Flower Michelin tak menyangka diusianya yang ke 17 tahun adalah awal petaka baginya.
Hadiah Ulangtahun yang seharusnya indah justru menjadi kado terburuk dalam hidupnya.
Pesta perayaan ulang tahunnya justru menjadi pesta kematian bagi kedua orang tuanya.
Seorang mafia kejam menghabisi mereka yang ia sayangi. Begitupun mahkota yang ia jaga selama ini direnggut paksa oleh bajingan itu.
Dendamnya membara dan membawanya hidup seatap dengan pria bajingan itu, menjadi seorang pembantu.
Akankah ia berhasil membalaskan dendamnya? Atau ia harus jatuh untuk kedua Kalinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bhebz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
# Part 29 Mafia AHM
Ferguson Patria memandang dua bayi lucu berkelamin laki-laki dan perempuan itu dengan perasaan haru dan bahagia. Ia pun menggendong salah satu cucunya itu kemudian mencium pipinya dengan air mata yang tiba-tiba menetes dari wajah kerasnya.
"Fred, lihat putramu nak. Ia sangat tampan seperti dirimu," ujarnya pelan dengan suara tercekat. Ekspresi sedih akhirnya tampak juga di wajahnya yang selama ini ia kuat-kuatkan.
Dua putranya yang ia rawat hingga besar kini sudah tidak ada lagi. Nyawa mereka hilang ditangan keluarga Michelin. Salah, kalau ada yang mengatakan ia tidak merasa dendam pada pria yang selama ini menemaninya menghadapi hitam dan kelamnya dunia mafia. Akan tetapi dunia berkehendak lain. Orang yang seharusnya ia lenyapkan dan balas ternyata memberinya ganti dengan dua bayi lucu.
"Terimakasih banyak Flo," ujarnya pelan pada perempuan muda yang sedang berbaring di atas tempat tidurnya itu. Flower Michelin baru saja tersadar dari efek samping obat bius setelah operasi Caesar yang dialaminya.
Flower Michelin tersenyum kemudian menyusut airmatanya yang juga menggenangi pipinya. Ia pun merasakan hal yang sama seperti yang dirasakan oleh ayah mertuanya.
Ada banyak rasa yang ia rasakan saat ini. Bahagia karena sudah berhasil melahirkan dua bayi kembar yang sehat. Tetapi merasa sangat sedih saat membayangkan status bayi itu yang belum dan tidak akan pernah bertemu dengan ayah kandungnya.
"Flo, kamu perempuan hebat nak," ucap Ferguson Patria seraya menghampiri ranjang menantunya itu. Ia juga membawa baby boy yang masih sangat tenang di dalam gendongannya.
"Jangan berkata seperti itu ayah. Aku sungguh sangat lemah dan tak berdaya. Tanganku sendiri yang menghilangkan nyawa suamiku, ayah dari anak-anakku, hiks," isak perempuan itu dengan hati kembali teriris sedih.
"Saya tidak tahu harus mengatakan apa Flo. Hanya ucapan terimakasih yang bisa saya ucapkan karena kamu mau mengandung anak dari Fred, putraku. Ia telah menyeret kamu dalam masalah yang sangat pelik ini nak."
"Aku merindukan putramu ayah tetapi aku juga sangat membencinya. Maafkan Aku hiks." Flower Michelin kembali menyusut airmatanya yang sepertinya tidak pernah kering.
Setiap ia memikirkan hidupnya. Maka Frederico Patria lah yang ia ingat sebagai dalang dari semua masalahnya. Pria itu telah memberinya banyak hal yang sangat mengganggunya.
"Sungguh permainan hidup ini begitu misteri bagi kita. Lupakan semua yang terjadi agar kamu bisa bangkit Flo," ujar Ferguson Patria dengan wajah tenangnya.
"Kamu masih muda Flo. Kamu bisa melanjutkan hidupmu kembali seperti sedia kala," lanjut pria paruh baya itu kemudian menyimpan baby boy itu ke dalam boxnya.
"Saya dengar semua harta putraku sudah diserahkannya padamu. Untuk itu lanjutkan hidupmu dengan belajar di Universitas. Kamu harus belajar banyak dan juga agar bisa memimpin semua usaha yang dikelola oleh Frederico."
Flower Michelin menyimak dengan baik apa yang dikatakan oleh mertuanya itu. Ia sangat setuju dengan apa yang disarankan oleh pria paruh baya itu. Ia pun bertekad untuk melanjutkan hidupnya.
"Saya akan membawa bayi-bayi ini pergi jauh darimu," lanjut pria itu dengan ekspresi wajah yang langsung membuat Flower Michelin merasa takut dan khawatir.
'Apa maksudmu Ayah?"
"Hanya bayi-bayi itu yang akan membuat hatiku tenang dan tidak membalas dendamku padamu Flo," jawab Ferguson Patria seraya memandang ke arah box bayi tempat dua bayi kembar itu sedang tidur dengan nyenyak.
"Tidak Ayah. Jangan lakukan itu padaku," ujar perempuan itu dengan perasaan takut. Ia menatap pria paruh baya yang tadinya ia anggap sebagai malaikat kini berubah menjadi sosok yang sangat menakutkan.
Ferguson Patria tidak menjawab. Ia hanya tersenyum miring kemudian meninggalkan kamar perawatan itu dengan tenang.
Flower Michelin merasakan dadanya sesak. Ia kembali merasakan langit di hadapannya runtuh dan menimpa tubuhnya.
"Fred sialan! semua kenanganmu pun ingin diambil oleh pria tua itu! Aku benci padamu!" Flower Michelin berteriak keras kemudian menangis sejadi-jadinya. Ia tidak mungkin bisa berpisah dari kedua bayi kembarnya itu.
Oeeeek
Oeeeek
Oeeeek
Kedua bayi itu tiba-tiba menangis keras seolah-olah sangat mengerti apa yang sedang dialami oleh ibu yang baru saja melahirkannya.
Maggie Smith dan juga Brenda Hudson segera masuk ke dalam kamar perawatan itu karena mendengar kekacauan yang terjadi di dalam ruangan itu.
Oeeeek
Oeeeek
Oeeeek
"Jangan bangun Flo, kamu belum sehat sayang," seru Maggie Smith dengan cepat. Ia tidak mau ada hal buruk yang terjadi pada perempuan yang baru melahirkan itu jika ia bergerak atau pindah dari ranjang itu.
"Berikan bayi-bayiku dokter. Aku ingin membawanya pergi dari sini," ujar Flower Michelin masih berusaha untuk bangun dari tempat tidurnya.
"Kenapa Flo? bayimu ini masih sangat kecil dan lemah. Kamu tidak mungkin membawanya keluar." Maggie Smith terus menahan agar perempuan itu tidak melakukan niatnya yang sangat tidak masuk akal itu.
"Tidak. Aku akan pergi dari sini," jawab perempuan itu dan berusaha untuk turun dari ranjangnya. Ia mengabaikan perkataan Maggie dan ingin tetap turun dari ranjang itu. Ia harus membawa anak-anaknya pergi agar Ferguson tidak mengambilnya darinya.
"Aaawwwww aaargh!" Maggie Smith dan juga Brenda Hudson yang sudah berhasil memenangkan bayi-bayi itu langsung berlari ke arah Flower Michelin yang sedang berteriak kesakitan.
"Ya ampun Flo. Tubuhmu belum sehat. Kamu harusnya diam dan tidak bergerak selama beberapa jam." Maggie Smith meminta perempuan itu untuk berbaring kembali di atas ranjangnya. Setelah itu ia meminta perawat untuk datang dengan memencet tombol panggilan darurat di dalam kamar itu.
"Aaawwwww perutku sakit sekali dokter," keluh perempuan itu dengan wajah meringis sakit. Wajahnya yang putih tampak semakin pucat dengan bulir-bulir keringat yang memenuhi wajah dan lehernya.
"Kamu harus istirahat sayang. Tidak akan ada yang menggangu bayimu Flo. Mereka akan baik-baik saja di sini. Jadi kamu tidak perlu khawatir, okey?"
"Tidak dokter. Ayah Fred ingin mengambilnya dariku. Dan Aku tidak akan memberikannya. Aku akan mati kalau ia mengambil buah hatiku," jawab Flower Michelin dengan mata kembali berkaca-kaca.
"Tidak mungkin Flo. Itu tidak akan terjadi sayang," ujar Maggie Smith berusaha untuk memberikan penghiburan pada perempuan cantik itu. Ia tahu kalau Flower Michelin sudah terlalu banyak menderita dalam hal ini.
"Tapi ia ingin mengambilnya dariku dokter hiks." Maggie Smith terdiam. Ia harus membicarakan hal ini pada George.
"Tenangkan dirimu ya, kamu harus beristirahat sekarang juga dan jangan memikirkan yang tidak-tidak, okey?"
🌺🌺🌺
*Tobe Continued.
Hai readers tersayangnya othor mohon dukungannya untuk karya receh ini ya gaess dengan cara klik like ketik komentar dan kirim hadiahnya yang super banyak agar othor semangat updatenya okey?
Nikmati alurnya dan happy reading 😍
klo yg cwo cocok umur 32 ganteng yamvan