NovelToon NovelToon
Retaknya Sebuah Kaca

Retaknya Sebuah Kaca

Status: tamat
Genre:Tamat / Cinta Seiring Waktu / Angst / Penyesalan Suami
Popularitas:1M
Nilai: 4.6
Nama Author: Arrafa Aris

Pernikahan yang didasari sebuah syarat, keterpaksaan dan tanpa cinta, membuat Azzura Zahra menjadi pelampiasan kekejaman sang suami yang tak berperasaan. Bahkan dengan teganya sering membawa sang kekasih ke rumah mereka hanya untuk menyakiti perasaannya.

Bukan cuma sakit fisik tapi juga psikis hingga Azzura berada di titik yang membuatnya benar-benar lelah dan menyerah lalu memilih menjauh dari kehidupan Close. Di saat Azzura sudah menjauh dan tidak berada di sisi Close, barulah Close menyadari betapa berartinya dan pentingnya Azzura dalam kehidupannya.

Karena merasakan penyesalan yang begitu mendalam, akhirnya Close mencari keberadaan Azzura dan ingin menebus semua kesalahannya pada Azzura.

"Apa kamu pernah melihat retaknya sebuah kaca lalu pecah? Kaca itu memang masih bisa di satukan lagi. Tapi tetap saja sudah tidak sempurna bahkan masih terlihat goresan retaknya. Seperti itu lah diriku sekarang. Aku sudah memaafkan, tapi tetap saja goresan luka itu tetap membekas." Azzura.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arrafa Aris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29 : Aku harap kamu nggak amnesia ...

Setibanya di kantor suaminya, Azzura terlebih dulu ke meja resepsionis untuk bertanya di mana ruangan suaminya berada.

"Selamat siang ... maaf, saya ingin bertanya. Ruangan Tuan Close ada di lantai berapa? Soalnya saya dari Lio Cafe and Resto ingin mengantar pesanan beliau," kata Zu dengan ramah.

"Ruangan beliau ada di lantai delapan, Mbak," kata resepsionis.

"Baiklah, makasih ya," ucap Zu lalu kembali melanjutkan langkahnya ke arah lift untuk membawanya ke ruangan suaminya.

Sesaat setelah berada di dalam lift, Azzura menatap bayangan dirinya di depan benda kotak besi itu.

Selama enam bulan menjadi istri Close, ini adalah pertama kalinya ia menginjakkan kakinya di perusahaan pria blasteran arogan itu.

Lailahailla anta subhanaka inni kuntu minadzolimin.

Azzura berdoa dalam hatinya. Mengingat wajah suaminya saja ia langsung merasa jengah dan jijik.

Tinggg .....

Bunyi peringatan khas pintu lift, seketika menyadarkan dirinya dari lamunannya.

"Bismillah," ucapnya lalu melangkah keluar dari elevator itu. Ia meneliti pintu-pintu yang ada di lantai delapan hingga ekor matanya terarah ke arah pintu yang yang mempunyai tanda khusus dengan tulisan CEO.

Azzura memutar bola matanya dengan malas lalu mengetuk pintu itu.

Close yang terlihat sedang berdiri berhadapan dengan kaca ruangannya, mengarahkan pandangannya ke arah pintu yang diketuk.

"Itu pasti Azzura," gumamnya. "Ya masuk," perintahnya lalu melangkah pelan menghampiri sofa yang ada di ruangannya itu.

Tak lama berselang, Azzura membuka pintu lalu menghampiri meja sofa lalu meletakkan paper bag itu.

"Maaf, itu makan siang pesananmu," kata Zu.

"Hmm."

"Baiklah kalau begitu, aku sekalian pamit. Soalnya aku harus kembali bekerja," tegas Zu lalu akan melangkah namun terpaksa terhenti karena Close kembali mengeluarkan suaranya.

"Aku ingin bicara denganmu sebentar," celetuk Close sambil menatapnya.

Azzura tersenyum sinis ketika mendengar kalimat itu lolos begitu saja dari mulut Close.

"Aku rasa, tidak ada yang perlu kita bicarakan. Tugasku ke sini hanya mengantar makanan sesuai dengan perintahmu dan tidak lebih," tegas Zu lalu berbalik dan mulai melangkah, namun lagi-lagi terhenti ketika suara bentakkan Close menggema memenuhi ruangan itu.

"Apa kamu tidak mendengarkanku, hah!!! Sebagai istri kamu seharusnya patuh dan menuruti perintah suamimu!!!" bentaknya dengan amarah yang tak terbendung karena Azzura tidak menghiraukan permintaannya.

Perlahan Azzura memutar badannya lalu menatap suaminya dengan senyum sinis seolah mengejeknya.

"Apa aku nggak salah dengar? Istri ... suami? Aku harap otakmu masih berfungsi dengan baik dan sehat serta berharap kamu nggak amnesia," ejek Zu masih dengan tatapan sinis.

"Kamu!!!" geram Close dengan tangan yang kini sudah terangkat.

"Lakukan ... ayo lakukan sesukamu. Jika perlu, bunuh saja aku biar kamu merasa puas," tantang Zu tanpa rasa takut. "Aku sudah terbiasa dengan semua kekerasan fisik yang sering kamu lakukan padaku bahkan kamu seakan puas ketika menghajar ku di depan gundikmu itu. Aku sudah terbiasa bahkan itu seolah sudah menjadi makananku setiap malam," sambung Zu lagi.

Close bergeming mendengar ucapan istrinya. Bahkan ia tak menyangka jika Azzura berani menantangnya. Walaupun nada bicaranya terdengar santai, namun cukup membuatnya terpekur lalu tertunduk.

Tangan yang awalnya terangkat ingin menamparnya seketika ia turunkan lalu membentuk sebuah kepalan.

"Dengarkan aku baik-baik, Close," sinis Zu. "Apa kamu masih mengingat ucapanmu waktu itu? Kamu sendiri yang mengatakan padaku bahwa kita ini seperti orang asing, bahkan kamu tidak akan pernah menganggapku sebagai istrimu. Aku harap kamu nggak amnesia dan nggak pura-pura lupa," sindir Zu penuh penekanan lalu kembali berbalik dan akan melanjutkan langkahnya.

Namun ia berhenti sejenak tanpa berbalik atau menoleh ke arah Close.

"Aku ingin mengingatkan mu, satu lagi ucapan mu saat itu. Dengar dan camkan baik-baik," ucap Zu dengan suara dingin. "Kamu pernah mengatakan padaku, jika kamu nggak akan pernah menyentuhku bahkan tidak bernafsu dengan wanita kampungan seperti diriku," tekan Zu sekaligus mengingatkan Close dengan ucapanya saat itu.

Close langsung mengarahkan pandangannya kedepan sekaligus menatap punggung istrinya.

"Dengan terucapnya kalimat itu dari bibirmu, maka tanpa sadar kamu telah menjatuhkan talak satu padaku," jelas Zu dengan senyum sinis.

"Tapi aku juga bersyukur sekaligus berterima kasih padamu. Bahkan aku pun nggak sudi disentuh pria menjijikkan seperti dirimu," tegas Zu lalu melanjutkan langkahnya meninggalkan ruang kerja suaminya.

Lagi dan lagi, sudah yang kesekian kalinya Close benar-benar tak berkutik, bahkan tak mampu membalas ucapan pedas, sindiran bahkan tampak seperti mengejek dari istrinya itu.

Ia tertunduk lesu lalu mengusap wajahnya dengan kasar lalu menghampiri pintu untuk mengejar istrinya. Namun ia urungkan ketika mendengar suara Laura.

Azzura yang baru saja berada di luar kini sedang berhadapan dengan Laura.

"Heh, gadis barista! Mau ngapain kamu di sini?" tanyanya dengan tatapan tak suka.

Bukannya langsung menjawab Azzura balik menatap jijik dan mengejek padanya lalu tersenyum.

"Jika aku gadis barista, lalu pantasnya kamu disebut gadis apa?" Azzura balik bertanya dengan sinis.

Laura bergeming dan semakin menatapnya dengan tatapan benci.

"Aku tahu," kata Azzura sambil menjentikkan jarinya lalu menatap mengejek padanya. "GADIS MURAHAN," tekan Zu.

"Kamu!!!" geramnya sambil mengepalkan tangannya.

"Kenapa? Mau marah? Tapi kenyataannya memang seperti itu kan," sambung Zu. "Jika kamu nggak ingin disebut gadis murahan, maka mintalah Close menikahimu supaya kamu sah menjadi istrinya dan layak disebut NYONYA CLOSE," ejek Zu. "Jika kamu mau, ambil saja suamiku itu, karena aku nggak pernah mencintainya bahkan sebesar biji sawi pun perasaan cinta itu nggak pernah ada di hatiku," jelas Zu dengan jujur. Karena memang Azzura tidak pernah ada rasa pada suaminya itu.

Laura terperangah mendengar ungkapan Azzura yang penuh dengan keyakinan dan tampak tak ada kebohongan.

"Kalian mau ngapain juga, aku nggak pernah peduli dan nggak pernah mau tahu. Jika niat kekasihmu itu ingin membuatku cemburu, katakan padanya, aku nggak akan pernah cemburu," tekan Zu lagi.

"Oh ya, jika boleh aku sarankan, jika kalian berhubungan intim, nggak perlu menggunakan pengaman. Jika perlu jebak saja suamiku dengan obat perangsang dosis tinggi," saran Zu dengan tatapan mengejek. "Mau tahu kenapa? Biar benih suamiku tinggal dan berkembang di dalam rahimmu, dan otomatis kamu bisa meminta pertanggung jawaban darinya. Sekaligus mempercepat pernikahan kalian. Karena aku ini wanita mandul dan nggak bisa memberinya anak," pungkas Zu.

Laura cukup terhenyak mendengar kata-kata ungkapan tanpa ragu yang terucap dengan begitu santainya dari bibir Azzura bahkan tampak sangat meyakinkan.

Laura sempat berpikir, begitu entengnya Azzura mengucapkan kata-katanya tanpa berpikir dua kali dan tanpa ragu sedikitpun.

Sedangkan Close yang sejak tadi berada di balik pintu, begitu terkejut dan terhenyak. Bahkan seolah tak percaya jika istrinya itu malah menyarankan Laura untuk menjebaknya.

Hatinya mulai menciut, apalagi saat Azzura mengatakan telah jatuh talak satu pada istrinya itu. Dan kenyataan yang semakin membuatnya kecewa adalah, istrinya itu tidak pernah mencintainya bahkan biar sebesar biji sawi.

"Jadi benar? Selama ini dia memang nggak pernah ada rasa padaku," desisnya dengan perasaan kalut dan kecewa.

...💔****************💔...

Jangan lupa masukkan sebagai favorit ya 🙏 Bantu like dan vote setidaknya readers terkasih telah membantu ikut mempromosikan karya author. Terima kasih ... 🙏☺️😘

1
Tuti irfan
Luar biasa
Thewie
laki2 anjing gayanya menyesal,khilaf..keparat kau close. tutup ajalah kau kayak namamu
Juniati Juniati
😭😭😭😭
Thewie
kok ada bawang merahnya Thor 😭😭😭😭
ay Susie
piye tow kiiiihhhhh
Surati
bagus
Epifania R
biarkan saja dia sekalian masuk RSJ
Epifania R
semoga azzura bahagia
Epifania R
jangan mau zu
Epifania R
rasaakan
Epifania R
lanjut
Epifania R
siapa yang datang
Epifania R
makin penasaran
Epifania R
massa mau saingan sama anak sendiri
Epifania R
mau kemana zurra
Epifania R
😭😭😭😭😭
Epifania R
😭😭😭
Epifania R
maaf tiada guna
Epifania R
😭😭
Epifania R
taunya cuman menebak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!