"Anda memang istriku,tapi ingat....hanya di atas kertas, jadi jaga batasan Anda"
" baik.... begitu pun dengan anda, tolong jangan campuri urusan saya juga, apapun yang saya lakukan asal tidak merusak nama baik keluarga anda, tolong jangan hentikan saya"
bismillahirrahmanirrahim...
hadir lagi... si wanita lemah lembut, baik hatinya , baik adabnya , baik ucapnya....tapi ingat, Hanya untuk orang-orang yang baik padanya, apalagi pada keluarga nya...
Rukayyah... gadis bercadar yang menutupi seluruh tubuhnya dengan kain kebesaran serta berwarna hitam, bahkan hanya kedua matanya saja yang terlihat.... terpaksa harus menerima perjodohan, karena wasiat kakeknya dulu, dan memang di lingkungan pesantren semua saudaranya menikah karena di jodohkan...hanya kakak laki-lakinya yang paling lembut hatinya mencari sendiri jodoh nya, siapa lagi kalau bukan Yusuf dan Zora....
nantikan kisah selanjutnya, semoga sukaaaa...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Marina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
pertemuan pertama.
Siang itu, suasana di kediaman Kyai Rahman terasa tegang. Semua sudah dipersiapkan untuk menyambut rombongan Hilman. Namun, kedatangan mereka jauh dari ekspektasi Kyai Rahman yang mengharapkan rombongan besar sesuai status keluarga Hilman Effendi.
Hanya dua mobil mewah yang memasuki gerbang Pesantren. Mobil pertama adalah Supercar hitam mengkilap yang dikendarai sendiri oleh Hilman. Mobil kedua, sebuah sedan mewah dengan sopir, membawa ayahnya, Faisal, ibu tirinya, Selena, dan adik tirinya, Patricia.
Hilman yang turun dari mobil Supercar-nya, tampak tampan namun dingin. Ia mengenakan pakaian yang rapi, tetapi auranya berbeda jauh dengan kehangatan Yusuf.
Selena, ibu tiri Hilman, adalah wanita berparas cantik yang berbusana sangat modis... Mereka hanya memakai pakaian serba panjang dan pashmina yang hanya tertengger di kepalanya, dan lehernya masih terlihat....Namun, wajahnya menunjukkan keangkuhan yang tak tertahankan.
Saat ia keluar dari mobil, ia segera menyipitkan mata, memandang remeh penduduk desa yang berkumpul di pinggir jalan dengan rasa penasaran. Ia mengibaskan tangannya, seolah jijik dengan debu dan kesederhanaan lingkungan Pesantren.
Selena Berbisik sinis pada Faisal "Sungguh membuang waktu. Aku tidak percaya kita harus datang ke tempat kumuh seperti ini hanya karena wasiat kuno."
" jaga sikapmu Selena" balas tuan Faisal menatap dingin istrinya.
Keluarga Faisal disambut di teras rumah Kyai Rahman, di mana Zora dan Yusuf duduk mendampingi Kyai dan Ibu Nyai.
Saat mata Faisal, Selena, dan Patricia tertuju pada Zora, mereka semua terkejut hebat. Zora adalah bagian dari lingkaran sosial mereka di kota ,seorang sosialita terkenal.
Selena Hampir tidak percaya, berbisik sangat keras kepada Faisa "Faisal, bukankah itu... Zora Atmaja? Mantan Ratu Pesta di kota ?"
Tetapi, kejutan terbesar mereka adalah keadaan Zora saat ini. Zora duduk di samping Ustadz Yusuf dengan perut yang sudah membesar, jelas-jelas sedang hamil memasuki bulan ketujuh.
Patricia Tersentak "Kak Hilman! Itu Zora! Dan dia... dia menikah dengan Ustadz di sini? Dan dia hamil?!, pantas saja Sudah lama tidak melihat Zora, ternyata berada di sini
Wajah Hilman, yang semula tenang, kini terlihat sedikit kaku. Perjodohan wasiat yang seharusnya formal mendadak terasa sangat pribadi dan rumit, karena rupanya dunia Pesantren Yusuf dan dunia elite Jakarta Zora telah lebih dulu bertemu....
" Assalamualaikum...?" ucap tuan Faisal mewakili keluarga nya , sebelum masuk ke dalam rumah.
Yusuf berdiri untuk menyambut kedatangan tamu" Waalaikumsalam, selamat datang tuan dan nyonya " jawab Yusuf tersenyum sopan. Sedangkan Patricia tidak bisa berkedip melihat ketampanan Yusuf yang paripurna,bahkan suaranya begitu teduh dan lembut. Lalu menyalimi tangan Faisal serta Hilman, saat Patricia mengangkat tangan nya, Yusuf hanya mengantupkan kedua tangannya.karena bukan mahram.
" selamat datang , Tuan Faisal, Hilman, nyonya Selena dan Patricia" ucap Zora tersenyum....ada sedikit senyum ejekan di sana.
" aku tidak menyangka kalau kita akan jadi keluarga" ucapnya sedikit terkekeh...membuat Bu nyai dan Yusuf menoleh ke arah istrinya...
" saya kenal mereka Bu, mas, mereka adalah rekan bisnis papa, jadi kami sering bertemu" kata Zora menoleh sekilas ke arah ibu dan Suaminya, karena dia tahu ,kedua orang tersebut, penasaran...mengapa dirinya bisa tahu.
" ayo silahkan masuk" ajak Zora sopan membuat para tamunya tersenyum canggung.
Zora langsung menggandeng tangan suaminya dengan mesra karena sedari tadi melihat tatapan Patricia yang curi-curi pandang pada suaminya.
Di tengah keangkuhan Selena dan keterkejutan Hilman, Tuan Faisal menunjukkan sikap yang berbeda. Ia adalah sosok yang ramah dan menghormati tradisi. Faisal mengambil inisiatif untuk memecah keheningan yang canggung.
Tuan Faisal Tersenyum tulus, mengulurkan tangan kepada Kyai Rahman "Assalamualaikum, Kyai Rahman. Lama sekali kita tidak bertemu. Saya Faisal. Maaf kami datang terlambat." ucap Faisal dengan sopan
Kyai Rahman Membalas salam dan uluran tangan dengan hangat "Waalaikumsalam, Tuan Faisal. Ahlan wa sahlan / selamat datang. Silakan masuk, mari kita duduk dengan nyaman."
Faisal memimpin keluarganya masuk, sementara Selena dan Patricia terpaksa mengikuti dengan enggan. Faisal dan Kyai Rahman duduk berhadapan, seolah-olah mengabaikan ketegangan yang diciptakan oleh kehadiran Zora dan sikap Selena.... Mereka duduk lesehan, karena di kediaman kyai Rahman hanya ada permadani besar untuk menyambut para tamunya....
Selena dan Patricia enggan untuk duduk ,tapi mereka terpaksa, karena melihat tatapan Faisal yang dingin ke arah mereka, sedangkan Hilman,hanya cuek dan tetap dingin .
Tuan Faisal segera membuka percakapan dengan mengenang masa lalu.
"Saat melihat Kyai, saya langsung ingat masa kecil kami. Ayah saya dan Ayah Kyai Rahman dulu sering bertemu, dan kami sebagai anak kecil sering ikut bermain di halaman yang sama. Rasanya seperti baru kemarin." ucap Faisal tersenyum....
Kyai Rahman Mengangguk haru "Benar, Tuan Faisal. Persahabatan almarhum ayah kita begitu kuat. Kami berdua adalah saksi hidup ikatan persaudaraan mereka." balas kyai Rahman.
Suasana pun menjadi lebih cair. Mereka saling berbincang hangat, mengenang kenangan lama saat ayah mereka masih hidup.
Mereka kemudian membahas wasiat yang membawa mereka bertemu hari ini.
"Dulu, kami sebagai anak-anak sudah tahu bahwa kakek-kakek kami bercanda, tapi juga serius, bahwa suatu saat kami tidak akan menyangkal takdir untuk menjadi besan. Kami menghormati wasiat itu, Kyai. Hilman adalah cucu tunggal dari Ayah saya, dan kami datang hari ini untuk menunaikannya." tutur Faisal berterus terang, setelah tadi berbincang ringan.
Sikap ramah dan penghormatan Tuan Faisal terhadap wasiat dan tradisi sangat kontras dengan sikap keluarga inti Hilman , Selena dan Patricia, namun itu berhasil mencairkan kebekuan dan membuka jalan bagi proses lamaran Rukayyah.
Tepat setelah percakapan hangat antara Kyai Rahman dan Tuan Faisal mereda, pintu menuju ruang tamu dari belakang terbuka. Rukayyah memasuki ruangan.
Ia tampil sesuai dengan kebiasaannya, mengenakan pakaian serba hitam yang menutup sempurna, hanya menyisakan celah mata yang menunjukkan kecerdasan dan ketenangan.
Rukayyah berjalan dengan langkah yang tenang dan teratur.... Rukayyah terduduk dan jalan pelan menggunakan kedua lututnya untuk mendekat ke arah tamu.Di tangannya, ia membawa nampan berisi jamuan teh, kopi, dan camilan khas Pesantren. Ia melayani para tamu dengan sangat sopan, menunjukkan didikan yang halus dan teratur meskipun ia adalah lulusan luar negeri yang serba modern.
Rukayyah menyajikan minuman satu per satu, mulai dari Tuan Faisal, Kyai Rahman, hingga Zora dan semuanya .Ia tidak berbicara, hanya mengangguk hormat, membiarkan gerakannya yang anggun berbicara...
Patricia dan selena sejak tadi menahan tawanya melihat seorang berpakaian seperti ninja, padahal ini di dunia modern.... sedangkan Hilman masih dingin seperti tadi, meski hatinya bertanya-tanya, siapakah wanita yang barusan memberikan jamuan...
Berbeda dengan Selena dan Patricia, mereka mengira , Rukayyah adalah seorang pelayan.