NovelToon NovelToon
MENIKAH DENGAN CALON (MENANTU) MERTUA

MENIKAH DENGAN CALON (MENANTU) MERTUA

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Konflik Rumah Tangga-Konflik Etika
Popularitas:86.8M
Nilai: 4.9
Nama Author: Myatra

Fabian dipaksa untuk menggantikan anaknya yang lari di hari pernikahannya, menikahi seorang gadis muda belia yang bernama Febi.

Bagaimana kehidupan pernikahan mereka selanjutnya?

Bagaimana reaksi Edwin saat mengetahui pacarnya, menikah dengan ayah kandungnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Myatra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 12

Febi menutup pintu kamar mandi dengan kasar, sehingga menimbulkan bunyi keras yang membuat Fabian terlonjak kaget. Fabian tak mengira jika candaannya membuat istri mudanya marah.

Di dalam kamar mandi, Febi bersungut-sungut, kesal dengan Fabian. Dia yang memeluknya duluan, malah dirinya yang di salahkan.

Kekesalan Febi terbawa hingga mereka sarapan. Semua orang menatap Febi heran karena memasang wajah jutek, kemudian menatap Fabian, melalui tatapan mereka menanyakan, 'ada apa dengan Febi?' tapi Fabian hanya menjawab dengan mengendikan bahunya, pertanda dia juga tak tahu penyebab istrinya berwajah masam seperti itu.

Tak mungkin Fabian menceritakan kelakuan konyolnya tadi malam dan tadi pagi saat mereka bangun tidur.

"Pah, mah, hari ini, saya harus kembali dulu ke Garut, saya harus mengontrol keadaan toko yang saya tinggalkan."

Saat sarapan Fabian membicarakan rencana kepulangannya pada mertuanya.

"Febi ikut?" Tanya pak Sofyan.

Fabian melirik Febi, yang dilihatnya acuh, sibuk dengan makanan dihadapannya.

"Febi di sini dulu, pah. Saya beres-beres dulu di rumah, nanti sabtu sore sepulang dari toko, saya langsung pulang kemari, sekalian menjemput Febi."

"Ya sudah kalau sudah diputuskan begitu, hati-hati diperjalanan.

"Iya, pah. Terima kasih."

Febi menyudahi sarapannya dengan cepat, kemudian pamit meninggalkan meja makan.

¤¤FH¤¤

Fabian belum berangkat meski waktu sudah menunjukan pukul sembilan pagi. Fabian masih membujuk, istrinya yang merajuk.

"Masa suaminya mau berangkat, malah disuguhi muka asem begitu."

Febi membeliakkan matanya ke arah suaminya.

"Iya saya minta maaf!" Fabian memasang ekspresi wajah memelas dan menjewer telinganya sendiri sebagai tanda permintaan maaf pada Febi.

Melihat itu, sudut bibir Febi berkedut, menahan senyum, karena masih jaim jika langsung memaafkan suaminya.

Sayangnya senyum tertahan Febi tertangkap mata Fabian. Fabian tersenyum senang, yakin jika kemarahan istrinya mulai berkurang. Fabian berjalan mendekat ke arah Febi, menggenggam tangan Febi,

"Maaf jika sudah membuatmu kesal. Jangan marah lagi! Biar saya tenang disana."

Fabian menarik tubuh Febi ke dalam dekapannya dan memeluknya dengan erat. Entah kenapa Febi diam saja diperlakukan demikian, tak kuasa menolak.

"Saya pergi sekarang ya, baik-baik di rumah!"

"Iya, Om jaga kesehatan di sana!"

"Siap, ratuku."

"Ratu??" Febi menjauhkan kepalanya dari dada Fabian, sehingga matanya, bertemu dengan mata Fabian.

"Sekarang kamu ratu di hatiku."

Pipi Febi bersemu merah mendengarnya.

"Kalau kaya gini terus, bisa-bisa nggak jadi perginya."

Mendengar itu, sontak Febi mendorong tubuh Fabian, membuat Fabian terkekeh geli. Fabian membuka dompet, dan mengambil sepuluh lembar uang berwarna merah, kemudian menyerahkannya pada Febi.

"Ini, nafkah dari saya, pergunakan sebaik-baiknya, jangan minta mamah papah lagi! Maaf belum bisa memberi kartu debit. Kartu ini masih tercampur dengan keuangan toko, nanti saya buatkan khusus untuk kamu."

"Iya, makasi Om. Ini juga sudah banyak. Dan.... jangan bikin buku tabungan lagi, aku dah punya, tapi nggak ada isinya." Febi mengucapkan akhir perkataannya dengan sangan pelan, karena malu.

Fabian mendengar itu terkekeh geli.

"Ya udah, nanti minta nomor rekeningnya, biar nanti saya transfer."

"Jangan, Om."

"Jangan, kenapa?"

"Ini juga udah banyak, udah cukup ko. Om nggak lama kan di sananya?"

"Kenapa, udah mulai kangen ya? belum juga berangkat." Fabian menggoda Febi.

"Udah sana, Om, cepetan berangkatnya! Nanti makin siang."

"Ko jadi males ya, mau berangkat ke sana, Apa nggak jadi aja berangkatnya?"

Febi menertawakan Fabian, tawa yang akan menjadi candu untuk Fabian.

Fabian berangkat dengan hati yang berat, di saat hubungannya makin dekat dengan Febi, malah jarak harus memisahkan.

¤¤FH¤¤

Malam itu, setelah persidangan Febi dan Edwin mencapai kesepakatan, Edwin dan orang tuanya pamit pulang. Edwin tak ikut pulang bersama orang tuanya, karena dia membawa sepeda motor, yang dititipkan di warung dekat rumah Febi.

Meskipun sudah tertangkap basah saat akan melakukan m*s*m, ternyata tak membuat hasrat Edwin hilang. Keinginan menuntaskan hasrat nya yang tak terpenuhi pada Febi, seperti biasa harus dia tuntaskan pada orang lain.

Edwin pergi ke sebuah tempat yang biasa para perempuan malam menjajakan tubuh mereka, tentu hal ini bukan yang pertama untuk Edwin, sebelumnya jika keinginannya sudah tak dapat di tahan, maka Edwin menuntaskannya dengan mencari wanita yang bisa dia bayar.

Edwin mulai mencari perempuan yang diinginkannya, selalu yang Edwin cari adalah postur yang mirip Febi, karena ketika melakukannya, Edwin selalu membayangkan melakukan dengan Febi.

Edwin turun dari kendaraannya, menghampiri wanita yang diinginkannya, perempuan muda, tapi sangat jelas dia sudah lama melakoni profesi ini, terlihat dari sikapnya yang sangat luwes ketika adu harga dengan Edwin.

Setelah mencapai harga yang disepakati bersama, Edwin membawa wanitanya ke apartemen miliknya. Edwin memang tak perlu repot mencari hotel atau penginapan, dia dihadiahi apartemen oleh mamahnya saat berulang tahun yang ke tujuh belas. Di tempat itu Edwin selalu melakukan perbuatan maksiatnya, tentu saja Lidya, tak mengetahui jika apartemen itu dijadikan tempat mesum oleh Edwin.

Meskipun masih muda, Edwin memiliki libido yang besar, bahkan cenderung hyperseks. Malam itu Edwin habiskan dengan berkali-kali melakukan perbuatan haramnya, dengan tak henti memanggil nama Febi di setiap aksinya.

Sebenarnya, jika Lidya lebih perhatian pada Edwin, hal ini tak akan terjadi. Ambisinya yang besar terhadap pekerjaan membuatnya lalai dalam mendidik anak. Lidya tak pernah tahu, jika Edwin sering tak pulang ke rumah, karena bermalam di apartemennya.

Kesibukannya bekerja, pergi pagi dan pulang saat larut, mengira jika Edwin belum bangun tidur saat dia berangkat, dan sudah tertidur saat dia pulang. Lidya bahkan sangat jarang sekali masuk ke kamar Edwin, untuk mengecek keberadaan Edwin.

Prilaku menyimpang Edwin, berawal dari sebuah musibah yang menimpa Edwin. Saat Edwin memasuki kelas dua sekolah menengah pertama, keluarga Edwin mempekerjakan seorang wanita berusia awal empat puluh tahunan sebagai ART mereka, menggantikan ART sebelumnya yang meninggal dunia karena sudah sepuh.

ART baru tersebut seorang janda tanpa anak, yang diceraikan suaminya karena tak bisa memberi keturunan. Sekilas tak ada yang aneh dengan ART itu, bahkan terlihat sangat menyayangi Edwin seperti anak kandungnya sendiri. ART itu menggantikan tugas Lidya dalam mengurus segala keperluan Edwin.

Edwin yang kurang kasih sayang dan perhatian dari mamahnya, merasa bahagia diperlakukan dengan penuh kasih sayang. Sayang kedekatan itu di salah gunakan oleh wanita tersebut.

Dia yang biasa mendapatkan sentuhan laki-laki, tak bisa lagi karena sudah tak bersuami. Dia mendekati Edwin dengan halus agar tak menimbulkan kecurigaan. Edwin yang masih polos tak tahu jika yang dilakukan ART nya itu bukan bentuk kasih sayang.

Edwin muda menjadi pemuas hasrat ART-nya, Edwin pun mulai ketagihan. Seiring bertambahnya usia Edwin menginginkan lebih untuk bisa merasakan gadis muda dan perawan.

Edwin bertemu Febi, dan langsung jatuh cinta melihat kecantikan dan postur tubuh yang sempurna milik Febi. Edwin ingin memilikinya. Namun Febi tak seperti gadis lainnya, dia sangat sulit di dapatkan Edwin. Meski terlihat polos, namun Febi sangat menjaga kegadisannya.

Untuk menjadikan Febi pacarnya saja, Edwin harus berusaha keras, Febi tak luluh hanya sekedar diberi barang-barang. Edwin juga harus menjauhkan cowok-cowok yang juga mengejar cinta Febi.

Setelah Febi menjadi pacarnya, Edwin masih harus berusaha lagi, agar Febi mau disentuhnya, walau hanya sekedar pegangan tangan. Bahkan hingga Febi bisa di ajak berbuat lebih, Febi tetap menolak menyerahkan kegadisannya. Bisa saja Edwin memaksakan kehendaknya pada Febi, namun cintanya untuk Febi lebih besar dari hasratnya, untuk itu, Edwin harus menuntaskan hasratnya pada wanita lain.

BERSAMBUNG

1
Muldiah Diah
Luar biasa
🌿×ìąօണҽì հąղҽҽղ🦋🕊🤍🐬
susah jantuh cinta kt lidya tp kang cingkuh... Hran sama org2 ky gni, playing victim asem....
Khoerun Nisa
novel mu kebnyakn yg gantung tor udh beberapa taun aku nunggu kirain udh lanjut eh masih gntung juga sprti novel lain nya
Erina Munir
yaah abiiss...ngegantuung
Erina Munir
sebab ibu sdh hamil....semogaa
Sarah Yuniani
wakakakkakk
Sarah Yuniani
aku yang 9 taun juga masih malu thor ... 😅
Sarah Yuniani
kaya udah happy ending nggak sih !!
Sarah Yuniani
udah episode berapa masih aja om ..
Sarah Yuniani
pake mulut 😂
Sarah Yuniani
sejauh ini bacanya enjoy ..
penasaran terus
Sarah Yuniani
kenapa gak mas aja thor ..
Sarah Yuniani
mbacanya gimana ini 😅
Sarah Yuniani
sialan kau thor .. kenapa juga namanya Mayang 😂
Sarah Yuniani
jangan pake saya lagi dong thor ..
gak enak banget dibaca
Sarah Yuniani
Alhamdulillah...
semoga bian dan Febi bahagia selalu
Sarah Yuniani
itu ibu tiri Fabian yaa ??
kan katanya sejak kecil Fabian kurang kasih sayang mama
Sarah Yuniani
dunia novel yang sempit mungkin .. hehew
Sarah Yuniani
/Facepalm//Facepalm/
RossyNara
aduh om jangan keras² suaranya karna perempuan itu sensitif perasaannya...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!