Alvia Alianza, wanita yang sudah menjalani kehidupan rumah tangga selama satu tahun. Ia menikah dengan Bintang Askara. Pemuda tampan yang membuat para wanita selalu mengejarnya.
Namun pernikahannya bukanlah pernikahan yang di idamkan oleh setiap wanita.
Karena pernikahannya hanyalah sebuah tameng untuk menutupi hubungan Bintang dan kekasihnya.
Bintang telah membayarnya untuk menikah dengannya selama satu setengah tahun ke depan. Karena orang tuanya tidak menyetujui hubungannya dengan kekasihnya.
Bagaimana kisah kehidupan Via selanjutnya? ikuti terus ceritanya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rima Andriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 29
Via berjalan dengan begitu cepatnya. Yang ada di pikirannya saat ini hanyalah ibunya. Ia terus berjalan dan akhirnya ia pun sampai di depan ruang rawat ibunya.
Di depan pintu ruangan itu, nampak Bu Lastri yang sedang menunggu dengan raut wajah yang begitu cemas. Via menghampirinya.
"Bik Lastri, bagaimana keadaan ibuku saat ini?"
Bu Lastri menoleh ke arah Via. Lalu ia segera memeluk Via.
"Via, ibumu kritis. Dokter sedang menanganinya di dalam. Kamu yang sabar ya," ucap Bu Lastri sendu.
"Bagaimana ibu bisa kritis bik? Bukankah sebelumnya kondisi ibu sudah stabil?" Via seakan tak terima dengan kondisi ibunya yang tiba-tiba saja menjadi kritis. Air matanya mulai membasahi pipinya.
"Bibi juga tidak tahu Via. Tadi bibi hanya meninggalkan ibumu untuk makan siang sebentar. Saat bibi kembali, bibi melihat ada seorang wanita paruh baya keluar dari ruang rawat ibu mu. Di saat bibi memanggilnya, wanita itu malah pergi dengan cepat. Dan tiba-tiba saja ibu mu menjadi kolaps. Maafkan bibi Via." Bu Lastri menangis menceritakannya. Ia merasa yang terjadi kepada ibu Via, karena keteledorannya. Hingga ia pun menyesalinya.
Via menjadi diam, tangannya berusaha mengusap air matanya. Ia dapat menebak siapa wanita paruh baya yang Bu Lastri ceritakan.
Dokter keluar dari ruang rawat Bu Lilis, ibunya Via.
"Bagaimana keadaan ibu Saya Dok?" tanya Via menghampiri sang dokter.
Dokter itu nampak menghela nafasnya. Lalu ia sedikit menyunggingkan senyumnya.
"Ibu Anda sudah melewati masa kritisnya.
Untung saja segera di tangani. Saya sarankan agar jangan membuat pembicaraan yang dapat merangsang kenangan buruk pasien. Karena itu akan sangat berpengaruh pada pasien.
***
Ucapan dokter masih terngiang-ngiang di telinga Via. Kini ia sedang dalam perjalanan menuju ke rumah ayahnya.
Via yakin bahwa wanita yang di maksud oleh Bu Lastri adalah Rosita, istri kedua ayahnya.
Via tidak terima bila wanita itu kembali mengganggu ketenangannya. "Wanita ular itu sudah merebut ayah dariku dan ibu. Sekarang dia mau membuat celaka ibuku, dan itu tidak akan pernah kubiarkan terjadi!" sungut Via.
Taksi yang Via tumpangi kini sampai di depan gerbang rumah ayahnya. Via segera beranjak. Melangkahkan kakinya dengan cepat. Ia sudah tidak sabar lagi untuk memaki wanita ular itu.
Via melihat pos satpam kosong. Ia segera masuk kedalam.
Tangannya menggedor pintu depan rumah ayahnya. Ia sudah sangat marah saat ini.
"Keluar Kau wanita ular...! Hadapi Aku! Kau sudah merebut seluruh kebahagiaan ku. Apa Kau belum puas huh!" Via terus saja berteriak.
Pintu itu mulai terbuka. Ternyata Ayahnya yang muncul dari balik pintu itu.
"Via, untuk apa Kau kemari dengan berteriak seperti itu!? Kau itu anak gadis. Apa ibumu tidak pernah mengajarkan kesopanan padamu," bentak Johan.
Di belakang Johan lalu muncul Rosita.
"Ada apa Via, Kau datang kemari nak?" Rosita berkata dengan lembut. Namun itu hanya dibuat-buat saja olehnya. Ia mulai memainkan dramanya di depan suaminya.
"Ck, Kau sungguh munafik!" cibir Via.
"Via, jaga batasan mu! Dia adalah ibu tirimu. Kau harus menghormatinya!" Johan memperingatkan Via.
Namun Via menatap kedua orang di depannya itu dengan tatapan kebencian. Ayah yang sudah meninggalkannya. Dan seorang pelakor munafik.
"Menjaga batasan dari apa, Tuan Johan! Bukankah Kau tidak mengakui ku sebagai darah dagingmu? Kalian sama-sama munafiknya!" Via menatap tajam ke arah keduanya. Rasanya kebencian Via terus terpupuk.
Johan begitu marah dengan Via. Ia tidak menyangka Via akan menjadi gadis yang begitu urakan. Berbeda saat dulu dia merawatnya ketika Via kecil. Via begitu manis dan sangat penurut.
"Sudahlah mas, Via mungkin sedang tidak baik-baik saat ini. Sebenarnya ada apa Kau datang kemari nak? Apa ada yang penting?" Rosita kembali berpura-pura lembut.
"Tidak usah berpura-pura tidak tahu seperti itu! Aku tahu bahwa Kau yang datang ke rumah sakit tadi. Apa Kau tahu akibat dari perbuatan mu itu!? Kau sudah membuat ibuku kritis. Itu karena Kau!" Via menunjuk Rosita dengan marah dan geram.
***