Randy Ajiwinata terpaksa menikahi sahabat istrinya karena permintaan sang istri. Tika Ajiwinata meninggal dunia setelah melahirkan putri mereka. Dia mempercayakan suami dan putrinya kepada sahabatnya sendiri.
Karena permintaan terakhir sang sahabat. Rania Rudolf yang sedang di landa patah hati harena penghianatan sang kekasih. Akhirnya terpaksa menjadi ibu sambung untuk putri sahabatnya sendiri.
Walaupun Randy tidak pernah mengangap kehadirannya. Namun, Rania tetap bertahan dan menyayangi putrinya dengan sangat baik. Rania yang memiliki kesalahan di masa lalu berusaha memperbaiki kesalahannya dengan memenuhi wasiat sang sahabat.
Akankah Rania sangup bertahan dengan sikap dingin Randy kepadanya? Atau dia memilih untuk menyerah dan mencari kebahagiaannya sendiri?
Yuk intip terus kisahnya...
Jangan lupa beri dukungan kalian kepada author ya.
follow akun media sosial Author.
Fb: Elprida wati tarigan.
Ig: elprida.wati.73
tiktok: elprida wati
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elprida Wati Tarigan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 29
"Ini tehnya, Pa!" ucap Arin memberikan secangkir teh untuk Bima.
"Terima kasih," ucap Bima menerima teh pemberian Arin lalu meminumnya.
"Apa kau mau terus berdiri seperti itu? ayo duduk!" perintah Bima tegas tanpa menatap Arin.
"I... ia, Pa!" ucap Arin gugup lalu duduk di samping Bima.
"Pantas saja Mas Dirga dingin melebihi kulkas dia pintu. Ternyata papanya juga sama," batin Arin melirik Bima yang duduk santai di sampingnya.
"Kau tidak perlu menyamakan aku dengan putraku," ucap Bima seperti tau isi hari Arin.
"Apa! papa tau apa yang aku katakan. Apa papa punya kelebihan ya?" batin Arin membulatkan matanya karena ucapan Bima tepat sekali.
"Apa Dirga tidak pernah pulang lagi?" tanya Bima to the point.
"I... ia, Pa! Mas Dirga sudah tidak pulang selama seminggu ini. Aku juga tidak bisa mengubunginya,"
"Apa kau ingin hubunganmu dan Dirga membaik?"
"Ia, Pa! aku ingin pernikahanku dan Mas Dirga bahagia. Aku sangat ingin Mas Dirga bisa menerima pernikahan kami. Bahkan aku rela melakukan apapun demi itu?" ucap Arin penuh semangat.
"Apa kau yakin akan melakukan apapun," ucap Bima menatap lekat Arin.
"Ia, Pa!" ucap Arin mengangguk dengan cepat.
"Kalau begitu kau harus mengikuti ucapan papa,"
"Maksud papa?" tanya Arin mengerutkan keningnya binggung.
"Kau harus mengikuti saran papa. Itupun jika kau mau pernikahanmu selamat. Jika tidak! papa tidak jamin jika Dirga mau mempertahankan pernikahan kalian," ucap Bima santai.
"Tidak! aku tidak mau berpisah dengan Mas Dirga,"
"Baiklah! kalau begitu kau harus dengarkan ucapan papa. Kau tidak perlu dengarkan ucapan mamamu. Karena dia hanya akan membuat rumah tanggamu semakin hancur,"
"Memangnya aku harus melakukan apa, Pa?"
"Kau harus berbicara baik-baik dengan Rania. Karena hanya dia yang bisa membuat Dirga mengerti," ucap Bima sehingga membuat Arin langsung terdiam.
Arin diam menunduk sambil memikirkan ucapan Bima. Melihat Arin hanya diam, Bima hanya tersenyum kecil sambil menatap Arin. Dia tau jika tidak mudah untuk seorang istri berhubungan baik dengan wanita yang di cintai suaminya.
"Papa tau ini tidaklah mudah bagimu. Tapi Rania tidak seperti yang kau pikirkan. Papa tau betul bagaimana Rania. Jadi, kau pikirkan saja ucapan papa. Jika kau sudah siap, katakan kepada papa. Papa akan ikut bicara dengan Rania," ucap Bima tersenyum.
Mendengar ucapan Bima, Rania hanya diam menunduk. Dia tidak bisa berkata apapun karena itu memang sangat sulit baginya. Apalagi dengan pertemuannya dengan Rania, yang terakhir membuat hubungan mereka semakin memanas.
"Kau jangan terlalu mengikuti egomu. Ingat rumah tanggamu. Jangan sampai karena egomu pernikahanmu yang baru seumur jagung kandas begitu saja. Kamu harus ingat, ini semua adalah pilihanmu sendiri. Jadi kau harus menghadapi semua kosekuensinya," ucap Bima tersenyum lalu bangkit dari duduknya.
"Papa pulang dulu ya. Papa akan berusaha untuk bicara dengan Dirga," ucap Bima mengelus puncak kepala Arin lalu melangkahkan kakinya keluar.
"Biar Arin antar, Pa!" ucap Arin mengikuti langkah Bima.
Setelah sampai di luar Bima langsung masuk ke dalam mobilnya. Dia menatap Arin yang menatapnya di depan pintu sambil tersenyum. Tidak lupa dia melayangkan dadanya kepada Arin lalu melajukan mobilnya. Melihat kelembutan sang papa mertua, Arin hanya tersenyum kecil. Ternyata dia selama ini salah duga dengan mertua laki-lakinya itu. Dia kira jika Bima sangatlah kejam dan arrogant. Namun, ternyata Bima sangatlah baik dan juga berhati lembut.
...----------------...
Dirga terdiam seorang diri di sebuah club malam. Di depannya terlihat begitu banyak botol anggur merah yang sudah kosong. Matanya terlihat sudah memarah dan penampilannya juga terlihat sangat kacau. Begitu banyak wanita yang mencoba mendekatinya. Namun, Dirga langsung menolak mereka secara mentah-mentah.
"Rania! kenapa kau meninggalkanku? padahal aku sangat mencintaimu. Aku tidak akan bisa hidup tanpamu," ucap Dirga terus bergumam sendiri memanggil nama Rania.
Sungguh ucapan Rania sangat menyakiti hatinya. Dia tidak akan pernah bisa melepaskan Rania begitu saja. Karena bagaimanapun dia sangat mencintai Rania. Bahkan dia tidak perduli dengan status mereka yang sama-sama telah menjadi milik orang lain.
Bisma yang kebetulan sedang nongkrong bersama teman-temannya tidak sengaja melihat Dirga. Karena perihatin dengan keadaan Dirga yang sangat kacau, Bisma mencoba mendekatinya. Dia duduk di samping Dirga sambil mendengarkan gumaman Dirga yang terus memanggil nama Rania.
"Sampai kapan kau terus bergumam memanggil nama istri orang?" tanya Bisma sambil tersenyum sinis.
Mendengar pertanyaan Bisma, Dirga langsung melemparkan tatapan tajamnya. Bukannya takut, Bisma malah semakin tertarik untuk mengoda Dirga.
"Kau yang meninggalkannya dan memilih istrimu. Tapi kenapa sekarang kau minum sambil menyebut namanya? dia telah bahagia dengan suaminya. Jadi kau tidak ada gunanya terus menyebut namanya," ucap Bisma santai lalu meminum minuman Dirga.
"Kau itu masih bocah kencur. Jadi kau tidak perlu memurusi urusanku," ucap Dirga dingin lalu kembali menuangkan anggur merah ke gelasnya.
"Jika di lihat dari sikapmu. Siapa yang sebenarnya yang masih bocah kencur. Aku apa dirimu?" tanya Bisma terkekeh kecil sambil menatap penampilan Dirga.
"Maksudmu apa?"
"Ga! apa kau tidak tau jika dewasa atau tidaknya seseorang itu bukan di lihat dari umurnya. Tapi dari kelakuannya. Aku tau jika kau lebih tua dariku. Tapi setidaknya pemikiranku lebih dewasa darimu," ucap Bisma tersenyum kecil.
"Sudahlah! ayo kita pulang. Pasti istrimu sedang mencarimu," ucap Bisma menarik tangan Dirga.
"Tidak! aku tidak mau pulang. Jika kau ingin pulang, maka pulang saja sendiri," ucap Dirga menepis kasar tangan Bisma.
"Kau tidak mau pulang ya. Baiklah! kalau begitu aku akan mengunakan caraku sendiri untuk membawamu pulang," ucap Bisma mulai merengangkan otot-ototnya.
"Baiklah! aku akan pulang. Tapi antarkan aku ke kediaman orang tuaku," ucap Dirga mengalah.
"Mentang-mentang di belakangmu ada Rafi dan teman-temannya. Kau seenak jidatmu saja mengatur orang. Jika bukan karena mereka aku tidak akan mau menurutimu," oceh Dirga sambil berjalan keluar clab itu.
Mendengar ocehan Dirga, Bisma hanya mengikutinya dengan gerakan mimik wajahnya. Dia terus mengikuti Dirga dari belakang sambil sesekali mengoceh jika Dirga salah jalan. Sesampainya di parkiran Dirga langsung naik ke mobilnya dan duduk santai di bangku belakang.
"Cepat bawa mobilnya. Aku tidak akan bisa menyetir dalam keadaan seperti ini," ucap Dirga melemparkan kunci mobilnya kepada Bisma.
"Enak saja! kau kira aku ini supirmu apa. Kau pindah ke depan," perintah Bisma menatap geram Dirga.
"Tinggal bawa mobilnya saja apa susahnya sih. Memangnya apa bedanya jika aku duduk di depan atau di belakang?" ucap Dirga menatap kesal Bisma.
"Baiklah! tapi kau jangan banyak protes nanti ya," ucap Bisma langsung duduk di bangku supir dan melajukan mobil Dirga.
"Woii! kau mau mati? kalau kau mau mati mati saja sendiri," ucap Dirga kesal ketika melihat Bisma yang mengemudikan mobilnya secara ungal-ugalan.
"Diam kau! atau kau mau turun di sini?" ucap Bisma sambil menatap tajam Dirga.
"Yang punya mobil siapa? yang lebih garang siapa?" batin Dirga hanya mampu mengelus dadanya pelan.
Bersambung.....
Bersambung....
rania jadi randy.. 😂😂