NovelToon NovelToon
Secretly Loving You

Secretly Loving You

Status: tamat
Genre:Romantis / Cintapertama / Nikahmuda / Tamat
Popularitas:9.7M
Nilai: 5
Nama Author: ErKa

"Dear hati ...

Mengapa kau begitu buta? Padahal kau tahu dia sudah berkeluarga. Mengapa masih menaruh harapan besar kepadanya?"

Hati tak bisa memilih, pada siapa ia akan berlabuh.

Harapan untuk mencintai pria yang juga bisa membalas cintanya harus pupus begitu ia mengetahui pria itu telah berkeluarga.

Hatinya tak lagi bisa berpaling, tak bisa dialihkan. Cintanya telah bercokol terlalu dalam.

Haruskah ia merelakan cinta terlarang itu atau justru memperjuangkan, namun sebagai orang ketiga?


~Secretly Loving You~

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ErKa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ch 28 - Dewa Penolongku Datang

Sudah beberapa jam berlalu. Tenggorakan kering, suara mulai habis. Aku menggunakan waktu yang ada untuk membebat luka. Meskipun lukanya memanjang, untung saja tidak terlalu dalam sehingga darah yang mengalir bisa dihentikan.

Kondisi terluka seperti ini membuatku tidak bebas untuk merangkak dan memanjat tebing. Jarak antara titik awal jatuh dan posisiku sekarang cukup jauh. Ketinggian tebing berkisar antara lima sampai enam meter. Tebing itu melandai, sehingga bila ada orang dari atas melihat ke bawah, tidak akan melihat keberadaanku. Aku harus bisa merangkak ke tempat yang cukup terbuka agar keberadaanku segera diketahui.

Sedikit demi sedikit aku menyeret tubuh. Menggunakan kedua tangan sebagai titik tumpu. Mengabaikan rasa sakit di kaki kanan. Sesekali aku berteriak. Berharap ada yang datang dan mendengar.

"Tolong!! Ada orang di sana?!" Awalnya suaraku masih lantang. Penuh dengan pengharapan. Namun, setelah beberapa jam berlalu, suara itu menjadi lirih. Lelah, kesakitan, rasa lapar menjadi satu. Membuat tenagaku sedikit demi sedikit mulai terkuras habis.

Sinar jingga mulai memapar. Pertanda matahari akan segera terbenam. Burung-burung kembali ke sarang. Bersiap menyambut datangnya malam.

Berulang-kali aku melihat ponsel. Berharap benda canggih itu akan menunjukkan keajaiban dan menghubungkanku dengan orang-orang. Namun nyatanya, harapanku terlalu tinggi. Benda itu tidak berguna sama sekali. Yang bisa diambil manfaatnya, benda itu masih mampu menunjukkan waktu.

Waktu sudah menunjukkan pukul 15.23 WIB. Mengingat ucapan Arkan, harusnya kami bertemu pukul tiga sore. Bila aku tidak datang sesuai dengan waktu yang ditentukan, harusnya Arkan akan sadar kalau aku menghilang. Mungkin saja pria itu akan mencarinya atau mungkin meminta tolong yang lain. Ya, semoga saja seperti itu. Mari menunggu.

***

Satu jam, dua jam. Bala bantuan yang kuharapkan tak kunjung datang. Semburat warna jingga tak lagi ada. Digantikan oleh sinar kelabu, pertanda malam akan datang.

Pikiranku tak lagi bisa positif. Setiap pertambahan waktu dan suasana sekitar yang mulai menggelap, membuat kecemasan dan kepanikanku bertambah besar. Perasaan takut, bingung, cemas dan panik bercampur menjadi satu.

Berada di kamar dengan lampu yang terang benderang saja membuatku takut, apalagi saat ini?! Sendirian, di bawah jurang dengan kaki terluka. Terjebak. Tak bisa kemana-mana. Aku hanya bisa mengandalkan senter ponsel yang ku hidup-matikan untuk membuat pesan SOS.

"Ada orang di sana? Aku Arsha ... peserta training .... Aku di bawah sini .... Tolong aku ...." Air mata tak lagi bisa kubendung. Isakan menyedihkan mengiringi setiap lirih yang kuucap. Sekelebat bayang orang yang di sayang mulai datang.

"Ayah, Ibu .... Maafin aku .... Kalau saja aku tidak ceroboh ...." Selepas wajah orangtua muncul, wajah Pak Armand langsung memenuhi kepala. Membuat kesedihan ini semakin nyata.

"Pak, maafin saya ... maaf .... Andaikan saya tidak mendorong Bapak, mungkin tidak akan seperti ini .... Andaikan saya satu tim dengan Bapak, tidak akan membiarkan saya sendiri seperti ini .... Maaf Pak ... karena ingin menghindari Bapak dan menata perasaan, jadinya seperti ini ...."

"Maaf .... Saya sudah merepotkan Bapak lagi .... Bapak pasti bingung dan ikut mencari saya 'kan? Karena saya tanggung jawab Bapak merasa wajib untuk melindungi saya. Karena perasaan pribadi, saya malah menjauhi Bapak .... Maafkan saya Pak .... Lagi-lagi saya kembali menjadi beban Bapak, merepotkan dan menyusahkan ...." Tergugu dan terisak-isak, bicara seorang diri, berharap bisa mengusir rasa takut yang terbelenggu di dalam hati.

Air mata sudah menganak sungai. Begitu pula dengan cairan hidung yang sudah menetes kemana-mana. Aku tak mempedulikan semua. Rasa takut lebih besar dari rasa sakit dan penampilan. Aku benar-benar ketakutan.

Bagaimana bila ada hewan buas datang? Bagaimana bila ada hantu? Bagaimana bila ada manusia jahat yang datang dan mencelakai?

Pikiran-pikiran seperti itu memenuhi kepala. Suara baterai ponsel yang sekarat membuat ketakutan itu semakin nyata. Bila ponsel kehabisan daya, maka aku akan berada dalam kegelapan yang nyata. Bagaimana aku harus bertahan untuk melewati malam?

"Pak .... Saya takut .... Maafkan saya Pak ... tolong bantu saya .... Keluarkan saya dari sini .... Saya benar-benar takut Pak ... tolong Pak .... Huhuhu ...."

Tiga ...

Dua ...

Satu ...

Dan ponselku benar-benar mati. Kegelapan langsung datang menyelimuti. Matinya ponsel diiringi dengan jerit dan tangisku yang menggema.

"Huuuuhuuuu.... Aaaaaaa .... Paaaaaaaakk ....Tolong sayaaaa ... Saya takuuutttt .... Aaaaaa.... " Aku memilih menutup mata. Menyembunyikan wajah diantara kedua tangan. Tidak punya nyali untuk melihat dalam kegelapan.

Suara-suara kidung alam menjadi lebih terdengar. Suara jangkrik, kodok, burung hantu dan suara yang tak bisa kudefinisikan, bersahut-sahutan di sekitar. Diantara suara-suara itu, terdengar suara gemerisik. Suara langkah kaki yang menginjak dedaunan kering. Mungkinkah itu babi hutan? Atau harimau?

Nyaliku semakin menciut. Aku semakin menggelung tubuh. Bernapas secara perlahan. Menghentikan tangisan. Berharap dengan melakukan hal itu, binatang apapun yang datang akan mengabaikan. Namun suara gemerisik itu justru datang semakin dekat. Detak jantungku berdebar tak karuan. Adrenalin ketakutan semakin melingkupi. Apakah hidupku akan berakhir seperti ini? Menjadi santapan binatang buas?! Beginikah akhirnya?

Airmata kembali mengalir deras. Tubuh gemetar tak terkira. Membayangkan rasa sakit yang akan segera kuterima.

Ayah, Ibu, Pak Armand ... Maafin aku ya .... Aku pergi .... Semoga kalian tidak menyalahkan diri melihat jasadku nanti .... Semoga hidup kalian bahagia selalu ....

Suara langkah menjadi semakin dekat. Lima meter, tiga meter, dua meter ....

Baiklah, mungkin garis hidupku sudah ditakdirkan seperti ini. Makan aku, jika itu membuat kalian kenyang. Aku akan mengikhlaskan hi..du...p...

"Arsha?!"

Tiba-tiba saja sebuah cahaya menyilaukan menerangi tubuh. Apa aku sudah mati? Apa ini cahaya dari akhirat?

"Arsha?!" Sebuah tangan merengkuh bahuku. Sentuhannya terasa sangat nyata. Bila aku sudah mati, tidak mungkin rasanya senyata ini.

"Arsha!" Aku pikir sedang berhalusinasi karena aku mengharap kedatangannya. Sudah beberapa kali aku mendengar namaku dipanggil oleh suara yang sangat ingin kudengar itu.

"Arsha! Kamu tidak apa-apa 'kan?!" Suara itu meninggi. Tangan yang memegang bahu mengguncang-guncangku, membuatku sadar bahwa aku belum mati. Aku masih hidup.

Aku memberanikan diri untuk membuka mata. Menengadah dan melihat pemandangan di depan mata.

Lagi dan lagi, aku melihat dewa penolongku di sana. Dari pantulan lampu senter, bisa kulihat raut wajah penuh kecemasan. Rambut basah dengan tetes keringat di kening. Kedua alis mengerut hampir menyatu. Bibir sedikit terbuka dengan napas berat dan terengah-engah. Dan mata itu .... Mata tajam itu, menatapku penuh kecemasan. Dialah sosok yang kutunggu-tunggu kedatangannya. Bosku tersayang. Pak Kakuku...

"Paaaaaaaaaaakkkkk!! Huuuuuuuuuu!!Huuuuuuuuuu!!" Melihat sosoknya membuatku tak bisa menahan diri. Tanpa berpikir panjang, aku merengkuh tubuh itu dan memeluknya dengan erat.

"Huuuuuu.... S-sayaaa takuuutt Paaaakkk.... Huuuuuu... S-sayaa takuuttt...."

"Sshhhh .... Sshhh .... Sekarang kamu sudah aman. Tidak perlu takut lagi .... Ssshhhh.... Maaf ya ...." Balasan pelukan hangat kuterima. Tubuh itu merengkuhku dengan kuat, membuatku bergelung dengan nyaman dalam pelukan. Membelai-belai kepalaku. Menenangkanku dari rasa takut dan kegelisahan. Aku merasa sudah menemukan tempat untuk pulang.

***

Happy Reading 😚

1
Endang Sulistia
bagus banget Thor...
Endang Sulistia
huuff...akhirnya sadar juga si nadya
Endang Sulistia
ada ya cewek kayak Nadya.,pengen aja nampol pala nya biar normal
Endang Sulistia
BESTie Abang si nay rupanya
Endang Sulistia
gak mungkin ...mencurigakan
Endang Sulistia
gini kan enak...rame jadinya
Endang Sulistia
kenapa nih si Nadya?
Endang Sulistia
jaga martabat ortumu nay..
Endang Sulistia
duuaarr...jedder..
Endang Sulistia
ngilu aku..
Endang Sulistia
Arsa,arka arman
Endang Sulistia
padahal bahu yg sebelah blom kena iler tuh 🤭🤭
Endang Sulistia
gak papa Thor..dijelasin aku pun bingung, yg penting ngertilah...🤭🤭🤭
Endang Sulistia
cie..cie...masnya tau aja
Endang Sulistia
arab maklum 🤪🤪🤪
Endang Sulistia
biar besok besok si Arsa dah gak banyak kerjaannya trus bisa deh di ajak jalan2 Ama si bos. 😘😘😘
Endang Sulistia
kejam banget si mas Arman...Arsa kan pengen kencan 🤭🤭🤭
Endang Sulistia
heran sama yg marah2 sama anak baru, namanya dia masih baru ya pasti masih grogi lagi pula yg lama aja masih aja ada yg khilap..
Endang Sulistia
si Arsa ...gayanya mau bebas, eh baru sehari dah ketakutan 🤭🤭🤭
Endang Sulistia
aturan dari si bos kaku itu..bukan dari perusahaan 🤭🤭🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!