Siapa sangka niatnya merantau ke kota besar akan membuatnya bertemu dengan tunangan saudara kembarnya sendiri.
Dalam pandangan Adam, Emilia yang berdiri mematung seolah sedang merentangkan tangan memintanya untuk segera memeluknya.
"Aku datang untukmu, Adam."
Begitulah pendengaran Adam di saat Emilia berkata, "Tuan, apa Tuan baik-baik saja?".
Adam segera berdiri lalu mendekat ke arah Emilia. Bukan hanya berdiri bahkan ia sekarang malah memeluk Emilia dengan erat seolah melepas rasa rindu yang sangat menyiksanya.
Lalu bagaimana reaksi tunangan kembaran nya itu saat tau yang ia peluk adalah Emilia?
Bagaimana pula reaksi Emilia diperlakukan seperti itu oleh pria asing yang baru ia temui?
Ikuti terus kisah nya dalam novel "My Name is Emilia".
***
Hai semua 🤗
ini karya pertamaku di NT, dukung aku dengan baca terus kisah nya ya.
Thank you 🤗
ig : @tulisan.jiwaku
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hary As Syifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
29. Dunia Tak Selebar Daun Kelor
Jam menunjukkan pukul 7 malam. Terlihat seorang pria pulang ke apartemen dengan menenteng kantong berisi makanan dan buah-buahan. Saat ia membuka pintu apartemen nya, hanya keheningan yang ia dapatkan.
Pria itu berjalan menuju arah dapur. Meletakkan kantong yang ia bawa di atas meja. Ia membuka jas dan dasinya lalu meletakkan nya di salah satu kursi yang ada di meja makan. Kemudian menggulung lengan kemeja nya sampai sesiku.
Makanan yang dibawanya tadi ia pindahkan ke dalam sebuah mangkuk kaca berwarna putih. Ternyata itu adalah sop daging sapi yang masih hangat. Selanjutnya buah-buahan yang ia bawa dicucinya terlebih dahulu lalu susun di keranjang buah plastik dan ia letakkan di atas meja makan.
Setelah menutup sop nya, ia menyambar jas dan dasinya. Lalu ia pun beranjak dari dapur menuju ke kamarnya.
Ceklek. Pintu kamar dibuka. Didapatinya seorang wanita sedang duduk bersandar di sofa single dengan kaki yang berselunjur sambil menatap jendela kaca panjang yang terbuka. Wanita itu tampak melamun hingga tak sadar sang pria sudah masuk. Tangan nya yang satu mengelus-elus sebuah cincin berlian bermata biru yang dipakainya di jari manis sebelah kiri nya.
“Apa kau hanya akan menghabiskan waktu mu seperti ini?” tanya sang pria yang sudah berdiri tepat di samping dimana wanita itu duduk.
Wanita itu tersadar. Tapi ia tak bereaksi apa-apa. Ia tetap meneruskan aktivitas nya seperti tadi. Bahkan menoleh ke arah pria pun tidak.
“Aku membawakan sup daging untukmu. Makan lah dulu mumpung sup nya masih hangat.” Kata pria itu lagi.
“Nanti saja. Aku belum ingin makan.” Jawab wanita itu singkat tanpa menoleh ke arah pria.
“Jangan egois seperti itu, jangan hanya memikirkan dirimu sendiri. Ayo kita makan bersama.” Ajak pria itu lagi.
“Sudah ku bilang, aku belum ingin makan. Sebaiknya kau mandi saja dulu sana.” Tolak wanita itu lagi.
Pria itu menghela nafas kasar mendapat penolakan seperti itu. Hampir setiap hari mereka selalu saja berdebat hal-hal kecil seperti itu. Kali ini ia tak mau meladeni perdebatan itu lagi, ia memilih untuk mandi saja membersihkan badan nya yang rasanya sudah gerah setelah seharian bekerja.
Sebelum masuk ke kamar mandi yang ada di kamar itu, ia menoleh lagi ke arah wanitanya untuk menanyakan sesuatu yang baru ia ingat.
“Ngomong-ngomong ada sesuatu yang mau aku tanya kan padamu. Apa kau mempunyai saudara kembar yang wajahnya mirip sepertimu?”
Pertanyaan itu berhasil menarik perhatian wanita berambut panjang itu. Ia menurunkan kaki nya ke lantai lalu berdiri menghadap pria itu.
“Apa maksudmu? Jangan bilang kau pernah bertemu dengannya.” Kata wanita itu.
“Jadi benar kau punya saudara kembar?” tanya pria itu lagi.
Wanita itu tak langsung menjawab, tapi dari raut wajahnya bisa disimpulkan bahwa itu benar adanya. Pria itu tertawa melihat ekspresi dari wanita tersebut. Tak ia sangka wanita di depannya itu memiliki kembaran dan tanpa sengaja dia bertemu dengannya.
“Ternyata dunia tak selebar daun kelor. Aku tidak menyangka bisa bertemu dengan saudara kembarmu.”
“Kau jangan bohong padaku, Darius! Emilia tidak mungkin ada di kota ini.”
“Lalu kau pikir bagaimana aku bisa tau kalau kau punya kembaran jika aku tidak bertemu dengan nya?”
Wanita itu pun terdiam. Dia sangat terkejut. Tidak mungkin saudara kembar nya berada di kota yang sama dengan nya. Apa dia sudah pindah ke kota ini? Lalu bagaimana dengan ibunya? Apakah ibunya ikut pindah juga bersama nya?
nana naannananaa