Hana, sosok istri bertubuh gendut terpaksa harus menelan pil pahit saat suaminya melemparkan sebuah surat perceraian tepat mengenai wajahnya.
Ternyata menjadi sosok istri baik dan penurut saja tak membuat Bagas merasa bangga. Nyatanya, Hana harus menerima kenyataan bahwa suaminya berselingkuh dengan sang adik tiri lantaran tubuhnya sudah tak semolek dulu lagi.
Tiga tahun pasca kejadian itu, Hana datang kembali dengan penampilan fantastis dan juga drastis. Inilah saatnya ia mengacaukan hidup Bagas dan si Adik tirinya yang tak berperasaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adinasya mahila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29 : Berharap Disiram
Met ngabubuREAD geng
_
_
Beberapa menit sebelumnya,
Hana melangkahkan kaki masuk ke resto tempatnya bertemu Dinar dengan gaya elegan. Ia menggerai rambut dan membawa sebuah clutch berwarna merah menyala. Penampilannya tak main-main, sudah bisa disandingkan dengan artis ibu kota. Hana bahkan duduk dengan pelan sembari menyematkan helaian rambut ke belakang telinga, dia tak menyangka kalau Dinar datang lebih dulu dibanding dirinya.
“Maaf saya terlambat,” ucap Hana sopan. Ia meletakkan clutch di atas meja dan sukses membuat Dinar melirik untuk melihat barang branded itu.
“Dia punya selera juga, clutch kremes edisi apa itu? kenapa aku tidak tahu?” gumam Dinar di dalam hati sambil memindai tas sekretaris Kelana - yang digadang akan menjadi menantunya itu.
“Ayo minta aku untuk meninggalkan Kelana! Tawarkan aku uang dua miliar! dengan segenap jiwa raga, aku rela disiram dengan air! jangankan satu gelas, seember pun tak masalah, aku sudah siap-siap dengan memakai maskara, lipstick, bahkan bedak anti air.”
Hana bermonolog. Meski ingin tersenyum tapi dia berusaha menahannya. Hana sadar tidak boleh bersikap aneh di depan Dinar atau wanita itu akan curiga.
Dinar mengangkat gelas dan Hana pun berpikir saatnya sudah tiba, dia bersiap, dia yakin menjadi satu-satunya wanita di dunia - yang akan disiram air dengan penuh gaya. Hana berniat mengibaskan rambut bak bintang iklan shampo setelah Dinar menyiramnya nanti.
Namun, sayang Hana harus kecewa, Dinar malah menenggak air yang ada di dalam gelas lalu berkata, “Satu bulan ini aku akan membantumu agar layak mendampingi Kelana.”
“Hah … ma-ma-maksud Anda?”
Diluar perkiraan, Dinar malah berkata akan membantu. Hana pun cengo, sosoknya yang keren beberapa detik yang lalu menguap bersamaan dengan tingkahnya, wanita itu menggaruk telinga dan merapatkan diri ke meja.
“Membantu saya? bukankah Anda tidak merestui kami?” tanya Hana bingung, dia tidak siap dengan kenyataan ini.
Hana sudah berharap tinggi mendapat uang, yang jauh lebih banyak dari Dinar.
“Masih ada tiga minggu yang artinya ada tiga hari Sabtu dan tiga hari Minggu, aku sudah menyiapkan beberapa guru, mereka akan menghubungimu dan belajarlah dengan baik.”
“Bu!”
Hana tak bisa membantah ucapan Dinar, dia malah memegang pipi karena teringat tamparan tangan ibunda Kelana ini saat pertama kali mereka bertemu.
Dinar pun menatap dengan ekor mata, dia tahu Hana pasti menganggapnya galak dan suka main tangan, tapi sebenarnya sebelum kejadian penamparan itu, dia baru saja berkumpul dengan geng sosialitanya dan diolok-olok oleh Tata. Adiknya itu bahkan mengabarkan pernikahan sang putra di sana seolah sengaja, hal itu lah yang membuat Dinar kesal, dia pun naik pitam saat Hana yang baru pertama kali bekerja melarangnya masuk menemui Kelana.
“Aku minta maaf soal menamparmu waktu itu, kalau kamu masih tidak bisa melupakan kejadian itu, kamu bisa datang ke psikolog, psikiater atau ikut hipnoterapi, berikan saja tagihannya padaku. Aku akan membayar biayanya,” ucap Dinar panjang lebar.
Hana masih terbengong. Ia bingung, dia tidak siap dengan hal ini. Mungkinkah dia memang harus berakhir menikah dengan Kelana? Akankah dia merelakan hidupnya selama setahun untuk mendengar pria itu mengomel dan menjadi mantu Dinar yang sangat dia takuti.
“Dan untuk statusmu yang janda, tolong tidak perlu disebar-sebarkan. Biarkan yang tahu tetap tahu, dan yang tidak tahu tidak perlu diberi tahu.”
“Apa status saya yang janda menjadi aib bagi Anda?” tanya Hana yang sudah bisa menguasai pikirannya. Ekspresi wajahnya berubah dan membuat Dinar tak enak hati.
“Bukan begitu maksudku – “
“Tidak apa-apa, tapi setidaknya saya janda terhormat.” Hana melukis senyum, dia berpikir tidak perlu mengambil hati.
Namun, Dinar yang melihat menjadi sedikit takut, posisinya juga tidak enak, jika sampai Hana tersinggung dan berubah pikiran, bukankah dia juga akan rugi dan terkena masalah? bisa-bisa dia dimarahi habis-habisan oleh Ayu.
“Ya, aku tahu kamu bercerai karena suamimu berselingkuh ‘kan?” tanya Dinar, dia memang sudah mendapatkan informasi itu dari sang mama.
“Tidak, saya diceraikan karena gendut,” jawab Hana.
“Apa? apa aku tidak salah dengar?”
Dinar mengedip berulang, alasan diceraikan karena gendut yang terlontar dari lisan Hana adalah alasan paling menyakitkan yang pernah dia dengar seumur hidupnya.
“Mustahil! Mana ada pria yang menceraikan istrinya karena gendut?” Dinar tertawa bego. “Itu menikahnya pasti tidak dengan cinta tapi nafsu.”
“Memang, saya pikir juga begitu. Mantan suami saya mau menikahi saya hanya karena nafsu. Tak lama setelah bertemu wanita yang lebih seksi dan cantik, dia menceraikan saya,” jawab Hana masih dengan senyuman di bibir.
“Malang sekali nasibmu,” cicit Dinar, meski pelan tapi Hana bisa mendengarnya dengan jelas.
“Lebih malang jika aku harus menikah dengan Pak Kelana, aku pasti dijadikan bulan-bulanan olehnya. Di kantor aku sekretarisnya, di rumah dan di ranjang pun aku pasti akan dijadikan sekretarisnya.”
“Eh … “ Hana menutup mulut setelah bergumam di dalam hati. Bagaimana bisa memikirkan ranjang?
_
_
_
_
Bagaimana? 🤣
tidak ada pembenaran untuk perselingkuhan, alasannya hanya satu yaitu nafsu, nafsu ingin memiliki yang lebih dari apa yang sudah mereka miliki. l