Yasmin Ningrum, gadis cantik berjilbab 22 tahun harus hidup tanpa kasih dari kedua orang tuanya akibat kecelakaan beberapa tahun lalu yang merenggut nyawa kedua orang tuanya.
Kini Yasmin tinggal bersama paman dan bibinya yang perhitungan sekali kepadanya.
Bahkan untuk biaya hidupnya Yasmin harus mencari sendiri dengan bekerja sebagai penjaga toko bunga.
Kehidupan Yasmin berubah, saat dirinya di pertemukan dengan sahabat lamanya waktu SMA. namun sayang, sikap sahabat laki-lakinya itu sedikit berbeda dari biasanya.
Namun takdir berkata lain, Yasmin di pertemukan sahabatnya dengan cara yang tidak terduga.
Dirinya digerebek warga saat sedang sama-sama berteduh dari hujan, di sebuah gubuk.
Pada hari itu juga, status Yasmin berubah menjadi istri sahabatnya.
Apakah pernikahan mereka akan bertahan layaknya pasangan yang saling mencintai?
Dan apa penyebab berubahnya sikap sahabatnya itu?
Ikuti kisahnya dalam cerita mereka, ya!
Jangan lupa tinggalkan jejak, like, komentar dan follow. 🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy jay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 24
Di gudang kantor, Yasmin yang baru selesai berbelanja alat kebersihan pun, terlihat sedang menyimpan beberapa stock alat kebersihan. dengan di bantu oleh asri, Yasmin akhirnya menyelesaikan pekerjaannya.
"Eh, Yas! Kamu tahu tidak? Tadi, tuan arkana nanyain kamu, loh?" Asri yang tidak bisa menahan rasa penasarannya, segera angkat. bicara.
Yasmin yang hendak minum pun, menghentikan pergerakannya. dia menatap asri heran. "Maksud kakak, apa?" tanyanya bingung.
Asri tersenyum tipis, melihat ekspresi Yasmin yang sedikit kebingungan. "Sepertinya, tuan arkana menyukai mu, Yasmin. Sampai-sampai, karena kakak yang mengantarkan minumnya. Dia terlihat sangat kecewa." jawabnya memberitahu.
Yasmin terdiam, mendengar jawaban dari asri. dia pun, tersenyum dan menatap asri lekat. "Sepertinya, tebakan kakak salah. Tuan arkana bersikap seperti itu, karena dulu kami pernah satu sekolahan, kak."
"Jadi... kamu seangkatan dengan tuan arkana? Hebat kamu Yasmin, kakak iri sama kamu." Terdengar helaan nafas, dari mulut asri.
Yasmin mengernyitkan dahi. "Kenapa kakak iri pada, ku?"
Asri menggenggam tangan, Yasmin. "Karena, hidup kamu di kelilingi laki-laki yang mempunyai, karisma tinggi dan juga berprofesi sebagai CEO, Yas. Sedangkan kakak, yah... begini-begini saja." jawabnya, mendesah pelan.
Yasmin menggeleng pelan. "Kakak, tidak boleh berpikir seperti itu. Jika yang kakak lihat, hanya keberuntungan saja. Kakak salah."
"Maksud kamu apa, Yas?" sela, asri cepat.
Yasmin tersenyum getir, mengingat apa yang sudah menimpa dirinya pada saat masih di desa. namun untuk sekarang, Yasmin ingin dulu membahas tentang hal itu. "Jika ada waktu luang, nanti aku akan cerita tentang kehidupan, saat masih di desa. Sebab sekarang, kita harus melanjutkan lagi pekerjaan kita, kak." jawabnya lembut.
Asri pun mengangguk pelan, mencoba mengerti keadaan Yasmin yang memang menyimpan sebuah kenangan kelam, saat dulu. kini dia sangat salut, pada Yasmin yang mampu melewati semuanya.
Waktu pun tak terasa sudah sore, karena tidak lembur semua karyawan pun bersiap untuk pulang. begitu pun dengan Yasmin, yang terlihat menunggu seseorang di parkiran kantor.
"Al." Yasmin tersenyum, melihat kedatangan alvino yang berjalan menghampirinya.
"Masuk." titahnya dingin.
Yasmin mengangguk pelan, kemudian berjalan menghampiri mobil alvino dan segera masuk.
Alvino seperti biasa, memasang wajah datarnya. apalagi hari ini dia di buat kesal, oleh sikap arkana yang terlihat peduli pada Yasmin. sehingga hati alvino, semakin penasaran dengan hubungan Yasmin dan arkana.
"Tadi siang, pergi kemana?" tanya alvino, tanpa melihat ke arah Yasmin.
Yasmin mengernyitkan dahi, saat tiba-tiba saja alvino menanyakan tentang dirinya, saat tidak ada di kantor.
"Tadi, aku di suruh beli alat kebersihan, Al. Memangnya kenapa?" Yasmin yang penasaran dengan maksud alvino pun, balik bertanya.
"Tidak apa-apa." jawab alvino, acuh.
Yasmin semakin tidak mengerti, dengan sikap alvino saat ini. sebab baru kali ini alvino, menanyakan hal tentang dirinya.
Keadaan kembali hening, alvino memutuskan untuk fokus menyetir saja. dia tidak ingin sampai Yasmin tahu, jika dirinya sangat mengkhawatirkannya.
Tak lama kemudian, mereka sudah sampai di halaman rumah alvino. Alvino pun tidak langsung turun dari mobil, membuat Yasmin sedikit merasa heran.
"Kamu kenapa, Al?" Yasmin yang masih di dalam mobil pun, memberanikan diri untuk bertanya.
Alvino tidak menjawab pertanyaan Yasmin. dia pun langsung keluar, dari mobilnya. Yasmin yang melihat hal itu pun, terlihat semakin kebingungan dengan sikap alvino hari ini.
"Dia kenapa? Tidak biasanya seperti itu?" gumam Yasmin, melihat alvino yang sudah masuk ke dalam rumah.
Yasmin yang sudah berada di dalam rumah pun, di sambut hangat oleh Hendrik.
"Assalamu'alaikum." ucap Yasmin, menghampiri Hendrik yang sedang duduk di ruang tamu.
Hendrik tersenyum. "Wa'alaikumussalam. Kamu baru pulang, Yasmin?"
"Iya pah. Kalau begitu, aku permisi ke kamar dulu ya, pah?" balas Yasmin sopan.
Hendrik mengangguk pelan, sebagai jawaban. Yasmin pun segera pergi dari sana, menuju ke kamarnya.
Yasmin pun, langsung masuk ke dalam kamar alvino. seketika dia membelalakkan matanya, saat melihat alvino yang baru saja keluar dari kamar mandi, hanya dengan handuk melilit di pinggangnya.
"Al, kenapa kamu tidak pakai baju?" teriak Yasmin, seketika menutup matanya.
Alvino mendelik, melihat Yasmin yang sangat heboh. pemandangan seperti ini, seharusnya sudah biasa bagi semua orang. sebab tidak ada salahnya, dia berpenampilan seperti ini karena mereka suami istri.
"Al... apa kamu sudah pakai baju?" Yasmin pun memastikan, jika alvino sudah memakai bajunya.
Alvino bukannya menjawab, malah menghampiri Yasmin yang masih memejamkan matanya. dia pun memiliki ide, untuk menjahili Yasmin yang tidak mau membuka matanya.
"Buka mata, mu." titahnya dingin.
Yasmin, tidak langsung membuka matanya. dia mengulurkan tangan, mencoba memegang tubuh alvino. dia ingin memastikan, jika alvino sudah benar-benar memakai baju.
Alvino pun, memegang tangan Yasmin terulur. hal itu pun, membuat Yasmin yang masih memejamkan matanya terlihat panik.
"Al, lepas! Kamu belum pakai baju!" Yasmin seketika ketakutan, saat alvino tidak melepaskan tangannya.
Alvino memicingkan mata, saat melihat Yasmin sangat ketakutan. dia merasa curiga, jika Yasmin memang sangat takut saat di dekati oleh laki-laki.
"Aku mohon... jangan lakukan hal itu pada ku, Al. Aku takut...." Yasmin memohon pada alvino, dengan nada bergetar. seketika dia pun teringat kembali dengan masa lalunya, yang hendak di lecehkan oleh Darman.
Alvino melepaskan tangannya, yang memegang tangan Yasmin. dia pun menjauhkan dirinya dari Yasmin, dan pergi ke ruang ganti.
Yasmin seketika menangis, saat tidak lagi melihat keberadaan alvino di depannya. dia pun seketika tidak merasa enak hati, karena mungkin sudah membuat alvino kecewa. haruskah dia memberitahu alvino, tentang masa lalunya?
Yasmin pun berjalan menuju, ke kamar mandi. di sana dia menumpahkan segala rasa kecewa, sedih, takut yang dia pendam sendiri selama ini. dia pun memilih mengguyur tubuhnya, di bawah shower dengan air dingin.
Setelah beberapa menit, Yasmin pun menyudahi mandinya. dia pun keluar, dengan perasaan tidak menentukan. bahkan Yasmin pun tidak melihat keberadaan alvino, di kamarnya. hal itu membuat Yasmin semakin tidak enak hati, pada suaminya itu.
Malam semakin larut, Yasmin terlihat khawatir karena Alvino sampai saat ini, belum juga kembali ke kamarnya. dia merasa bersalah, karena sudah bersikap seperti tadi pada alvino.
Yasmin yang lama menunggu kedatangan alvino, seketika terlelap. dia tertidur, karena merasakan lelah pada tubuhnya.
Pukul satu dini hari, alvino baru kembali ke kamarnya. dia membuka jaketnya dan melemparkannya, ke sembarang arah. dia pun memicingkan mata, pada Yasmin yang terlihat gelisah saat tidur.
"Jangan sentuh aku! Pergi! Aku mohon... jangan sentuh aku...! Bibi tolong aku...!" teriak Yasmin, masih memejamkan matanya.
Yasmin, terlihat sedang mimpi buruk. apalagi alvino dapat melihat wajah Yasmin, yang di basahi oleh keringat dingin. dia pun, menghampirinya dan mencoba membangunkan Yasmin.
"Yasmin, bangun." ucap alvino, menepuk pelan pipi Yasmin. "Bangun Yas."
Yasmin seketika, membuka matanya dan tiba-tiba saja langsung memeluk tubuh, alvino. "Aku takut, Al. Dia hampir saja menyentuh ku, Al.... " Dengan nada bergetar, Yasmin memberitahu apa yang terjadi dalam mimpinya.
Alvino mengeraskan rahangnya, ketika mendengar perkataan Yasmin. dia pun yakin, jika Yasmin pernah mengalami hal buruk yang berhubungan dengan laki-laki.
"Sebenarnya, apa yang sudah terjadi pada mu, Yas. Ceritakan pada, ku." ujar alvino, mengusap punggung Yasmin memberikan ketenangan.