Menantu Sampah : Sang Pewaris

Begitu selesai berteleponan dengan sang cucu, Tuan Athar menyimpan ponselnya diatas meja. Tuan Athar menghela nafas panjang, dia mengerutkan keningnya begitu dalam, hatinya sangat sakit jika mengingat bagaimana meninggalnya putra dan menantunya secara tragis.

Kala itu Bastian masih berusia 11 tahun, dia harus kehilangan ayah dan ibunya karena kecelakaan. Bertabrakan dengan sebuah mobil yang dikendarai oleh Bu Alda alias ibunya Raisa.

14 tahun yang lalu perusahaan William Group masih baru dirintis, sementara Montana sudah sukses saat dipegang oleh Bu Alda karena dulu Tuan Louis belum begitu ahli dalam memimpin perusahaan, Tuan Louis dulu adalah seorang pemuda yang manja dan juga sering menghabiskan waktu untuk bersenang-senang dengan kekasihnya.

Sementara Bu Alda memang dari mudanya sudah telaten dalam masalah pekerjaan, sehingga bisa membuat Montana sukses bisa menembus 10 besar jajaran tertinggi di Indonesia, walaupun sekarang sahamnya merosot setelah dipimpin oleh Tuan Louis.

Tuan Athar ingat betul ketika 14 tahun yang lalu, dia yakin kecelakaan yang menyebabkan kematian putra dan menantunya bukan karena kecelakaan murni, tapi akibat kelalaian dari mobil yang dikendarai oleh ibunya Raisa. Namun, kasus itu tidak diperpanjang, apalagi ibunya Raisa juga meninggal karena kecelakaan itu.

Karena itu dia selalu menolak untuk bekerjasama dengan Montana, bukan hanya karena Montana tidak selevel dengannya, melainkan juga karena dia masih belum bisa terima karena keluarga dari Montana tidak ada yang meminta maaf atau bahkan mencaritahu siapa korban yang telah meninggal karena jelas Bu Alda adalah penyebab kecelakaan itu.

Tidak ada yang tahu bagaimana kejadian sebenarnya kecelakaan tersebut, mungkin dulu karena dijalanan belum dipasang CCTV, padahal sebenarnya saat Bu Alda melewati perempatan jalan, tepat lampu telah menunjukkan warna merah, Bu Alda tak bisa menghentikan mobilnya karena rem blong, sehingga mobilnya menabrak mobil yang dikendarai oleh orang tuanya Bastian.

...****************...

Bu Salma datang ke kantor utama Montana, untuk mengantarkan makanan teruntuk suaminya tercinta dan putra kesayangannya.

Tuan Louis dan Amar begitu menikmati masakan Bu Salma.

"Mika bilang dia tidak bisa kesini, maklumlah dia sangat sibuk dengan perusahaannya, tidak seperti Bastian yang sibuk jualan buah-buahan, Raisa itu padahal pintar tapi bodoh dalam mencari pasangan." Bu Salma menyinyir anak tirinya dan menantu sampahnya itu.

Tuan Louis hanya diam, sebenarnya dia tidak masalah jika ada yang jungkir balik menghina menantunya, tapi dia tidak suka jika ada yang menghina Raisa, bagaimanapun juga Raisa adalah anaknya kandungnya.

"Ya lah Ma, aku kalau nyari istri itu melihat dulu bibit, bebet, dan bobotnya, apalagi dia juga harus selevel dengan kita." Amar menimpali ucapan sang mama.

"Raisa itu bodoh persis mamanya, dulu juga dia sering di bohongi oleh papa kamu, makanya sampai gak tau kalau papa kamu sudah punya anak ganteng kayak kamu." Kini Bu Salma malah menghina mendiang Ibunya Raisa.

Amar terkekeh. "Ya lah kalau gak bodoh mungkin dia bisa hidup sampai sekarang, karena aku sudah mendengarkan sendiri rencana papa dan mama buat..."

Bu Salma menginjak kaki Amar. "Stttt... jangan ngomong sembarangan disini, kalau ada yang dengar bagaimana? Kamu mau mama dan papa dipenjara?"

"Ya maaf deh, Ma." Amar melanjutkan makan siangnya lagi. Sambil memikirkan apakah dia harus melakukan hal yang sama pada Raisa juga, seperti apa yang telah dilakukan Bu Salma dan Tuan Louis pada ibunya Raisa.