NovelToon NovelToon
Bayang Dibalik Jejak

Bayang Dibalik Jejak

Status: tamat
Genre:Horor / Tamat
Popularitas:599
Nilai: 5
Nama Author: Zylan Rahrezi

Deskripsi Novel: "Bayang di Balik Jejak"

Di kota kecil Rivermoor yang diselimuti kabut, sebuah rumah tua bernama Rumah Holloway menyimpan rahasia kelam yang tidak pernah terungkap. Sejak pembunuhan brutal bertahun-tahun lalu, rumah itu menjadi simbol ketakutan dan misteri. Ketika Detektif Elena Marsh, yang penuh ambisi dan bayangan masa lalu, ditugaskan untuk menyelidiki kembali kasus tersebut, dia segera menyadari bahwa ini bukan sekadar pembunuhan biasa.

Jejak-jejak misterius membawanya ke dalam jaringan ritual gelap dan pembunuhan berantai yang melibatkan seluruh kota. Setiap langkah yang diambilnya memperdalam keterlibatannya dengan sesuatu yang lebih jahat daripada yang pernah ia bayangkan. Namun, ancaman terbesar justru datang dari bayang-bayang yang tak kasatmata—dan nama Elena ada di daftar korban berikutnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zylan Rahrezi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

KOTA YANG TAK PERNAH TIDUR

Udara di dalam Black Hollow terasa berbeda. Lebih dingin, lebih berat. Hening yang menyelimuti tempat itu membuat setiap langkah mereka terdengar nyaring, seperti gema yang tidak pernah berakhir. Elena menggenggam erat pisau kecil di tangannya, sementara Liam memimpin di depan dengan obor yang dia nyalakan dari rumah Edward.

“Liam,” Elena berbisik. “Apakah ini benar-benar hanya desa yang ditinggalkan?”

Liam berhenti sejenak, menatap ke sekeliling. “Dulu mungkin begitu. Tapi sekarang, ini lebih dari itu. Black Hollow adalah perangkap waktu. Segala sesuatu yang masuk… jarang keluar.”

Elena menelan ludah. “Dan kita?”

“Kita akan keluar,” Liam menjawab dengan keyakinan yang tidak sepenuhnya meyakinkan dirinya sendiri. “Asal kita temukan artefak itu sebelum mereka menemukan kita.”

Mereka melanjutkan perjalanan, melewati pohon-pohon mati yang berdiri seperti penjaga bisu. Setiap langkah membawa mereka lebih dalam ke kegelapan, dan Elena mulai merasa bahwa mereka diawasi.

---

Tanda Kehidupan

Mereka akhirnya tiba di pusat desa. Bangunan-bangunan tua berdiri seperti bayangan masa lalu, dinding-dindingnya retak dan atap-atapnya runtuh sebagian. Namun, ada sesuatu yang aneh. Di tengah-tengah desa, terdapat sebuah rumah yang masih utuh. Lampunya menyala, dan pintunya sedikit terbuka, seolah-olah mengundang mereka masuk.

“Ini tidak mungkin,” gumam Elena. “Bagaimana rumah ini bisa utuh?”

Liam mengerutkan kening. “Ini jebakan.”

“Tapi kita tidak punya pilihan lain, kan?” Elena menatap Liam dengan ragu.

Liam menghela napas. “Tidak, kita tidak punya.”

Mereka mendekati rumah itu dengan hati-hati. Liam membuka pintu perlahan, dan mereka melangkah masuk ke dalam ruangan yang dipenuhi dengan aroma kayu bakar. Di dalam, sebuah perapian menyala dengan api kecil, dan di meja kayu, ada makanan yang tampak baru saja disiapkan.

“Siapa yang tinggal di sini?” bisik Elena.

Tiba-tiba, pintu di ujung ruangan terbuka, dan seorang wanita tua muncul. Matanya yang tajam menatap mereka tanpa ekspresi. “Kalian terlambat,” katanya dengan suara datar.

Elena dan Liam saling bertukar pandang, bingung.

“Terlambat untuk apa?” tanya Liam akhirnya.

Wanita itu tersenyum tipis, tetapi senyumnya tidak ramah. “Untuk menyelamatkan diri kalian sendiri.”

---

Bayangan Masa Lalu

Wanita itu bergerak dengan gesit ke arah perapian, menambahkan kayu bakar. “Kalian mencari artefak, bukan?”

Liam mengangguk perlahan. “Ya. Di mana kami bisa menemukannya?”

Wanita itu tertawa kecil, suara tawanya seperti derak kayu tua. “Artefak itu tidak bisa ditemukan. Kalian harus dipilih olehnya.”

Elena merasa merinding. “Dipilih?”

Wanita itu menatap Elena dengan intens. “Hanya yang siap mengorbankan segalanya yang bisa membawa artefak keluar dari tempat ini. Apakah kalian siap untuk itu?”

Liam mengangguk tanpa ragu. “Kami siap.”

Wanita itu mengangguk pelan, lalu menunjuk ke sebuah pintu lain di sisi ruangan. “Masuklah ke sana. Di balik pintu itu, kalian akan menemukan jawaban.”

---

Ujian Terakhir

Mereka melangkah melewati pintu itu dan menemukan diri mereka di sebuah lorong panjang yang dipenuhi cermin di kedua sisinya. Setiap cermin menampilkan bayangan mereka, tetapi dengan sedikit perbedaan. Beberapa cermin menunjukkan mereka dalam keadaan terluka, sementara yang lain menunjukkan versi mereka yang lebih tua dan lelah.

“Elena,” bisik Liam. “Jangan percaya apa yang kamu lihat di sini.”

Elena mengangguk, mencoba mengabaikan bayangan-bayangan yang semakin aneh. Beberapa cermin mulai memantulkan sosok-sosok lain—orang-orang yang seharusnya tidak ada di sana. Elena melihat ibunya, tersenyum dari dalam salah satu cermin.

“Tidak mungkin…” Elena berhenti sejenak, merasa dadanya sesak.

“Elena! Fokus!” Liam menarik tangannya, membawanya kembali ke kenyataan.

Akhirnya, mereka tiba di ujung lorong. Di sana, sebuah pintu besar dengan ukiran rumit berdiri tegak. Liam mendorong pintu itu terbuka, dan mereka menemukan diri mereka di sebuah ruangan bundar yang hanya diterangi oleh cahaya dari sebuah pedang yang tertancap di tengah lantai.

“Itu dia,” bisik Liam. “Artefaknya.”

Elena melangkah maju, tetapi suara wanita tua itu kembali terdengar, entah dari mana. “Ingatlah, hanya yang siap mengorbankan segalanya yang bisa mengambilnya.”

Liam menatap Elena dengan tatapan penuh arti. “Aku akan melakukannya.”

“Tunggu, Liam!” Elena mencoba menghentikannya, tetapi Liam sudah melangkah ke depan, meraih pedang itu dengan kedua tangannya.

---

Korban yang Tak Terhindarkan

Begitu Liam menyentuh pedang, ruangan itu bergetar hebat. Cahaya putih menyelimuti mereka, dan suara-suara aneh memenuhi udara. Elena melihat Liam berteriak tanpa suara, tubuhnya mulai memudar seperti bayangan yang tertelan cahaya.

“Liam!” Elena berlari ke arahnya, tetapi dia terlambat. Liam menghilang, meninggalkan pedang itu di tangannya.

Suasana hening kembali, dan Elena terjatuh ke lantai, memeluk pedang itu dengan air mata mengalir di pipinya.

“Dia sudah melakukan bagiannya,” suara wanita tua itu kembali terdengar. “Sekarang, giliranmu untuk menyelesaikan apa yang dia mulai.”

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!