NovelToon NovelToon
SUARA UNTUK DILARA

SUARA UNTUK DILARA

Status: tamat
Genre:Tamat / Cinta Seiring Waktu / Identitas Tersembunyi
Popularitas:613.1k
Nilai: 5
Nama Author: Mommy Qiev

Keberanian Dila, seorang gadis tunarungu yang menolong pria tua penuh luka, membawanya pada nasib cinta bagai Cinderella untuk seorang anak pungut sepertinya.

Tuduhan, makian, cacian pedas Ezra Qavi, CEO perusahaan jasa Architects terpandang, sang duda tampan nan angkuh yang terpaksa menikahinya. Tak serta merta menumbuhkan kebencian di hati Dilara Huwaida.

"Kapan suara itu melembut untukku?" batinnya luka meski telinga tak mendengar.

Mampukah Dila bertahan menjadi menantu mahkota? Akankah hadir sosok pria pelindung disekitarnya? Dan Apakah Dila mempunyai cerita masa lalu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Qiev, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 29. AWAL JUMPA DIA

Pukul 22.00, apartement ezra, PIK Tower.

Biiiiipp.

Suara pintu apart terbuka, disusul obrolan kedua pria masuk ke dalam ruangan.

"Malam, Nyonya," sapa Rolex saat melihat Dilara masih mengerjakan sesuatu di depan laptop sambil duduk di lantai ruang tamu.

"Ko kamu di sini?" tanya Ezra heran mengapa dia belum tidur.

Dila hanya menunjuk pada laptopnya yang masih menyala. Dan Ezra membalas dengan mengendikkan bahu sambil lalu.

"Selamat malam." Dila membuka kedua telapak tangannya menghadap bawah, lalu ditautkan membentuk kepalan mirip gerakan memohon doa, disambung dengan tapak tangan kanan yang kembali ia buka lalu menutup ke arah bawah, sebagai isyarat malam.

Rolex membungkuk padanya sebelum mengikuti Ezra.

(Ada gambaran ga? mommy kesulitan menjelaskan dengan kata, haha)

Nona, maaf aku lupa. Guru bahasa isyarat untuk Anda.

Gadis itu lalu menulis sesuatu di catatan miliknya. Mengejar Rolex yang baru saja menutup pintu.

Tok. Tok.

Sang Aspri kembali membuka pintu ruang kerja Ezra dan melihat Nyonya kecilnya menyerahkan sesuatu.

"Untuk Tuan Muda?" tanya Rolex, yang hanya di angguki oleh Dila.

"Silakan masuk, Nyonya," Rolex menyingkir dari pintu.

"Kenapa? minta apa lagi?" tanya Ezra saat melihat Dilara masuk dalam ruang kerjanya.

"Ini Bos," Rolex menyerahkan kertas catatan dari Dila.

Ezra membaca tulisan itu dengan wajah heran.

"Kamu sakit?" tanya Ezra memindai penampilan Dila yang hanya mengenakan setelan piyama panjang warna coklat tua bermotif teddy bear dengan hijab senada.

Dila mengangguk.

"Aku tidak enak badan, sejak tiba di sini dan belum kunjung membaik." Dilara menulis kembali lalu menunjukkan pada Ezra.

"Aku gak bohong, kan emang kondisi badanku begitu. Terutama karena tidak dapat mendengar," ucap Dila dalam hati.

"Pergilah," jawabnya tanpa bertanya apapun.

"Terimakasih banyak." Tulis Dila kembali, dan langsung meninggalkan ruangan.

Setelah pintu tertutup.

Rolex teringat kembali perihal apakah sang Nyonya kecil mempunyai uang atau tidak, dia pun ikut cemas.

"Bos, aku haus. Anda mau kopi?" tanya Rolex sebelum keluar ruangan hendak menyusul Dila.

"Boleh dan lekas kembali. Tugasmu banyak untuk esok hari dan aku harus lembur malam ini," sahutnya tanpa melihat Rolex.

Ezra melepaskan jas yang dia kenakan dan menyampirkan pada kursi kebesaran saat Rolex keluar.

"Nyonya , Anda sakit apa? sudah daftar ke dokter? punya uang?" Rolex menulis pada catatan miliknya, diserahkan pada Dila yang sedang membereskan semua peralatannya dari atas meja.

"Aku ke dapur dulu," ucap Rolex saat Dila melihat ke arahnya.

"Sudah daftar baru saja. Aku ada uang, Anda tak perlu risau, Tuan Rolex. Terimakasih." Dila membalas tepat dibawah kalimat Rolex.

Setelah memberikan jawabannya, sang Nyonya Muda pun bangkit melangkah. Meletakkan kertas itu di meja makan saat ia melintasi dapur hendak menuju kamarnya.

Rolex hanya memandang punggung gadis itu dalam diam. Sambil menunggu rebusan air, ia pun meraih kertas yang Dila letakkan di atas meja.

"Dia punya uang? darimana?" gumam Rolex. Lamunannya buyar saat mendengar bunyi mesin, tanda air sudah mendidih.

"Sh-itt, aku lupa menanyakan nomer ponselnya." Rolex menghampiri kamar Dila, menyelipkan kertas dari bawah pintu lalu mengetuknya pelan.

Tak lama, kertas balasan keluar dari celah yang sama.

"Aku minta nomer Kak Velma dahulu. Baru aku bagi punyaku," Rolex membaca tulisan Dila.

Sementara dari dalam kamar, Dilara tak kuasa menahan senyum. Hingga kertas miliknya kembali.

Gadis itu dengan cekatan mencatat nomer ponsel Velma. Lalu mematikan lampu kamarnya setelah menyelipkan kembali kertas catatan baru di celah pintu bagian bawah.

"Aku di bodohi gadis abege," keluh Rolex saat melihat lampu kamar Dila telah padam seiring balasan untuknya.

"Terimakasih, selamat istirahat ... ckck, nomor ponsel Anda mana? begini doank, apa-apaan ini Nona?" sungut Rolex kesal meninggalkan lorong kamar Dila menuju dapur lalu membawa dua cangkir kopi kembali ke ruang kerja.

Entah keduanya tidur pukul berapa, yang jelas saat Dila keluar kamar hendak tahajud. Ia melihat Rolex telah terkapar di sofa ruang tengah.

Keesokan Pagi, Ba'da subuh.

Istri Tuan Muda El Qavi diam-diam menyiapkan sarapan untuk suami dan asistennya, sebelum mereka bangun. Bahkan Bi Inah kali ini tak Dila libatkan.

"Udah di microwave, agar tetap hangat. Aku siap-siap dzikir pagi dulu," gumam Dila setelah menu croissant with cheese and parsley dia siapkan.

"Bi, nanti tolong seduhkan ya kopinya." Dila menyelipkan catatan di atas dua cangkir kopi yang telah dia racik.

Sebelum meninggalkan pantry, gadis ayu itu melihat kembali hasil kerjanya dan tersenyum puas.

Tepat sesaat Dilara masuk ke kamar, Bi Inah keluar menuju pantry. Dirinya terkejut kala mendapati dua menu telah siap lengkap dengan catatan juga racikan kopi hasil tangan sang majikan.

"Rajinnya," lirih Bi Inah.

Saat sarapan.

Kedua pria maskulin telah berada di meja makan, disusul oleh Dila yang hanya membawa satu piring dengan apel ditangan kanannya.

Ezra tak memedulikan keberadaan wanita yang duduk jauh dari sisinya. Mereka berdua seperti tidak saling mengenal, bahkan Rolex menjadi rikuh atas situasi di sana.

Sesi sarapan horor pun usai. Dila bangkit saat Ezra akan pergi, tak patah arang, ia kembali mengulurkan tangannya meminta salim. Meski kejadian serupa terulang, Ezra tetap mengabaikannya.

Tak ingin ambil pusing, gadis itu melanjutkan sarapan lalu di menit berikutnya ia pamit pada Bibi hendak ke rumah sakit.

Mobil Ezra keluar basement tepat saat Dila mencapai lobby gedung. Rolex yang melihatnya sempat akan berhenti namun Ezra cegah.

Satu jam kemudian, Rumah sakit.

Sudah hampir tiga puluh menit Dilara menjalani test pendengaran.

"Hasilnya besok akan di bacakan, atas serangkaian test yang Nona lakukan tadi," ujar dokter menjelaskan.

Dilara mengerti, ia pun keluar dari ruangan dokter dengan membawa sejumput harapan.

"Semoga hasilnya baik, aku dapat mendengar dan uang yang ku punya cukup untuk membeli alat," gumam Dila.

Gubrak.

Dila melihat seorang pria muda di kursi roda jatuh menabrak dinding. Nampaknya ia hendak menuju lift.

Gadis itu berlari, memohon bantuan suster yang melintas untuk menolong sang korban.

"Maaf merepotkan," ucapnya saat telah berhasil duduk kembali diatas kursi roda miliknya.

"Tidak Pak, hati-hati. Apakah Anda sendiri?" tanya suster pria.

"Aku dengan maid, namun karena jenuh, aku ingin jalan-jalan," ujarnya lagi.

Suster pria pun menasehati, setelah memastikan pria ini baik saja, Dilara dan suster melangkah pergi.

Grep. Lengan Dila di cekal.

Nyonya muda El Qavi terkejut, ia menghempas paksa cekalan pria di kursi roda.

"Maaf, bukan mahram." Dila mengeluarkan catatan dari tasnya dan menulis.

"Maaf, bisa tolong antar aku ke lobby? aku mual bau obat disini," pintanya bicara perlahan.

"Maid Anda?" Tulis Dila kembali.

"Entah, please. Kamu mau turun juga kan?" tanya sang pria.

Dila hanya mengangguk. Menghela nafas panjang sebelum mendorong kursi roda itu masuk ke lift.

Tak ada percakapan di sana. Dila melepaskan gagang pegangan kursi roda itu saat di dalam lift.

"Ada keluarga pasien lain, untunglah tidak berdua," gumam Dila dalam hati.

Ting. Suara lift terbuka.

"Tuan Muda," suara pria dan wanita menghampiri Dila yang baru saja mendorong kursi roda sang pria asing keluar.

Dila melepaskan pegangannya. Lalu membungkukkan badan sebelum meninggalkan pria itu.

"Terimakasih," ucap sang pria yang di angguki Dila.

"Dilara, tunggu aku," lirihnya menyertai langkah gadis itu pergi.

.

.

...________________________...

...Yang manis tapi bukan gula 😌...

1
Novie Achadini
pd bermusuhan ya
Novie Achadini
cheryl mati
Novie Achadini
ceritanya bagus pelajaran agama nta subhanallah jadi belajar dr sini
Novie Achadini
lope lope rokex
Novie Achadini
dilara salah jg
Novie Achadini
jagat nuh anaknta sanjaya
Novie Achadini
dilara anak sanjata
Novie Achadini
iya noh nggak ngerti siapa yv disiksa masalah nta apa
Novie Achadini
apaan sih? siapa yg mau dilenyapkan? adik kecil siapa?
Novie Achadini
pebinor sakit jiwa
Istiqomah
luar biasa/Good//Good/
Sumintiari Widiastuti
Luar biasa
Novie Achadini
karya mimny luar biasa penyampauan agama bta bagua bgt.makin sukses ya mommy
Nay Nayla
nicee
sakura
...
🪱ᵘᵄᵟᵘᵎᵓᵄᵓ𝐀⃝🥀🍾⃝ᴄʜͩᴀᷞɪͧʀᷠᴀ
LUAR BIASA⭐⭐⭐⭐⭐
𝕮𝖎ҋ𝖙𝖆 ℝ𝔸 ᴄʜᴀɪʀᴀ
luar biasa
⭐⭐⭐⭐⭐
Ummu Ayyas
MasyaaAllah luar biasa muantap
Ummu Ayyas
MasyaaAllah 😭😭😭
Ummu Ayyas
MasyaaAllah terharu ayah emery 😢😢
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!