Ariana gadis berusia 18 tahun meninggal dengan tragis, namun Tuhan memberinya kesempatan hidup sekali lagi.
Tapi saat Ariana bangun dia telah jadi orang lain, Sherina seorang polisi rahasia berusia 28 tahun.
"Sher, Sherina?" panggil Sean.
Tapi Ariana yang belum terbiasa dengan nama itu hanya melengos. Membuat pria itu mengerutkan dahi.
"Sher?" panggilnya sekali lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29 - Akal Sehat Ariana
Dengan semua bukti yang sudah di dapatkan, mereka akhirnya berani menaikkan kasus ini ke tahap yang telah tinggi, yaitu penangkapan.
Akan ada 2 operasi dalam penangkapan tersebut, pertama di rumah Mario dan kedua di rumah Faisal. Ada dua tim yang akan bergerak.
Tapi sebelum itu Lucas akan melaporkan semua yang mereka dapat pada pak Johan. Lucas bergerak sendiri karena ingin memberi kesempatan Ariana untuk beristirahat, diantara mereka bertiga Ariana lah yang paling banyak mengambil tugas.
Dan setelah Lucas pergi kini hanya tinggal Sean dan Ariana disana. Mereka masih berada di ruang kerja yang ada di Yayasan keluarga Aditama.
Sean baru sempat memperhatikan Sherina dan melihat ada luka di wajah sang wanita. Satu garis luka di pipi sebelah kirinya dan gumpalan darrah kering di sudut bibir.
"Sini, biar aku obat luka mu," ucap Sean, dia menarik Sherina untuk pindah duduk di sofa.
Sean kemudian pergi menuju lemari mengambil kotak obat di sana, lalu membawanya pada sang calon istri.
Sean tahu luka ini mungkin hanya luka ringan bagi Sherina, tapi tetap saja Sean tak pernah tega saat melihatnya.
"Ini hanya luka kecil kak," ucap Ariana, ketika Sean mulai membuka kotak obat tersebut.
"Luka kecil kalau tidak diobati bisa jadi infeksi, apa kamu tidak tahu tentang hal itu?" balas Sean.
Sebuah kalimat yang membuat mulut Ariana jadi bungkam. Dia hanya bisa mengerucutkan bibir.
Gadis itu akhirnya pasrah saat Sean mulai membersihkan lukanya yang di pipi, menggunakan cairan alkohol yang membuatnya meringis, pedih sekali. Tapi tak berlangsung lama rasa sakit itu hilang begitu saja, diganti nyaman.
Selesai luka di pipi, Sean pun berniat membersihkan bibir itu, namun kemudian dia malah menelan ludah kasar. Bibir Sherina yang sedikit terbuka seperti itu seolah membuat hasrat dalam dirinya jadi mengalir lebih cepat.
Ada dorongan yang begitu kuat, berbisik untuk mengecupnya.
Sean kemudian mengambil air di atas meja, jika menggunakan alkohol takutnya Sherina akan merasa pahit jika tanpa sengaja terjilat oleh lidah.
Jadi dia pilih untuk menggunakan air putih biasa dan kapas.
"Aku bisa sendiri Kak."
"Diam lah," balas Sean dengan cepat, dia juga mulai bergerak untuk membasuh luka itu. Ariana sedikit berjangkit saat merasakan dingin. Lama-lama terganggu juga dengan posisi mereka yang begitu intim.
Di luar kendalinya, jantung Ariana berdegup, membuatnya makin tak nyaman.
Apalagi makin lama Ariana pun takut kak Sean mampu mendengar detak jantungnya itu.
"Sudah kak," ucap Ariana, dia mendorong tangan kak Sean agar menjauh dari bibirnya. Sebuah penolakan yang justru membuat Sean jadi menatap lekat ke arahnya.
"Kenapa? kamu tidak nyaman berdekatan dengan ku," tanya Sean, lengkap dengan tatapannya yang mengintimidasi.
"Bu-bukan begitu," balas Ariana, yang entah kenapa mendadak jadi gagap seperti itu. Entah dimana Ariana yang begitu tegas dalam mengambil sikap, kini dia nampak ragu dan cemas, gugup membalas tatapan dua bola mata hitam itu.
Mungkin, kenangan Sherina tentang Sean yang juga dia ingat menciptakan rasa yang berbeda. Seperti tubuhnya pun tak menolak sentuhan itu. Hanya akal sehat Ariana saja yang mengelak.
Sean lantas mengikis jarak, menahan tengkuk Sherina dan mulai menyesap bibir itu, menyesap paling kuat di bagian yang terluka sampai benar-benar bersih.
Deg! Ariana seketika mendelik.