NovelToon NovelToon
Hipertenlove

Hipertenlove

Status: sedang berlangsung
Genre:Playboy / Teen Angst / Cinta pada Pandangan Pertama / Romansa
Popularitas:141k
Nilai: 4.9
Nama Author: sinta amalia

Menyukai seseorang itu bukan hal baru untuk Bagas, boleh dibilang ia adalah seorang playernya hati wanita dengan background yang mumpuni untuk menaklukan setiap lawan jenis dan bermain hati. Namun kenyataan lantas menamparnya, ia justru jatuh hati pada seorang keturunan ningrat yang penuh dengan aturan yang mengikat hidupnya. Hubungan itu tak bisa lebih pelik lagi ketika ia tau mereka terikat oleh status adik dan kakak.

Bagaimana nasib kisah cinta Bagas? apakah harus kandas atau justru ia yang memiliki jiwa pejuang akan terus mengejar Sasmita?

Spin off Bukan Citra Rasmi

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hipertenlove~ Bab 17

Kedua tangannya mencengkram kemeja Bagas manakala laju motor kini memasuki jalanan mulai berbelok mengarah masuk ke kawasan berpohon bambu lebat di sisi-sisi jalannya.

Dari balik kemeja itu dapat Sasi rasakan hawa hangat tubuh Bagas dalam genggaman. Dan perasaan canggung, seketika mengalir tak karuan mempengaruhi kinerja otaknya sekarang.

"Dikirain di saung angklungnya?" tuduh Bagas dengan dagu setelah mereka melewati sasana adat yang seringkali menjadi destinasi wisata budaya sunda di kota Bandung dan kerap dijadikan tenpat edukasi anak-anak sekolah serta turis.

Sasi menggeleng, "itu mah tempat umumnya, mana bisa dipake latihan, palingan gladi resik acara mingguan..." jawabnya, "a Bagas pernah kesitu ngga? Sasi tebak, palingan waktu sd atau smp, itu pun liatin cara bikin angklung....mainin angklung yang ngga tau nadanya bener apa engga?" cibir Sasi terkekeh.

Dan Bagas ikut terkekeh, ucapan Sasi itu tepat sekali! Yang benar saja, apa anak ini semacam cenayang?

"Waktu sd dua kali. Waktu smp sekali....kalo waktu sd seneng liatin kalong gede yang di kurung di depan tuh...kalo waktu smp malah kenalan sama anak smp lain..." Bagas mengehkeh kemudian yang langsung ditepuki Sasi di punggungnya, "dari kecil udah mumpuni jadi playboy." ucapnya sumbang, tanpa sadar angin sepoi yang berhembus beradu dengan mengalirnya obrolan hangat antara Sasi dan Bagas, hingga tangan Sasi semakin mengerat di pinggang Bagas.

Dan telunjuk Sasi mengarahkan jalanan lebih dalam lagi, rupa-rupanya sanggar adat ini tak begitu jauh dari saung angklung ternama di kota Bandung itu, mengingat teh Iceu adalah cucu dari pendiri saung tersebut dan merupakan junior amih Sekar dalam hal jaipongan.

Rimbunan pohon bambu menyapa sejak awal sampai mereka benar-benar terparkir di sanggar, tak begitu ramai namun masih terdapat beberapa kendaraan terparkir di depan pelataran.

...Wilujeng Sumping ...

...Di...

...Sanggar Budaya Siliwangi...

^^^Ngamumule budaya adat sunda^^^

Pendopo dengan vibes yang sama dengan saung budaya sebelumnya tadi menjadi wajah pertama yang menyambut siapapun tamu yang datang. Bukan sekali dua kali Bagas datang ke tempat begini, semenjak Alvaro menikah dengan Rashmi, ia bahkan sering ikut mengunjungi tempat-tempat penggiat budaya sunda di kota kembang dan sekitarnya. Tak jarang pula di luar kota sambil jalan-jalan.

Sasi tak perlu repot-repot mengetuk tiang karena nyatanya teh Iceu terlihat masih sibuk berkegiatan di pendopo utama.

"Ayo tangannya itu! Patahannya---patahannya coba diperhatikan!" Angin sepoi-sepoi racikan dedaunan dan batang bambu seolah memberikan simfoni tertentu yang membawa para anak didik berada di suasana tertentu.

Wanita yang bisa dikatakan belum begitu tua tapi tak muda juga itu melihat kedatangan Sasi di gawang pendopo, ia mengangguk dalam dan tersenyum.

"Teruskan!" teriaknya lantas menghampiri Sasi dan Bagas.

"Sampurasun teteh." Salam Sasi.

"Rampes den rara." jawabnya

"Den rara, dikirain mau datang tadi..." kemben coklat yang melapisi kaos manset hitam membungkus lekukan tubuh indah di balik ikatan sinjang dan selendang menunjukan kalau wanita ini mendedikasikan hidupnya untuk budaya tatar sunda satu ini.

"Iya teh. Tadi Sasi baru datang dari sekolah, masih capek." Ucapnya meringis beralasan.

Ia mengangguk ramah, wajahnya itu...percayalah! Bagas bak melihat dua sisi uang koin, ia bahkan menarik alisnya sebelah manakala wajah galak nan judes itu berubah seketika saat ia menghadapi Sasi, tidak seperti sesaat sebelumnya ketika ia menghadapi anak didiknya.

"Ah gitu, paham den. Tapi bisa nunggu ngga? Soalnya teteh masih----" jempolnya menunjuk ke arah belakang badan dimana sekitar 5 orang anak-anak gadis tengah ia ajari, sikap profesionalitas harus ia junjung tinggi sebagai seorang pengajar.

"Oh, ngga apa-apa, santai aja teh...biar Sasi keliling-keliling dulu. Kang Widya ada di dalem teh?" tanya Sasi.

"Ada den, ada. Lagi cek angklung sama yang lainnya, biar ngga sumbang katanya suaranya..." kekehnya diangguki Sasi.

"Sasi masuk ya teh..." Sasi mulai membuka sepatunya.

"Siap den, mangga atuh...teteh lanjut dulu ngajar sebentar..." pamitnya.

Kini Sasi berbalik pada Bagas, "a. Kalo aa sibuk, ngga apa-apa, Sasi tinggal aja disini...nanti Sasi bisa minta jemput mang Ujang atau---"

"Si Naufal?" tembak Bagas. Sasi mengurai senyum usilnya, "apa. Kenapa jadi Naufal?"

"A Bagas emang ada latihan. Gladi resik jam 8 nanti. Jadi santai aja..." ujar Bagas, alis Sasi terangkat keduanya, "oh. A Bagas ada manggung lagi?"

Bagas mengangguk, "konser kecil. Band tamu yang datangnya juga bukan band besar."

Sasi mengangguk paham, "inget pajak dong, yah?" senyumnya kembali terurai usil.

Bagas mele nguh kasar, selalu saja adik kecilnya itu mematok pajak jika ia tau Bagas manggung. Salahnya yang memberitahu Sasi, si bocil matre, doyan duit.

"Kamu tuh udah kaya, Si. Masih majak rakyat jelata..." sembur Bagas ikut menginjak belakang sepatu demi membukanya.

Sasi tergelak, "kaya apa? Kaya bidadari turun dari eskalator?"

"Kaya tuyul!" semprot Bagas lagi, "doyan nilep duit."

Keduanya masuk dan melewati rampak jaipong disana. Dengan Sasi yang memimpin jalan melangkah semakin dalam dimana lantainya berbahan kayu.

Rimbunan bambu seolah menjadi dinding di setiap bangunan beraksen kayu disini.

Figura foto pendiri bersama keluarga besar jelas terpampang di ruangan yang melesak semakin ke dalam, berbeda dengan tadi di pendopo awal dimana hanya ada beberapa legenda jaipong termasuk foto amih Sekar juga ada disana.

"A Widya..."

"Den rara..."

Si ruang lain yang penuh disesaki oleh berbagai macam alat musik khas tradisional seorang lelaki paruh baya bercelana komprang dengan kaos t shirt sanggar tengah membunyikan dan menyelaraskan beberapa alat musik. Seperti yang dikatakan oleh teh Iceu tadi.

"Den,"

"Kenalin ini adeknya kang Alva, suaminya teh Asmi." Sasi menunjuk Bagas sekilas yang ikut menyapa dan menjabat tangan Widya.

"Den..." sopan nan ramah kang Widya.

"Ada yang rusak kang?" tanya Sasi to the point melirik satu persatu alat musik yang terhampar sedikit berantakan.

"Oh," Ia ikut menoleh ke belakang.

"Beberapa den. Yang kendor, yang patah...biar di benerin di bengkel-nya nanti sama abah sama kang Cecep."

Sasi mengangguk paham, ia melirik ke pojok sebelah kanan, dimana rumpunan alat musik, arumba (alunan rumpun bambu) yang sering dipentaskan di padepokan angklung daeng sutisna berada.

"Nah yang ini nih..." langkahnya hati-hati melewati beberapa alat musik disana hingga sampai di gambang melodi dengan dua pemukul.

"Wah, den rara Sasi jagonya main gambang melodi mah!" puji a Widya tak membuat Sasi hilang fokus demi memainkan barang satu bait lagu.

Bagas tetap setia memperhatikan gerak-gerik Sasi. Dimana kini, si adik kecil kesayangan tengah menggenggam pemukul dan memukulkan itu pada potongan bambu gambang.

"Asik!" oceh Sasi merasa tak begitu pede, setelah sekian lama tak bermain alat musik itu sebab dirinya yang sibuk.

"Sok atuh, akang iringin pake angklung atau kendang lah!" ujar kang Widya.

"Lagu apa?" tantang Sasi.

"Terserah den rara...yang masih hafal lagu apa?" tanya kang Widya sudah memilih set kendang di sekitarnya.

"Apa ya?" Sasi berpikir disana namun kemudian ia membeliakan matanya, "karedok leunca aja, kang."

Bwahahahaha! Ketiganya tertawa disana atas pilihan Sasi termasuk Bagas yang dibuat takjub, cukup dibuat tak percaya anak muda macam Sasi justru lebih mengenal lagu-lagu orangtua dan cukup bisa dibilang lagu masyarakat kalangan bawah.

"Kirain bakalan bilang lagu bintang kecil, Si." Ujar Bagas langsung dicebiki Sasi, "ngga bisa a itu mah..." jawabnya.

"Sok den lah, tarikkk neng!" seru kang Widya.

Sasi mulai memainkan pemukulnya di gambang dan alunan bambu yang khas mengisi setiap sudut ruangan bersama relung jiwa begitu renyah nan....ASIK!

Ditambahi pukulan kendang yang epik dari kang Widya membuat permainan kedua manusia beda generasi ini justru terlihat macam konser musik tradisional.

Bagas menggeleng, saat ia merasakan bulu kuduknya merasa merinding, entahlah! Vibesnya itu, beda siapa yang memainkan beda pula hawa dan vibesnya....

"*Karedok---karedok leunca....karedok---karedok cinta, sacoet duaan, di silih huapan janten kabagja*...." lirih Sasi begitu merdu yang diakhiri dengan derai tawanya. (karedok leunca \= nama penganan di sunda)

(**Karedok--karedok leunca, karedok---karedok cinta, satu cobek berdua, saling menyuapi jadinya bahagia**)

"Wooahhh!" seru kang Widya menyoraki artis mereka sore ini.

Sekali lagi, Bagas terpukau oleh raden rara Arum Sasmita Kertawidjaja.

Hatinya benar-benar tidak sedang baik-baik saja sekarang memperhatikan Sasi yang masih tertawa-tawa renyah namun begitu luwes dan asik memainkan gambang melodi. Apakah semua pasokan pesona di bumi memang diborong dan ditumpahkan semuanya pada para keturunan Kertawidjaja?

.

.

.

.

.

1
Yuliasih Dila
Keren bangett...luarbiasa
jumirah slavina
wwoooiii Sasiii....
Kamu kemanaaaa....
ko' gak nongolllll.....
Ney Maniez
menangg ge gak dikasih reward sasi,, yg ada dihukum/Grimace//Grimace//Grimace//Grimace/
Ney Maniez
congratulations sasiiii..
tp kasian jugaa ya
jumirah slavina
Sasi & Bagus kena hukum Amih ya Thor jd lama gak nongol
Syifa Komala Fathir
selalu bagus karya karya nya
Dyah Ayu
ini klo Sasi udh sampe di batas kesabarannya pasti lebih parah dari Asmi..
🌽Mrs.Yudi 𝐙⃝🦜🍇
kisah sasi, ga kalah dinamisnya sama kisah kakaknya....
semangat mbksin bikin sasi vs amih membara yah! 😉
🌽Mrs.Yudi 𝐙⃝🦜🍇
dan...aku sampe disini mbk sinta....

beugh, sasi masih sma udah terjal aja jalan hidupnya, masih dengan amih yang sama ternyata....
🌽Mrs.Yudi 𝐙⃝🦜🍇: haii 🤗😘😍
🌼 Incess Hatari 🌼: ibuuu😘😘😘
total 2 replies
Mika Saja
oh.....dl aa candra kabur sm teh katresnan to,,,,ayo si ada temannya yg pembangkan bisa dicontoh lah aa candra🤭🤭🤭
Mika Saja
amih mah keras sekeras batu,,semoga nti bisa berubah,gengsi aja ditinggin
isni afif
lanjut teh sin.....
Yuni Widiyarti
kok kuat banget ya jadi sasi.aku miris banget sama dia.disaat yg lain bangga akan pencapaiannya dia hrs makin tertekan dengan prestasinya
Vike Kusumaningrum 💜
Semangat membangkang Sasi, teruslah berbuat sampai Amih menyesali tindakannya, orang seperti Amih mah yang ini dituruti, terus nuntut , emang begitu. anak kalau biasa dikasari, biasa dihukum dia akan kebal dan akan mengulanginya. amih jadi kebiasaan menekan anak, kalau Asmi hampir stress mungkin sasi nanti gila. baru Amih akan sadar, atau mungkin sudah di titik lelah, Sasi bundir trus dikuatkan Bagas, baru Amih benar2 sadar. aaah kasihan kan a' sm nasib adek²annya. sehat selalu kak Sin 🤲🤲 kmna wae euy ? lama 😭😭
Yuni Widiyarti
gimana sis si orang berbuatnya berani masak tanggung jawabnya takut.anggap aja latihan minta restu buat nikahan Ning sasi sama aabagas kelak...semangat
MPit Mpit MPit
astaga si amih ituh ihh bener bener akuh mah mau banget ngagetok..
isni afif
lanjut...teh sin....
Fadilah
si Amih mah kayaknya orang tua egois ih, gk d jadikan pelajaran dulu"nya malah makin jadi kayaknya
Marliyanipratama
heeh nya eceu mah t ngarti te ningal k tukang ka jadian asmi kumha cenah pek danguken saran ti besan tuh ibun conto na ngebebasin anak nya tpi masih bisa di kontrol, sadar mih sadar ulah ampe amih nyesel... apa mau neng bawa amih k tujuh curug beh sirah amih te ulah batu" teuing... kudu kitu nya si amih teh di ruat atawa di ruqiah...
Vike Kusumaningrum 💜: hahahha, bener.
total 1 replies
Fitria Syafei
Kk yang cantik kereeen banget deh 😍😍 terima kasih 🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!