NovelToon NovelToon
Menikahi Calon Suami Tetanggaku

Menikahi Calon Suami Tetanggaku

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Tamat / Cintapertama / Nikahmuda / Cintamanis / Pengantin Pengganti
Popularitas:2.2M
Nilai: 4.9
Nama Author: Ni R

Kasih, perempuan muda berusia dua puluh tahun terpaksa menggantikan Mia anak sang kepala desa lebih tepatnya tetangga Kasih sendiri untuk menikah dengan Rangga. Karena pada saat hari H, Mia kabur untuk menghindari pernikahannya.

Mia menolak menikah dengan Rangga meskipun Rangga kaya raya bahkan satu-satunya pewaris dari semua kekayaan keluarganya. Penolakan Mia di karenakan ia tidak suka melihat penampilan Rangga yang cupu dan terlihat seperti orang dungu.

Kasih yang di ancam oleh kepala desanya mau tak mau harus menggantikan Mia. Semua Kasih lakukan demi ketentraman hidup ia dan ibunya yang sudah sepuluh tahun menjanda. Lalu, apakah Kasih dan Rangga akan jatuh cinta? Apakah pernikahan Kasih dan Rangga akan bertahan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 29

"Maaf pak, akibat benturan yang sangat keras anak yang ada di dalam kandungan ibu Mia tidak bisa kami selamatkan," ucap Dokter memberitahukan pada pak Rahman dan ibu Wiwin. "Kecelakaan tersebut membuat rahim dan beberapa organ dalam ibu Mia mengalami kerusakan. Dengan berat hati kami harus mengatakan jika rahim ibu Mia akan kami angkat."

"Jika di angkat, itu artinya anak kami tidak akan bisa memiliki anak lagi Dok?" Tanya bu Wiwin.

Dokter menarik nafas panjang lalu membuangnya dengan kasar.

"Dengan berat hati saya akan mengatakan IYA," jawab Dokter.

Kaki bu Wiwin lemas, nyaris saja ia ambruk tapi dengan cepat pak Rahman menopang tubuh istrinya.

Dokter meninggalkan mereka, tak berapa lama Dito masuk ke dalam ruangan.

Buk,......

Pak Rahman memukul wajah Dito.

"Kenapa kau memukul anak ku hah?" Sentak pak Fahmi yang tidak terima jika anaknya di pukul oleh pak Rahman.

"Gara-gara anak kau ini, keadaan anak ku menjadi seperti ini. Mia telah kehilangan anaknya bahkan Dokter telah mengangkat rahimnya. Semua ini salah anak mu!" Ucap bu Wiwin menggebu-gebu.

Dito termangu memandang Mia yang sampai dengan detik ini masih belum sadar. Suami gila, yang tega membiarkan istrinya di mengalami kecelakaan tak mau membantunya.

"Kau tidak bisa mencerai anak ku begitu saja setelah dia mengalami hal seperti ini. Kau harus bertanggung jawab Dito," ucap pak Rahman dengan tegas.

Belum sempat Dito menjawab, pintu di buka tanpa permisi. Empat orang polisi masuk ke dalam ruangan dan langsung menunjukan surat perintah atas penangkapan pak Rahman.

"Apa mata kalian buta?" Umpat pak Rahman, "anak ku sedang kritis dan kalian masih sempat-sempatnya mengurus masalah ini."

"Masalah ini tidak ada hubungannya dengan anak mu yang kritis. Ayo cepat ikut kami!"

Polisi tersebut langsung memborgol pak Rahman atas tindakan pencemaran nama baik dan penggelapan dana desa.

"Pak,...bapak.....!!" Bu Wiwin histeris, ia berusaha menahan suaminya. Sedangkan pak Fahmi dan bu Rima hanya bisa diam saja. Wajah mereka ibarat di lempar kotoran atas kelakuan besan mereka.

Dito menghampiri Mia yang masih belum siuman. Pria ini menatap sedih pada istrinya. Ada perasaan bersalah kala itu.

"Ternyata benar, ucapan itu adalah doa. Aku tidak pernah menginginkan anak kami dan Tuhan telah menegur kami dengan begitu keras," ucap Dito menyesal.

"Ini adalah pembelajaran yang sangat berharga untuk kau dan Mia. Kalian harus berubah Dito!" Nasihat pak Fahmi.

"Didik istri mu ke arah yang lebih baik!" Timpal bu Rima.

Bu Wiwin hanya bisa menangis lesu, sesekali ia mengusap air matanya yang banjir membasahi pipi.

Sementara pak Rahman yang sedang menjalani pemeriksaan tak bisa mengelak karena semua bukti terpampang jelas di hadapannya.

"Awas saja kau Erni. Gara-gara kau keluarga ku sekarang berantakan," ucap pak Rahman dalam hatinya.

Dadanya bergejolak penuh dendam, bukannya merasa bersalah, pak Rahman hanya sibuk mengumpat, menyumpahi Kasih dan Rangga.

Tiga minggu telah berlalu, keadaan Mia sudah membaik hanya saja ia masih syok karena dirinya tidak bisa memiliki anak lagi. Bahkan Mia tidak mau melanjutkan kuliahnya yang sudah memasuki semester akhir.

Mia mengurung diri di dalam kamar, sesekali ia menangis meratapi nasib diri. Untung saja Dito tidak jadi menceraikan.

"Mia, makanlah setelah itu kita pergi ke rumah sakit lagi untuk kontrol kesahatan mu." Ujar Dito dengan membawa sepiring nasi lengkap dengan lauknya.

"Aku tidak mau!" Tolak Mia.

"Ayo lah Mia. Jangan seperti anak kecil."

"Kau bilang aku seperti anak kecil?" Mia mengusap air matanya, "aku kehilangan anak ku dan sekarang aku tidak bisa memiliki keturunan. Semua salah mu Dito!" Teriak Mia kesal.

"Ya, semua memang salah ku dan aku minta maaf." Ucap Dito. "Sekarang makanlah, kau harus sehat."

"Aku kehilangan segalanya dan bapak sekarang di penjara. Semua ini salah Kasih dan Rangga, mereka sudah merusak keluarga ku!"

"Bukan mereka yang merusak, tapi keluarga mu lah yang terlalu dengki pada mereka. Seharusnya kau sadar akan hal itu."

"Oh, jadi menurut mu kami ini jahat?" Sambar bu Wiwin dari arah pintu kamar anaknya.

"Menurut ibu bagaimana?" Dito bertanya. "Kenapa kalian tidak sadar juga atas musibah ini?"

Dito meletakan piring di atas meja kemudian pergi meninggalkan istri dan mertuanya.

Sedangkan bu Erni, sejak pak Rahman di penjara kehidupan sehari-harinya mulai terasa damai.

"Eh bu Erni, apa bener kalau si Mia gak bisa punya anak lagi?" Tanya seorang pembeli kue.

"Adu bu, saya gak tahu." Jawab bu Erni dengan senyum ramahnya.

"Saya dengar seperti itu bu. Kecelakaan kemarin membuat organ dalam Mia rusak dan Dokter harus terpaksa mengangkat rahim si Mia." Sambung ibu-ibu yang lain.

"Itu lah akibatnya, langsung di makan karma. Katanya si Dito dan mertuanya itu tidak menginginkan anak yang di kandungan Mia." Imbuh ibu-ibu yang lain.

"Makanya di azab sama Tuhan!" Seru yang lain.

"Duh bu,ibu. Cepat sedikit milih kuenya. Jangan menggosip di tempat saya mencari rezeki." Tegur bu Erni.

Bergegas para ibu-ibu memilih lalu membayar kemudian pulang. Bu Erni hanya bisa menggelengkan kepalanya.

Bu Wiwin, ia pergi untuk menjenguk suaminya yang di kenakan hukuman lima tahun penjara. Ia datang dengan membawa beberapa pakaian dan makanan kesukaan pak Rahman.

"Bagaimana keadaan Mia?" Tanya pak Rahman.

"Ya begitulah pak, masih syok."

"Dito?"

"Ada, kalau bukan Dito ya siapa lagi mengurus anak mu itu."

"Awas aja dia berani menceraikan Mia. Akan ku bunuh dia." Ancam pak Rahman.

"Ibu kesepian gak ada bapak," ucap bu Erni sedih. "Ibu malu kalau keluar jadi bahan pembicaraan warga. Bagaimana ini pak?"

"Sabar bu, tunggu bapak keluar maka bapak akan membalas perbuatan mereka." Ucap pak Rahman yang masih menyimpan dendam.

"Mereka benar-benar tertawa di atas penderitaan kita pak. Ibu tidak terima!"

Bu Wiwin terus menceritakan apa yang terjadi selama pak Rahman di penjara. Apa lagi kalau bukan menceritakan keluarga bu Erni yang semakin bersinar di kampung mereka.

1
Hai Kal
Kecewa
Hai Kal
Buruk
pejuang rupiah😶‍🌫️
Lumayan
Dede Mila
lanjut
Azlin Hamid
Luar biasa
MAYZATUN 🥰🥰🥰al rizal
🥰🥰🥰
Taris
Luar biasa
Sastri Dalila
👍👍👍
Jessi Jasintha
Luar biasa
Insyirah qalbi Johan
bacakan
Ana Akhwat
ceritanya kocak bikin ketawa sendiri
Ana Akhwat
Awal yang bikin senyum
bhunshin
OMG
Tia Iia
bagus ceritanya
Tia Iia
terimakasih Thor /Kiss/
Majotiku
Lumayan
Majotiku
Kecewa
Dyah Oktina
wah..untung dah d nikain sm d perawanin ya daffa... tp masih aja takut
Dyah Oktina
iya baik banget mertuamu(bi erni) cariin jodoh dong 🤭
Dyah Oktina
besok pagi pertama aja sih daffa... gitu aja kok repot...🤭🤭😆
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!