Gilda terbangun di tempat yang berbeda dengan tubuh dan rupa yang berbeda juga. Tubuh tokoh antagonis dari novel yang dibacanya. Seorang wanita bernama Scarlett tak henti-hentinya mengejar pria yang menjadi kekasih saudara tirinya. Felix, pria tampan dan berkharisma yang selalu dipuja oleh kaum hawa. Ia melakukan semua cara agar bisa merebut pria itu dari saudara tirinya mulai dari mengancam hingga melukai saudara tirinya. Bahkan di akhir cerita Scarlett mati terbunuh.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13: Tidak akan Terpikat
"Oh.. terima kasih sudah menolong ku. Lain kali aku akan membalasnya," kata Scarlett tanpa melihat mereka.
"Aku bahkan sudah membenci wanita itu hanya dengan melihat wajah polos dan lugunya itu," gumam Gilda.
"Dan jangan lupa, jika wanita itu menjual cerita sedihnya pada ayahnya hingga membuat Scarlett mati di tangan ayah Elizya," batin Gilda.
Wilson bersama istrinya sudah ada di ruang makan untuk sarapan. Mia, ibu tiri Scarlett segera menyajikan makanan di piring suaminya. Ia kemudian menuang teh kesukaan suaminya. Ia selalu melayani suaminya seperti ini tiap kali mereka makan.
"Terima kasih sayang.." kata Wilson menatap istrinya penuh cinta.
Scarlett dengan wajah muramnya ikut bergabung di meja makan di susul oleh Felix dan Elizya. Ketiganya
"Morning mom.. dad.." sapa Elizya pada Mia.
"Morning sayang.. " balas Mia tersenyum pada putrinya lalu duduk di samping suaminya.
"Ck.. harmonis sekali.." gumam Gilda pelan. Dan itu hanya berlaku pada mereka. Di novel yang di bacanya dikatakan jika Scarlett tidak terlalu dekat dengan Mia, ibu tirinya. Bahkan Scarlett tidak pernah memanggilnya ibu. Scarlett selalu memanggil namanya. Dan Gilda juga tidak berniat untuk mendekati wanita itu.
"Kapan kalian kembali?" tanya Wilson.
"Tadi malam paman," jawab Felix. Wilson lalu mengangguk.
Scarlett menikmati sarapannya dengan tenang. Mengabaikan mereka yang ada di meja makan. Sesaat tatapannya bertemu dengan mata Felix yang juga menatapnya. Sebenarnya Scarlett sudah tahu jika pria itu sejak tadi mencuri-curi pandang padanya.
"Huh... kamu pikir aku akan seperti Scarlett yang akan selalu mencari perhatian dari mu di meja makan dengan menggoda mu," batin Gilda. Ia akui jika Felix memang tampan. Tapi maaf, Gilda tidak akan terpikat padanya.
Scarlett menghabiskan makanannya lalu bangkit dari kursinya.
"Aku sudah selesai. Aku ke atas dulu," Scarlett diam sejenak. "Dad.." lanjut Scarlett spontan membuat Wilson menghentikan tangannya yang sedang menyendok makanannya. Ia melihat putrinya yang tersenyum padanya sebelum pergi menjauh. Wilson mengerutkan alisnya. Apa yang terjadi dengan putrinya. Biasanya ia akan pergi begitu saja setelah makan.
Di kamarnya Scarlett memilih untuk duduk di balkon kamarnya menikmati sinar matahari pagi. Lagi-lagi ia teringat dengan kedua orang tuanya dan menangis.
Ponsel milik Scarlett berdering. Dengan malas, Scarlett masuk ke dalam kamarnya untuk mengambilnya. Setelah ia sadar sejak beberapa hari yang lalu, baru kali ini ada yang menghubungi ponselnya.
"Halo..." ucap Scarlett.
"Hei... katanya kamu terjatuh dari tangga. Kenapa kamu tidak mengabari ku. Kamu anggap aku apa Hah..." ucap Penelope sahabat Scarlett marah.
"Apa kamu masih di sana," ucap Penelope kuat membuat Scarlett menjauhkan ponselnya dari telinganya. Bukannya Scarlett tidak ingin menjawab, tapi ia sedang dalam mode Gilda yang mengingat-ingat cerita novel yang dibacanya.
"Kamu membuat telingaku sakit dengan suara cempreng mu itu," ucap Scarlett.
"Siapa suruh kamu hanya diam saja," balas Penelope.
"Maaf tidak mengabari mu. Sebenarnya tadi aku ingin menghubungi mu. Tapi kamu malah menghubungi ku duluan," kata Scarlett terkekeh.
"Alasan saja. Lain kali kamu harus mengabari ku. Kalau tidak persahabatan kita akan berakhir," ucap Penelope kesal.
"Iya.. iya.. bawel banget."
"Sebenarnya aku ingin bercerita dengan mu hari ini. Tapi besok saja," ucap Penelope.
"Memangnya kenapa kalau sekarang?" tanya Scarlett.
"Aku sedang di rumah kakek. Ada acara keluarga. Seharusnya aku mengajak mu ke sini. Sepupuku banyak yang tampan-tampan. Bahkan lebih tampan dari si Felix itu," jawab Penelope.
"Meskipun aku yakin kalau kamu tidak akan melirik mereka. Karena di hatimu itu hanya ada Felix di pengecut itu," ujar Penelope.
"Ya ampun aku malah banyak bicara. Seharusnya kita bahas ini besok saja. Dasar aku..." tukas Penelope.
"Aku tutup dulu, mom memanggil ku. Nanti aku akan mengirim foto sepupuku," pungkas Penelope mematikan ponselnya.
"Ternyata Scarlett punya teman receh juga," batin Gilda tertawa pelan.