris datang untuk memeriksa Louisa. Kebetulan saat itu ia sedang kebagian jadwal shift malam. Setelah memeriksa Louisa, ia lalu menemui Jevan.

"Kami masih perlu melakukan tes darah, tapi sepertinya Louisa mengalami sakit tipus. Sepertinya ia mengalami kelelahan yang luar biasa sehingga ia jatuh sakit"

"Begitu ya, dok?"

"Iya Jevan. Maaf, aku boleh kan memanggilmu Jevan?"

"Ya, tentu saja boleh, dok"

"Terima kasih. Louisa harus di rawat selama beberapa hari. Nanti kita lihat saja perkembangannya. Jika ia membaik, maka ia boleh pulang. Maaf Jevan, kalau boleh aku bertanya, umur Louisa baru 17 tahun ya?"

"Iya, dok"

"Ya Tuhan, aku benar-benar keterlaluan... " Dokter Chris mengusap wajahnya dengan kasar. Ia benar-benar merasa bersalah terhadap Louisa.

"Iya, aku tahu maksud dokter. Kami memang terpaksa menjadi dewasa sebelum waktunya. Tapi beberapa bulan lagi ia akan berumur 18 tahun, berdekatan dengan waktu ia lulus SMA nanti"

"Aku harap kamu mau memberitahu Louisa kalau aku menyesal, Jevan"

"Menyesal soal apa, Dok?"

Jevan bertanya dengan ekspresi pura-pura tidak tahu padahal sebenarnya ia memang tahu tentang hubungan singkat antara Louisa dan dr. Chris.

"Kamu bisa bertanya langsung pada Louisa nanti. Aku pergi dulu ya. Ada panggilan"

"Baik, dok"

***

Ketika Jevan hendak bicara dengan Louisa, ponsel Jevan berdering. Di layar ponselnya tertera nama Jenny.

"Halo Jen... "

"Jevan, kamu tau ga Louisa ada di mana? Tadi sebelum aku pergi dia lagi sakit, aku jadi khawatir takut dia pingsan di tengah jalan"

"Louisa ada di rumah sakit, Jen. Aku yang membawanya tadi"

"Hah? Sakitnya berarti parah ya?"

"Ya, bisa di bilang begitu"

"Tolong sebutkan nama rumah sakitnya, nanti aku kesana. Eh, tunggu deh. Tolong kasih ponselnya ke Louisa, Jev. Aku ingin tanya dia mau di bawakan apa saja kalau aku ke rumah sakit nanti. Dia belum bawa baju ganti kan?"

"Oh iya, belum. Tadi aku buru-buru sampai lupa bawa barang-barang keperluan Louisa. Ya sudah, aku kasih ke Lou ya teleponnya"

"Iya Jev, thanks"

Setelah menyerahkan ponselnya kepada Louisa, Jevan lalu keluar ruangan untuk memberikan privasi bagi Louisa dan Jenny untuk bicara. Jevan akhirnya memutuskan untuk sekalian membeli makanan untuk dirinya sendiri. Ketika Jevan kembali ke ruangan Louisa, ia sudah selesai bicara di telepon dengan Jenny.

"Maaf ya Lou, aku sampai ga kepikiran untuk membawakan kamu baju ganti saking paniknya aku tadi"

"Tidak apa-apa Jev, aku jadi tak enak udah menyusahkan kamu"

"Sudahlah Lou, jangan sungkan padaku. Kamu kan bukan orang lain karena kita adalah keluarga"

"Keluarga ya?"

"Iya. Anyway, aku punya pertanyaan untukmu. Tadi dr. Chris bilang kamu sakit tipus. Kemungkinan besar penyebabnya adalah kelelahan. Memangnya kamu habis ngapain sih sampai sakit kayak gini?"

Bukannya menjawab pertanyaan Jevan, Louisa malah menangis. Jevan kemudian memeluk Louisa.

"Lou, ada apa? Cerita dong ke aku. Siapa tau aku bisa bantu"

"Aku malu menceritakannya padamu, Jev"

"Lou, ayolah... Cerita padaku... "

"Kurasa klien baruku yang menyebabkan aku kelelahan"

"Memangnya orangnya tinggi besar ya?"

"Bisa di bilang begitu. Kurasa aku terkena karma akibat perbuatan ibuku"

"Karma? Maksudnya gimana, Lou?"

Louisa kembali menangis sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.

"Lou, kalau kamu ga mau cerita sekarang ga apa-apa, aku ga akan maksa kamu"

"Ga apa-apa, Jev. Aku akan cerita"

Louisa kemudian menarik nafas panjang sebelum melanjutkan ucapannya kepada Jevan.

"Klienku ada dua, Jev... "

"Maksudnya kamu dapat dua klien baru dua orang, Lou?"

"Iya, dua. Sekaligus berdua seperti waktu kamu dulu bersama mamaku dan auntie Pixie"

"Ya Tuhan... "

Jevan tak percaya ini sampai terjadi pada Louisa. Ini terlalu berat bagi Louisa. Ia masih terlalu muda untuk mengalami ini. Padahal Jevan selalu berharap apa yang telah ia alami di masa lalu tak terjadi lagi baik dengan Louisa ataupun Jenny.

"Iya, Jev. Sepertinya aku kelelahan karena itu... " Louisa menunduk malu.

"Ya sudah Lou, yang penting kamu sekarang istirahat dulu. Yang jelas setelah sehat nanti aku akan meminta mereka untuk tidak memakai jasamu lagi"

'Memangnya kamu bisa, Jev?"

"Harus bisa. Kalau perlu aku akan minta tolong pada Corey nanti"

"Baiklah... Terima kasih, Jev"

"Don't mention it, Lou... "

Brak!

Pintu ruangan tiba-tiba terbuka lebar dan seseorang muncul dengan senyum genit yang selalu jadi ciri khas orang tersebut.

1
Ryan Hidayat
who???
Out on Corner: jawabannya ada di bab yang aku post hari ini ya 🙏
total 1 replies
anggita
klo lagi gugup... kadang juga bisa gagap😁
Out on Corner: /Grin/
total 1 replies
anggita
like👍+☝☝iklan.
anggita
🔥❤Louisa.. 😘Jevan... Jennie😘
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!