Asyh, gadis belia yang pergi ke Amerika untuk melanjutkan studinya. Baru saja sampai ke Negara Paman Sam itu. Asyh sudah menyaksikan kejadian yang membuat hatinya begitu terluka yakni dang kekasih berselingkuh dengan wanita lain.
Lari dari pria 'jahat' itu adalah pilihan Asyh satu-satunya. Dengan segala kekecewaannya, Asyh berlari hingga ke basement apartemen sang kekasih dan malah tidak sengaja menyaksikan sebuah adegan pembunuhan keji.
Asyh dilepaskan oleh dua orang pria yang melakukan pembunuhan itu. Sayangnya, tanpa ia sadari semua itu adalah awal 'kehidupan barunya'.
WARNING!!!
Terdapat Unsur Dewasa dan Adegan Kekerasan di Beberapa Bab!
Harap Bijak Memilih Bacaan dan Bacalah Sesuai Dengan Usia Anda!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZmLing, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kilasan Masa Lalu Arlen
"Asyh.." Arlen memanggil gadisnya yang tengah duduk di kursi taman belakang dengan nada lirih.
Asyh setia menatap ke arah danau di tengah taman itu dengan tatapan kosong.
Asyh bahkan tidak bergeming untuk sekedar menoleh saat Arlen memanggilnya.
Arlen memutuskan untuk melangkahkan kakinya kemudian duduk di samping Asyh.
"Maaf, tapi aku tidak aku tidak sanggup membiarkanmu sendiri seperti ini." Arlen dengan lembut membawa Asyh ke dalam pelukannya.
Asyh diam tak bergeming.
"As, maafkan aku. Maafkan menyakitimu." Arlen dengan suara lirih dan semakin mengeratkan pelukannya seolah Asyh akan pergi darinya.
Arlen benar-benar takut jika ketakutannya menjadi nyata.
"Berhentilah!" Asyh akhirnya bersuara.
"Apa?" Arlen bertanya bingung.
"Berhenti untuk memaksaku membawamu keluar dari rasa sakitmu!" Asyh dengan suara tegas namun tersirat luka.
Arlen diam tak tahu harus menjawab apa.
"Percuma meski aku mengorbankan nyawaku! Kau sendiri yang tidak punya keinginan untuk melepaskan rasa sakit itu, maka percuma sekalipun aku mati untuk membantumu." Asyh kembali berbicara.
"Aku ingin As, aku ingin."
"Kau tidak ingin. Jika kau ingin, kau sudah lakukan itu sendiri. Kita sama Arlen! Aku sakit menahan kebencian dan kau sakit akan pengkhianatan. Tapi belasan tahun aku bisa hidup dengan baik karena aku memilih melupakan, melepaskan, dan membuang jauh rasa sakit itu hingga aku mengalaminya kembali. Tapi kau? Setelah lima tahun pun kau masih berputar di lingkaran yang sama. Kau meminta semua orang untuk membantumu, tapi nyatanya kau sendiri enggan keluar dari lingkaran itu." Asyh menghentikan perkataannya.
"Aku ... "
"Pikirkan baik-baik Arlen. Jika kau memang ingin melepaskan rasa sakitmu, kau pasti melakukannya dengan sekuat tenaga. Kau melukai dirimu dan orang-orang di sekitarmu, sama saja. Jika kau ingin keluar dari lingkaran itu, kau harus meredam emosimu dan mulai kembali percaya dengan sesuatu yang menjadi sumber rasa sakitmu. Tidak semua orang sama Arlen. Dan bisa saja ada alasan sampai kekasihmu dulu mengkhianatimu." Asyh kembali berceloteh panjang lebar.
"Istriku. Kami sudah menikah delapan tahun lalu." Arlen dengan cepat menyanggah ucapan Asyh.
Asyh mendongak dan mendapati Arlen tengah menitikkan air mata.
"Pertemuan kami sama persis dengan pertemuan kita, bedanya adalah dia sangat berani dan kau saat itu memilih jalan aman untuk tidak berurusan denganku." Arlen kembali bersuara.
"Bisakah kau lepaskan sedikit saja beban yang kau peluk erat selama ini? Hanya sedikit! Ceritakan sedikit saja." Tangan Asyh reflek menghapus air mata Arlen kemudian memeluknya erat.
"Dia adalah gadis pertama dalam hidupku yang mampu membuatku tertawa lepas dan membuatku lupa bagaimana cara memotong tubuh manusia. Aku bertemu dengannya di malam hari saat aku mengeksekusi seorang pria pembangkang. Saat itu dia tidak sengaja melewati tempatku dan melihatku, dia handal dalam membela diri. Saat itu kami sempat berkelahi karena dia tidak terima dengan perbuatanku. Sayangnya dia tetap seorang gadis, kekuatannya kalah dibandingkan denganku. Dia memutuskan untuk lari dari hadapanku saat itu." Seutas senyum kecil terbit di bibir Arlen.
"Dua minggu kemudian, aku menemukan dirinya hampir diperkosa oleh sekelompok pria yang tidak dikenal, hati kecilku tergerak untuk membantunya. Aku kemudian membawanya kembali ke kastil ini, dan entah dari mana muncul ide gila begitu saja untuk memilikinya. Aku menidurinya saat ia tak sadarkan diri. Mengetahui kenyataan kesuciannya direnggut olehku, dia marah tapi akhirnya dia menerimaku dan menikah denganku. Aku mencintainya meski aku tidak pernah menunjukkan semua itu. Aku membebaskannya melakukan apapun tanpa membiarkan satu pengawal pun untuk mengikutinya. Semuanya berjalan dengan baik sampai saat dia hamil anakku. Sayangnya dia mengatakan belum siap untuk menjadi Ibu, maka dari itu dia merengek meminta agar tidak mempertahankan bayi kami. Mau tidak mau aku menurutinya dan mengijinkannya menggugurkan janin itu. Hubungan kami kembali berjalan normal namun aku akhirnya memutuskan untuk memasang kontrasepsi agar tidak kebablasan lagi. Sampai tahun kedua pernikahan kami, dia berubah. Dia menjadi wanita liar dan selalu menyerahkan tubuhnya pada...Ayahku. Awalnya aku tidak menyadarinya, sampai akhirnya Xello melaporkannya padaku dan setelah itu Xello terkena imbasnya dan masuk dalam jebakannya. Aku marah terlebih saat aku tahu dia hamil benih Ayahku dan mempertahankan serta menjaga benih itu dengan baik. Dan ... "
Arlen menghentikan ceritanya lagi namun pelukannya pada Asyh semakin erat.
"Dan kau membunuhnya?" Asyh mencoba menerka dan ternyata Arlen mengangguk.
"Berjanjilah Arlen! Mulai detik ini lupakan semuanya. Aku tahu tidak mudah, tapi kau juga berhak bahagia. Jangan terus biarkan masa lalumu mengikatmu. Tidak semua orang akan menjadi sumber rasa sakit untukmu Arlen. Percayalah!" Asyh juga mengeratkan pelukannya dan satu tangannya mengusap lembut punggung kekar Arlen yang tampak rapuh.
Arlen hanya diam namun ia menunduk menatap wajah pucat yang sedang menatapnya juga.
"Arlen, aku mencintaimu!" Kedua tangan Asyh terulur menggapai wajah tampan yang kini dihiasi bulu-bulu halus di sekitar rahang kokohnya.
Tanpa meminta persetujuan, Asyh mencium lembut bibir Arlen.
Arlen sedikit terkejut dengan pergerakan yang Asyh buat, namun itu hanya sebentar.
Arlen tidak ingin membiarkan gadisnya menunggu terlalu lama dan langsung membalas perlakuan Asyh.
Mereka beradu ciuman panas di kursi taman itu, mengabaikan semua yang mengganggu mereka.
"Arlen, kau milikku mulai saat ini! Aku juga milikmu! Jika kau menginginkan diriku sewaktu-waktu, jangan ragu untuk melakukannya! Anggap saja aku gila dan murahan! Tapi aku mencintaimu dan hanya kau yang boleh menyentuhku!" Asyh kembali mencium bibir Arlen dengan ganas.
Arlen tersenyum dalam hati melihat dan mendengarkan ungkapan serius dari bibir mungil yang kini tengah melahap bibirnya.
"Mulai hari ini lupakan semua rasa sakitmu! Lawan semuanya, aku ada untukmu dan siap menarikmu keluar dari kegelapan." Asyh kini kembali memeluk tubuh kekar itu.
"Terima kasih. And i love you too!" Arlen juga memeluk erat tubuh mungil itu dan mengecup puncak kepala Asyh berulang kali.
"Darling, kau belum makan apapun sejak kau pingsan. Ayo, kita masuk dan makan sesuatu." Arlen mengajak namun Asyh menggeleng.
"Aku tidak ingin makan sesuatu. Aku ingin memakanmu." Asyh menjawab dengan suara manjanya.
"Benarkah? Aku ijinkan dirimu! Makanlah sepuas hatimu." Arlen dengan suara yang kini terdengar lebih lembut.
"Um..nanti saja. Kita harus memilih hari yang baik untuk saling memakan." Asyh tertawa kecil.
"Haha..kau ini ada-ada saja." Arlen tertawa begitu saja.
"Jangan tertawa! Aku serius, babe. Kau pasti ingin memakan diriku juga kan? Ah, kau itu selalu lapar saat menatapku." Asyh menggoda kekasihnya itu.
"Haha..jangan menggodaku seperti itu, darling. Perutku sakit." Arlen mengacak pelan rambut Asyh.
"Jika sakit perut, kau harus buang air itu artinya." Asyh kembali menggoda Arlen.
"Hahaha..sudah sudah! Aku tidak sanggup tertawa lagi." Arlen membekap ringan mulut Asyh namun melepaskannya menit kemudian.
"Babe, aku ingin kuliah lagi besok." Asyh meminta dengan suara manja.
"Baiklah. Apapun untukmu." Arlen mengecup puncak kepala Asyh lagi.
Rasanya seluruh tubuh Asyh memberinya kehangatan dan menjadi candu untuknya.
"Darling, menikahlah denganku!"
...~ TO BE CONTINUE ~...
pelakor dilaknat dan dibinasakan
sedangkan
pebinor bebas berbuat semuanya dan diperlakukan lembut, kesalahan beres begitu saja, bahkan pebinor diperlakukan sangat lembut melebih sang suami
ini pemikiran menjijikan dari wanita jablay dan munafik yang dibawa kedalam novel