Bebas dan seenaknya adalah dua kata yang dapat mendeskripsikan seorang Dilon. Walaupun Dilon selalu membuat masalah di sekolah, tapi para murid perempuan tetap memuja karena ketampanan dan gaya cool nya.
Entahlah apa Olivia, si murid pindahan itu bisa dibilang beruntung atau malah musibah karena menjadi satu-satunya yang bisa membuat Dilon jatuh cinta kepadanya. Bisakah dua orang berbeda kepribadian itu bersama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon TK, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lagi-lagi Menjadi Penolong
Rasanya agak sedih karena hari ini Dilon katanya tidak akan sekolah, pasti sedang repot di sana menghadiri pemakaman Neneknya Vanessa. Olivia tidak ikut karena tidak terlalu dekat dengan Vanessa, ya walau di sana ada Dilon.
Saat ini Olivia sedang menyendiri di rooftop, biasanya kan ini tempat kesukaannya Dilon untuk menyendiri. Mungkin dengan diam di sini, rasa rindunya bisa sedikit mengurang. Saat sedang asik bersantai, Olivia terkejut mendengar beberapa orang masuk.
Bug!
"Arrrggghhh!"
"Haha lihat si sialan ini, dasar lemah banget lo jadi cowok. Ayo sini bangun, katanya lo mau nantangin gue?!" bentak seorang lelaki dengan garangnya.
Olivia beranjak dari duduknya melihat keributan tidak jauh darinya itu. Sepertinya mereka tidak menyadari kehadirannya. Olivia pun memutuskan menghampiri untuk melerai.
"Hei berhenti, apa-apaan ini?!" tanyanya keras.
Perhatian empat murid lelaki itu teralih padanya, mereka terlihat saling berpandangan mungkin bingung ada dirinya di sini, tapi kan Olivia yang lebih dahulu. Olivia meninggikan dagunya, mencoba terlihat tidak takut.
"Kalian lagi ngebully ya?" tanya Olivia agak konyol, sudah tahu Ia lihat tadi dengan jelas.
"Lo ini pacarnya si Dilon ya? Wah-wah ternyata dari deket gini lebih cantik ya, putih juga." Pria yang marah-marah tadi malah mengatakan itu.
Olivia menghela nafasnya berat, berusaha tidak terpengaruh, "Kalian mending pergi aja deh, kalau kasar lagi sama dia aku bakal laporin ke guru," ancam nya.
Ketiga lelaki itu malah tertawa seperti meremehkan, membuat Olivia semakin kesal. Mungkin karena dirinya hanya perempuan, tapi Olivia tidak akan merasa takut dan membuat mereka membalikan keadaan.
"Emangnya lo punya bukti hah mau laporin kita?" tanya lelaki itu menantang.
"Aku bisa bawa dia juga ke guru, dia pasti bakalan laporin semua apa aja yang udah kalian lakuin," kata Olivia sambil menunjuk murid yang tadi mereka pukuli itu.
"Cih dia gak akan berani, karena kalau sampai dia laporin, kita bakalan lebih buat dia babak belur," ucap lelaki itu sambil menyeringai.
Olivia melipat kedua tangannya, "Kalau gitu aku bakal minta bantuan Dilon aja, Kakeknya kan kepala sekolah. Pasti kasus ini gampang di selesain, dengan kalian yang dapat hukuman," ujarnya.
Melihat senyuman di bibir empat murid bandel itu, membuat Olivia merasa puas. Sepertinya mereka mulai ketakutan, apalagi Dilon punya pengaruh cukup besar di sekolah. Ya walau bukan murid baik-baik juga.
"Masih untung ya lo ceweknya Dilon, kalau enggak gue udah--"
"Udah apa?" sentak Olivia menyela, "Mending kalian pergi sekarang, aku muak lihat wajah sok kalian itu!" usir nya.
Olivia terlihat berani sekali, ya karena dirinya punya bekingan Dilon, ternyata pacarnya itu ada gunanya juga. Selepas kepergian empat murid itu, Olivia langsung bernafas lega karena merasa menang.
Segera Ia mendekati lelaki yang tadi di pukuli, posisinya masih terduduk dengan wajah menunduk. Saat Ia panggil-panggil, akhirnya lelaki itu mengangkat kepala dan menatapnya. Wajahnya terlihat tidak asing bagi Olivia.
"Ya ampun pipi kamu sampai lebam gini, mereka pukul kamu ya?" tanya Olivia meringis sendiri.
"I-iya, tapi gak papa kok," jawabnya agak gagap.
"Gak papa gimana? Itu sampai lebam loh, pasti sakit lah," kata Olivia gemas sendiri.
Perempuan itu beranjak untuk membawa kresek berisi makanan dan minuman yang di pesannya tadi di kantin. Ia mengeluarkan sebotol minuman dingin, lalu menempelkan nya begitu saja di pipi kiri pria itu.
"Aww!" pekik lelaki itu terkejut merasakan dingin di pipinya.
"Pegang botolnya, biar lebam di pipinya agak kempes kena yang dingin," perintah Olivia.
Dan pria itu pun hanya menurut saja, sambil sesekali mencuri pandang padanya. Olivia lalu ikut duduk di sebelah lelaki itu, memperhatikan tubuhnya apa ada yang terluka atau tidak.
"Nama aku Olivia, kalau kamu?" tanyanya.
"Kamu sudah lupa lagi ya sama aku Olivia?" Pria itu malah bertanya balik, dengan senyuman kecutnya.
"Apa kita emang pernah ketemu atau kenalan?" Olivia berusaha mengingat-ingat lagi, terlalu banyak orang-orang baru yang Ia temui.
"Aku Septian, waktu itu juga kamu pernah nolongin aku di kantin pas lagi di desak Dilon. Terus--"
Olivia langsung bertepuk tangan baru mengingatnya, "Oh iya-iya, sekarang aku baru inget. Kamu juga yang bantuin aku sembunyi pas di kejar Dilon kan?" tanyanya cepat.
"Iya, akhirnya kamu inget juga," gumam Septian sambil tersenyum lega. Tadi sempat sedih, sekarang jadi senang lagi.
Olivia lalu bertanya kenapa empat siswa tadi membully nya, Septian lalu menjawab jika mereka memang selalu mengganggunya. Ini bukan pertama kali, dan Septian katanya senang lagi-lagi Olivia membantunya.
"Itu berarti mereka juga sering pukulin kamu dong?" tanya Olivia.
"Iya, tapi gak sampai terlalu parah sih. Paling cuman lebam di pipi kaya gini," jawab Septian.
"Hah tetap aja salah dan gak boleh, mereka itu sudah keterlaluan. Mending kamu laporin aja deh ke guru BK, biar mereka dapat peringatan dan hukuman," usul Olivia, rasanya Ia juga tidak bisa membiarkan ini.
Tetapi Septian malah menggeleng menolak, Ia bilang terlalu takut untuk melaporkan ini pada guru. Waktu itu pernah sekali, tapi Septian langsung di pukuli sampai di kunci di toilet sekolah semalaman.
Olivia yang mendengar itu tentu saja terkejut, ternyata ancaman mereka benar-benar nyata. Tetapi Olivia tidak mau membiarkan Septian terus di ganggu, sepertinya Ia harus membantu.
"Nanti aku bantuin ya, jangan takut," ucap Olivia sambil menepuk bahu Septian.
"Kamu mau bantu aku?" Septian sampai terpana sendiri mendengar itu, kedua matanya terlihat berbinar.
"Iya, kasihan kamu pasti selama ini di sekolah selalu ketakutan. Apa selain mereka, ada yang gangguin kamu lagi?" tanya Olivia memastikan.
Dengan malu-malu Septian menjawab jika dulu Dilon dan teman-temannya juga sering mengganggunya. Tetapi sekarang Dilon sudah jarang, ya walau kadang meledekinya.
"Mungkin karena kamu Olivia," lanjut Septian.
"Hm kenapa karena aku?" tanya Olivia bingung.
"Kayanya bukan cuman aku yang ngerasa Dilon berubah, tapi semua orang. Dia jadi lebih tenang di sekolah setelah pacaran dengan kamu, kamu benar-benar bawa pengaruh baik buat dia."
Mendengar itu membuat Olivia tidak bisa menahan senyumannya, tentu saja Ia merasa bangga sendiri mendengar ini. Dari awal kan rencana Olivia juga ingin mengubah sikap Dilon, sedikit-sedikit saja dulu.
"Dilon benar-benar beruntung punya pacar kaya kamu," Celetuk Septian.
"Ah enggak, jangan bilang gitu aku kan jadi malu hehe," ucap Olivia lalu mendorong bahu pria itu.
Bagi Septian bisa sedekat ini dengan Olivia adalah hal yang menyenangkan, bahkan membuat detak jantungnya menjadi cepat. Apakah Septian mulai ada perasaan pada Olivia? Tapi kan Olivia sudah punya pacar.