Love At SIG Training

"Ya ampun ka"

Badan ku yang tanpa tenaga, direngkuh keduanya menuju kamar. Aku hanya diam, ingin bicara namun rasa letih juga pening yang tak tertahankan menahan ku bahkan menjatuhkan ku dalam gelapnya entah malam atau apa.

_

Usapan pelan di iringi panggilan atas nama ku lembut, membangunkan ku. Aku membuka mata, menatap mamah yang mengulas senyum lembut.

"Bangun ka. Ayo makan dulu, abis itu minum obat" aku mengangguk, mendudukan diri tak lupa mengambil kompresan di kening ku agar tak jatuh, meletakannya ke atas wadah kecil di atas nakas.

Mamah menyuapi ku. Sedikit malu sebenernya karena di usia ku yang sekarang masih saja merepotkan mamah.

"Makasih Mah, dan maaf kalo kakak masih ngerepotin mamah" aku berucap pelan. Dengan usapan sayang yang mamah berikan.

"Kakak ngomong apa sih ka? Sudah seharusnya mamah ngurus kakak. Gak perduli usia kakak berapa sekarang karena kakak anak mamah. Ya kecuali kakak udah nikah" aku mengulas senyum dengan tawa kecil. Mamah tak bedanya dengan papah yang pandai menyelipkan canda di tengah obrolan.

"Makasih Mah" mamah mengangguk.

"Sama-sama sayang. Udah ayo abisin buburnya abis itu minum obat, terus istirahat" aku mengangguk, menghabiskan satu mangkuk bubur yang mamah suapin dengan lembut, meminum obat dan kembali berbaring.

Membiarkan mamah beranjak keluar kamar setelah menyelimuti ku tak lupa usapan sayang dan harapan agar aku lekas membaik dalam bisik kecupannya.

Aku terdiam, menatap langit-langit kamar dengan pikiran berkelana. Memikirkan akan jadi apa aku setelah lulus nanti, penyesalan karena masih menyusahkan Mamah dan papah juga Mas Fahmi yang seketika bayangannya memenuhi kepala ku yang kembali berdenyut nyeri di susul rasa kantuk yang timbul akibat efek obat. Memaksa ku kembali terlelap.

_

Bunyi kokok ayam jago milik tetangga di sambut suara deru motor yang di panaskan mengusik tidur ku. Aku akhirnya membuka mata, menatap jam dinding yang menggantung dengan mata yang sedikit menyipit, memastikan penglihatan.

Pukul 7 pagi, aku memutuskan untuk beranjak membereskan tempat tidurku dengan sesekali memegangi kepala merasakan nyeri dan pusing yang menghantam.

Mamah membuka pintu kamar, buru-buru mendekat saat melihat ku yang sedikit oleng. Mendudukan ku kembali ke ranjang.

"Ya ampun ka"

"Kakak mau mandi Mah" pintar ku pelan.

"Ya udah, mamah bantu kakak ke kamar mandi ya? " aku menggeleng, menatap mamah dengan senyum yang di paksakan.

"Gak usah mah. Kakak bisa sendiri" aku dengan keras kepala beranjak, mengambil handuk dan pakaian ganti lalu berjalan menuju kamar mandi.

30 menit setelahnya aku keluar dari kamar mandi dengan keadaan yang lebih baik aku rasa. Menghampiri mamah papah di meja makan dengan senyum kecil.

"Gimana kak?" mamah menatap ku tanya dengan gurat khawatir yang tak luntur di wajahnya.

"Lumayan seger Mah. Cuma masih pusing aja"

"Ya udah ka. Abis makan, minum obat terus istirahat. Gak usah ngampus dulu" aku mengangguk menyetujui apa yang papah sampaikan.

Makan dalam diam sesekali mendapat teguran dari mamah yang mendapati ku melamun, meminum obat dan masuk ke kamar.

Sambil menunggu reaksi obat, ku sempatkan membuka handphone ku, meminta ijin pada Dosen yang hari ini mengajar juga memberitahu Euis kalau aku tidak akan berangkat mungkin untuk beberapa hari.