Ditinggalkan di hari pernikahan membuat Abigail, gadis yang memiliki berat badan berlebih memutuskan untuk berubah. Dibantu seorang teman lama yang sudah menyukainya sejak lama, Abigail mewujudkan keinginannya untuk memiliki tubuh ideal tapi sahabat yang dia anggap sebagai sahabat baik, berusaha menghalangi langkahnya. Disaat keinginan itu sudah terwujud, Abigail berubah menjadi gadis cantik dan pada saat itu sang mantan kembali dan ingin memperbaiki hubungan mereka. Akankah Abigail menerima ajakan sang mantan sedangkan secara diam-diam, ada seorang pria yang begitu tulus mencintai dirinya. Antara cinta lama dan cinta baru, yang mana akan dipilih oleh Abigail?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni Juli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 28
Abigail duduk di depan cermin karena saat itu ibunya sedang menjepitkan rambutnya. Walau hanya makan malam saja, dia tidak mau membuat Justin malu dengan penampilannya. Semoga saja pria itu tidak kecewa karena mengajak dirinya. Entah kenapa tiba-tiba dia jadi tidak percaya diri, Harold meninggalkan dirinya karena bentuk tubuhnya, lalu kenapa Justin mengajaknya makan malam?
"Mom, aku takut," ucap Abigail sambil menunduk.
"Apa yang kau takutkan?" tanya ibunya heran.
"Aku takut mempermalukan sahabatku," jawab Abi.
"Kenapa kau berpikir seperti itu?"
"Mom, Harold meninggalkan aku karena bentuk badanku. Apa aku tidak akan mempermalukan sahabatku nanti?"
"Dengarkan Mommy, Abi," sang ibu kembali menjepit rambut Abigail yang tertunda.
"Mommy tahu kau kecewa karena dikhianati oleh Harold. Kau pasti sakit hati karena penghinaan yang dia berikan padamu. Kau sudah mau berubah, hal itu membuat Mommy dan Daddy senang. Kami senang melihatmu ingin berubah bahkan jika kau punya pacar lagi kami akan senang tapi satu hal yang harus kau tahu, tidak semua lelaki seperti Harold yang hanya menilai cinta dari fisiknya saja. Banyak lelaki yang bisa menerima bentuk badan dari gadis yang dia cintai, banyak yang tidak mempermasalahkan hal itu."
"Benarkah?" Abi memandangi ibunya dengan tatapan tidak percaya.
"Percayalah, mulai sekarang kau harus bersyukur Harold meninggalkan dirimu di acara pernikahan kalian. Dengan begitu kau bisa melihat siapa dirinya. Anggap kejadian ini sebagai langkah awal untukmu menemukan pria yang lebih baik darinya, pria yang mencintaimu apa adanya."
"Mommy benar tapi aku sudah tidak mau menjalin hubungan dengan pria mana pun lagi."
"Baiklah, kami juga tidak akan melarang. Lakukan apa yang ingin kau lakukan, ini kehidupanmu jadi tidak ada yang berhak memaksamu."
"Thanks, Mom," Abi tersenyum dan kembali memandangi dirinya di depan cermin. Gaun yang diberikan oleh Justin benar-benar pas di tubuhnya yang gemuk, lemak bagian perutnya bahkan tidak begitu terlihat. Dia bukan tipe yang suka memakai korset, pakaian ketat itu membuatnya kesulitan bernapas dan dia tidak suka menyiksa dirinya sendiri hanya untuk menutupi lemak di perutnya.
"Selesai, kau terlihat luar biasa," puji sang ibu. Walau putrinya gemuk tapi sesungguhnya putrinya begitu cantik, karena lemak tebal dikedua pipinya itu, sehingga kecantikannya tertutup.
"Thansk, Mom," Abi terlihat puas dengan penampilannya. Dengan begini dia tidak akan mempermalukan Justin.
Di luar sana\, sang ayah sudah menunggu tentu dengan baju Superman yang dia miliki. Hanya baju kaos berlambang S\, dia juga tidak gila memakai kostum Superman dengan cel*na dal*m di luar itu. Jangan sampai dia ditertawakan calon menantu\, ups\, maksudnya sahabat baik putrinya.
Dia sudah terlihat gagah, ya walau dengan perut buncitnya. Kali ini tidak ada yang boleh mempermainkan putri semata wayangnya, jangan hanya karena ukuran tubuh putrinya yang besar lalu para lelaki mempermainkannya dengan sesuka hati.
Mobil Justin sudah berhenti, dia sedikit terlambat. Itu karena ibunya yang cerewet. Justin turun dari mobil dengan terburu-buru dan melangkah menuju rumah Abi dengan cepat, dia tidak tahu jika dia akan disambut oleh Superman gadungan alis ayah Abi.
Suara ketukan pintu terdengar, ayah Abigail berjalan menuju pintu dengan gagah sambil membusungkan dada dan juga perutnya. Siapa pun yang ada di luar sana, jangan harap bisa membawa putrinya dengan mudah. Pintu terbuka, Justin terkejut karena ayah Abi seperti menantangnya.
"Selamat malam Uncle, apa Abigail ada?" tanya Justin dengan sopan.
Eric melihat Justin dari atas sampai ke bawah, dia juga berjalan memutari pria itu untuk melihatnya dengan teliti.
"Siapa namamu?" Eric pura-pura bersikap dingin dan galak.
"Justin," jawab Justin dengan santai.
"Usia, pekerjaan?"
"Aku membuka bisnis kecil-kecilan."
"Sekecil apa?" tanya ayah Abi lagi.
"Hanya bisnis kecil Uncle, aku malu mengatakannya."
"Baiklah, apa kau menyukai putriku?"
"Apa tidak boleh, Uncle?" Justin balik bertanya.
"Tentu saja, apa kau tidak tahu jika dia baru saja dikhianati dan ditinggalkan?" Eric memandangi Justin dengan tajam. Awas jika pria itu berani mempermainkan putrinya seperti Harold.
"Aku tahu, Uncle. Aku tidak akan mempermainkannya, ijinkan aku mendekatinya dengan caraku dan aku berjanji tidak akan mempermainkannya."
"Oh ya? Apa yang kau lihat dari putriku sehingga kau menyukainya? Harold meninggalkan dirinya karena bentuk badannya, lalu apa yang kau lihat?" tanya sang ayah lagi, Padahal dia tidak berniat terlalu jauh dan ingin menakuti Justin saja tapi kenapa dia jadi seperti sedang mewawancarai calon menantu?
"Aku menyukai Abigail sudah lama Uncle, tapi tolong jangan katakan hal ini pada Abigail. Dia baru saja dikhianati maka dia tidak akan percaya dengan perasaanku. Jika dia tahu maka dia akan berpikir aku hanya mempermainkan dirinya saja."
Eric menatap Justin dengan serius, dia bisa melihat jika pemuda itu serius dengan ucapannya dan dia harap demikian.
"Baiklah, aku ijinkan kau mendekatinya tapi jika kau berani menyakitinya?" Eric mengangkat kepalan tinjunya di depan wajah Justin.
"Aku tidak akan ragu memukulmu sampai babak belur," ucapnya.
"Terima kasih," Justin tersenyum, dia terlihat senang.
"Untungnya putriku polos dan bukan orang yang gampang curiga," ucap Eric seraya mempersilahkan Justin masuk ke dalam.
Justin tersenyum, itulah sebabnya dia menyukai Abigail. Gadis polos dan lugu sepertinya, mau cari di mana lagi? Dia yakin pria yang bernama Harold juga menyukai Abigail karena sifatnya tapi sayangnya pria itu tidak serius sehingga mencampakkan Abigail dengan mudah hanya karena bentuk badan Abi yang bisa dirubah.
Mereka sudah berada di dalam, setelah mempersilahkan Justin duduk, Eric mencari putrinya yang masih berada di kamar saat itu.,
"Abi, temanmu sudah datang," sang ayah masuk ke dalam dan menghampiri putri dan juga istrinya.
"Bagaimana, sudah kau takuti apa belum?" tanya sang istri ingin tahu.
"Tentu saja," jawab Eric seraya mengangkat kedua tangannya.
"Pria itu bahkan takut ketika melihat kedua otot tanganku!" ucapnya asal.
"Ck, lemak saja kau pamerkan!" cibir istrinya.
"Mom, bagaimana denganku?" tanya Abigail seraya memutar tubuhnya.
"Kau sudah terlihat luar biasa Sayang, pergilah jangan membuat sahabatmu menunggu."
"Oke," jawab Abi sambil tersenyum.
"Hei Girl, jangan minum alkohol!" pesan sang ayah.
"Kenapa?" tanya Abi ingin tahu.
"Kau tidak kuat dengan alkohol, jangan sampai kau mabuk lalu dia harus memanggil sepuluh orang untuk menggotongmu pulang!"
"Daddy!" teriak istrinya, tangannya sudah berada di telinga Eric sehingga pria itu berteriak.
Abi tersenyum dan keluar dari kamar, dia menghampiri ruang tamu di mana Justin sudah menunggu dan tampak malu-malu.
"Hai, maaf lama," ucap Abi basa basi.
Justin memandanginya tanpa berkedip, dia juga bangkit berdiri. Sudah dia duga, Abi cocok dengan gaun itu. Gadis itu hanya perlu sedikit didandani karena pada dasarnya Abi sudah cantik. Kecantikannya hanya tertutup oleh bentuk badannya saja, hanya pria bodoh yang tidak bisa melihatnya dan dia bersyukur, Abi tidak jadi menikah dengan pria yang bernama Harold itu.
"Justin?" Abi menatapnya dengan tatapan heran karena Justin diam saja dan memandanginya tanpa berkedip.
"Oh sorry, sudah aku duga kau sangat cocok dengan gaunnya," ucap Justin seraya mengusap tengkuk.
"Thansk, apa kita sudah bisa pergi?" Abi terlihat tidak sabar.
"Tentu saja," Justin berjalan mendekati.
"Siap pergi makan malam denganku, Nona?"
"Tentu," jawab Abigail sambil tersenyum.
Mereka pergi, sedangkan kedua orangtua Abigail melihat mereka dari balik pintu.
"Bagaimana Dad, apa kau serius sudah menakutinya?" tanya istrinya.
"Sudah, tidak perlu khawatir," jawab sang suami. Dia tidak akan mengatakan pada istrinya jika pria itu menyukai putri mereka. Lebih baik istrinya tidak tahu karena wanita susah menjaga rahasia apalagi saat sedang mengomel.
Di luar sana, Abi jadi tidak enak hati karena Justin membukakan pintu mobil untuknya. Semoga saja gadis yang disukai Justin tidak melihat sehingga salah paham. Dia tidak mau hal itu terjadi tapi Justin melakukan hal itu memang untuk gadis yang dia sukai bahkan dia akan mengajak Abigail makan malam di tempat spesial. Dia yakin gadis itu pasti akan suka.